Sinar rembulan memancar dari langit, memberikan nuansa ketenangan bagi setiap insan. Langit yang cerah tanpa diselimuti oleh awan mendung pun menambah kesan keindahan malam.
Banyak orang bilang, jika malam minggu adalah malam kramat bagi remaja yang memiliki pasangan. Mereka biasanya akan keluar ke suatu tempat wisata atau tempat-tempat yang indah untuk dikunjungi bersama dengan sang kekasih.
Mereka akan menghabiskan malam indah ini dengan pasangan masing-masing, entah sekedar jalan-jalan ataupun untuk bertukar cerita. Contohnya seperti yang Dirga lakukan saat ini, ia sedang duduk di atas motor seraya menunggu Kenzi keluar dari rumahnya.
Tak lama gerbang terbuka dan menampilkan sosok gadis dengan rambut terurai panjang. Baju yang ia masukan kedalam rok pendek yang ia kenakan membuat Kenzi terlihat sangat mungil.
Ia menatap tajam seseorang yang duduk manis di atas motornya. Hancur sudah harapannya untuk maraton drama malam ini. Padahal semuanya sudah ia siapkan sedemikian rupa, dari makanan ringan, coklat panas, list drama, dan tentu saja laptop untuk menonton. Namun, semua itu hancur seketika gara-gara cowok ini.
"Pakek jaket, angin malem itu dingin," ujar Dirga seraya menatap Kenzi yang masih menatap dirinya tajam.
Kenzi memutar bola matanya malas, "Udah tau dingin masih aja ngajak keluar! Gara-gara lo malam minggu gue yang indah nan nyaman harus hancur!" ketus Kenzi, sedangkan Dirga hanya menatapnya acuh tak acuh. "Padahal semuanya udah gue siapin dari tadi."
Dirga menghela nafas mendengar omelan dari Kenzi. Salahnya juga langsung menjemput gadis ini, tanpa memberitahunya terlebih dahulu.
Tangan Dirga terulur mencubit pipi putih pucat Kenzi, "Udah gak usah ngomel-ngomel, buruan naik!"
Kenzi hanya mendengus kesal lalu ia menaiki motor milik Dirga. Lelaki itu mulai menjalankan kendaraan beroda dua tersebut dengan kecepatan rata-rata.
Angin malam menyapu wajah Kenzi, helaian rambutnya yang tergerai berterbangan bebas karena di terjang oleh angin.
Kendaraan yang digunakan oleh mereka terhenti di sebuah pantai. Pasir putih pada bibir pantai dan gemerlapnya lampu-lampu membuat suasana terlihat indah dan tenang.
"Kenapa kesini?" tanya Kenzi seraya mendongakkan kepalanya, karena tinggi Dirga yang sedikit berada jauh diatasnya harus membuat Kenzi mendongak saat berbicara pada lelaki ini.
"Mau buang lo ke dasar pantai!" Kenzi meninju lengan Dirga yang dibaluti oleh jaket berwarna hitam, kemudian berjalan terlebih dahulu meninggalkan Dirga yang mengaduh kesakitan. "Punya cewek serasa punya musuh," gumam Dirga kemudian berlari mengejar Kenzi.
Dirga tersenyum tipis melihat Kenzi yang berdiri dibibir pantai dengan merentangkan kedua tangannya. Kenzi terlihat memejamkan matanya menikmati angin yang menerpa dirinya dan juga beberapa helai rambutnya.
Kenzi tersentak saat sebuah tangan kekar melingkar di pinggangnya, "Lepasin Ga," pinta Kenzi, tapi tak dihiraukan oleh Dirga.
"Gak mau." Dirga malah semakin mengeratkan pelukannya dan meletakkan kepalanya pada bahu Kenzi.
Nyaman, hanya itu yang dapat mendefinisikan apa yang Dirga rasakan. Entah mengapa jika berada di samping Kenzi membuatnya selalu merasa hangat dan nyaman.
Gadis itu hanya bisa menghela nafas dan membiarkan Dirga memeluknya dari belakangnya. Tangannya terulur untuk mengusap lengan seseorang yang berada pada pinggangnya.
Hanya ada keheningan yang menyelimuti keduanya, mereka sama-sama diam menikmati malam yang indah ini.
"Lo nyembunyiin sesuatu dari gue?" Tubuh Kenzi menegang seketika saat tiba-tiba Dirga berbicara seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leader Girl (END)
Roman pour AdolescentsTentang sebuah kisah yang melibatkan banyak hati dan perasaan, tentang lingkaran takdir yang selalu membelenggu manusia. Tentang permainan takdir yang entah bagaimana maunya. Tentang misteri takdir yang selalu mengikat manusia, bagaimana tuhan menja...