•|| Sepandai apapun menyembunyikan tentang kebohongan, pasti akan terungkap juga. Jadi tinggal tunggu waktu saja dimana semuanya akan terungkap||•
"Kenzi!" panggil Citra pada gadis yang tengah berdiri bawah pohon rindang.
Kenzi menoleh ke sumber suara dan mendapati berambut panjang yang dibiarkan tergerai tengah berlari ke arahnya. Kenzi mengangkat sebelah alisnya sembari melangkah menuju ke arahnya.
"Kenapa, Cit?" tanya Kenzi saat gadis bermata coklat itu berdiri di sampingnya, ya gadis itu ialah Citra.
Hubungan keduanya kini sudah membaik, bahkan mereka malah berteman akrab beberapa hari ini. Kejadian di masa lalu seakan terlupakan begitu saja oleh keduanya, mereka sama-sama tak ingin berlarut-larut dalam masalah. Toh, Citra sudah meminta maaf atas semua perbuatannya dan Kenzi juga sudah memaafkannya.
Ia hanya menunjukkan cengirannya, "Gak papa, di tenda gak ada orang jadi gue nyusul lo aja kesini."
Mata Kenzi berputar malas, ya hari ini adalah hari pertama mereka berkemah. Tak banyak yang mereka lakukan karena kemah kali ini hanya sebagai wisata alam bebas dan kegiatan reboisasi hutan saja.
Jadi tak heran jika banyak murid yang tengah berleha-leha di sekitaran tenda, ada juga yang sedang bermain air di danau yang tak jauh dari lokasi mereka berkemah.
"Emang Lya sama Ana kemana?" Kenzi menatap gadis di sampingnya yang sedang bermain dengan beberapa kupu-kupu warna-warni.
Citra menggelengkan kepalanya, "Entahlah, gue tadi di panggil guru eh waktu balik mereka udah gak ada di tenda," jawab Citra seadanya.
Kenzi, Citra, Lya, dan Ana mendapatkan tenda yang sama, sedangkan Dila dan Hikari berada di tenda lain yang kebetulan tidak jauh dari tenda milik mereka.
Kenzi hanya menggerakkan kepalanya, ia kembali menatap rerumputan hijau dengan beberapa kupu-kupu serta capung yang berterbangan di udara. Angin sepoi-sepoi menerpa wajah keduanya, rerumputan hijau terlihat indah dan menyejukkan mata. Keadaan seperti ini yang jarang sekali mereka dapatkan di kota.
"Cakra gak ikut?" tanya Citra kembali memecah keheningan.
"Enggak, katanya ada urusan keluarga," jawab Kenzi dengan mata yang masih terfokus pada serangga-serangga kecil berwarna-warni yang sedang beterbangan di awang-awang.
"Hubungan lo sama Dirga kandas gara-gara Vanda 'kan?" Kini atensi Kenzi yang tadinya terfokus pada hewan-hewan cantik itu kini teralih pada perempuan di sampingnya.
"Kenapa nanya gitu? Lagian gue sama dia putus juga udah lumayan lama, kalo lo mau deketin lagi silahkan," kata Kenzi yang membuat Citra menatapnya malas.
"Lo kira gue bakal ngerebut Dirga dari lo lagi gitu? Gak lah, ya kali gue jadi pelakor lagi gue udah tobat kali," balas Citra dengan kesal.
Kenzi terkekeh, "Jadi secara gak langsung lo ngaku kalo pernah jadi pelakor gitu, hah?"
"Sialan lo!" ketus Citra dengan mencubit lengan Kenzi hingga membuat sang empu tertawa geli. "Lagian kalo gue ngejar Dirga lagi itu percuma, emang kemungkinan besar gue bisa milikin raganya tapi enggak buat hatinya. Because, cuma lo yang ada di hatinya."
"So buat apa gue milikin seseorang yang raganya ada di gue, tapi hatinya buat orang lain. Udahlah gue mau balik ke tanda lagi, mau nyemil aja," ujarnya pada Kenzi, sebelum pergi ia sempat menepuk pundak Kenzi seraya berkata. "Perjuangin apa yang buat lo bahagia, bukan yang buat orang lain bahagia. Mungkin dia lo anggap temen, tapi bisa aja dia nganggap lo musuh, everyone has a mask to play with."
Kenzi termenung mendengar perkataan dari Citra. Jika dipikir-pikir dengan kejadian yang terjadi antara dia dan Vanda ia bisa saja menyimpulkan jika Vanda menganggapnya sebagai musuh. Akan tetapi, jika ia mengingatkan tentang masa lalunya, rasanya semua ini tidak mungkin. Untuk apa juga Vanda menganggapnya musuh?
KAMU SEDANG MEMBACA
Leader Girl (END)
Подростковая литератураTentang sebuah kisah yang melibatkan banyak hati dan perasaan, tentang lingkaran takdir yang selalu membelenggu manusia. Tentang permainan takdir yang entah bagaimana maunya. Tentang misteri takdir yang selalu mengikat manusia, bagaimana tuhan menja...