15. serangan

15.5K 1.3K 69
                                    


"Lo gak di apa-apain 'kan sama Dirga?" tanya Hikari dengan membolak-balik tubuh mungil Kenzi.

Kenzi terkekeh geli melihat tingkah sahabatnya itu yang terlalu khawatir kepadanya, "Santai aja, gue gak papa kok."

Mereka pun bisa bernafas lega, setidaknya saat ini keadaan Kenzi sudah semakin membaik bahkan sangat baik. Wajahnya yang pucat pasi kini sudah tergantikan dengan wajah yang putih cerah.

Mereka berlima duduk di bangkunya masing-masing, karena sebentar lagi kegiatan belajar mengajar akan segera di mulai kembali setelah istirahat kedua.

Disisi lain ada beberapa remaja yang sedang berkumpul di sebuah tempat yang berada di sebelah warung mang Koko, yang terletak dibelakang sekolahan atau lebih tepatnya markas kedua geng Vanom.

Hari ini para anggota vanom yang bersekolah di SMA Tunas Harapan berniat untuk membolos dan berleha-leha di Wangko. Mereka terlalu malas untuk mendengarkan ocehan dari gurunya, memang tipe-tipe murid yang tak patut untuk di contoh.

"Lo tik tokan mulu tapi gak pernah di upload!" cibir Aldo saat melihat Bagas sedang berjoget ria ala tik tokers handal.

"Iri bilang bos," balas Bagas sengit.

"Sorry ya, bos gak pernah iri sama bawahan," ujar Aldo dengan membusungkan dadanya.

Bagas hanya mencebikkan bibirnya, "Bos ... bos, bos mata lo soak! Noh cewek-cewek yang udah lo PHP in pada nge-dm gue bangsat!"

"Bukan lo doang tapi gue juga," ketus Rangga seraya menatap tajam ke arah Aldo.

"Playboy kelas kakap," celetuk Satrio yang sedari tadi fokus pada buku pelajarannya, meskipun sedang membolos tapi Satrio tak pernah bisa meninggalkan buku-bukunya.

Baginya boleh-boleh saja nakal karena kita masih remaja, tapi jangan sampai karena kenakalan itu membuat kita menjadi bodoh. Prinsipnya adalah Nakal boleh goblok jangan!

"Gue bukan playboy, tapi gue cuma pencinta wanita," ucap Aldo dan langsung dihadiahi lemparan bungkus rokok oleh Dirga yang mendarat tepat di jidat Aldo. Sang empu hanya meringis saat ada bungkus rokok yang mendarat dengan sempurna di jidatnya.

"Goblok! Apa bedanya playboy sama pencinta wanita!" sinis Dirga, ia bingung kenapa bisa-bisanya dirinya memiliki teman modelan seperti Aldo ini.

"Woo ... jelas beda dong! 'Kan ada tuh lagu yang, aku memang pencinta wanita namun ku bukan buaya yang mencintai seribu gadis, nah 'kan gue cuma mencintai lima gadis dalam sehari jadi beda lah," elak Aldo dengan tersenyum bangga.

"Gak gitu juga konsepnya parmen ...!" ketus Rangga tak habis pikir, kapan temannya ini bisa tobat dan tidak mempermainkan perempuan lagi, emangnya dia pikir para gadis apaan yang seenak jidat di baperin abis itu di tinggalin.

"Iyain, kasihan jomblo," ujar Aldo dengan nada menyindir.

"Mentang-mentang banyak pacar, ngatain gue sembarangan!" balas Rangga, yang lain hanya memperhatikan perdebatan kedua orang di depannya ini dengan serius, kapan lagi bisa dapat tontonan gratis.

"Hajar aja Ngga! Udah mempermalukan harga diri lo itu," balas Arfan dengan menggebu-gebu.

Bahkan Bagas sampai berlarian mengambil cemilan di warung mang Koko dan membagikannya kepada yang lain. Setelah mengambil cemilan, Bagas lalu menyempil di tengah-tengah Dirga dan Satrio.

"Apa lo mau tonjok-tonjokan? Ayo! Siapa berani," balas Aldo semakin ngalur-ngidul, semuanya masih menikmati perdebatan mereka dengan memakan cemilan yang diberikan Bagas.

Leader Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang