32. Stiflers vs Vanom

10K 815 49
                                    

Saya janji akan memvote, komen, dan men-share cerita ini kepada teman-teman saya!

Nahlo udah janji yaaa, jadi gak bisa ingkar! Inget dosa lho ingkar janji 😋🤗

****

Mau tak mau, semua akan terungkap pada masanya.
–Leader Girl–

Riuh suara dari para remaja memenuhi tempat yang mereka singgahi. Lebih tepatnya mereka sering menyebutnya dengan istilah markas atau basecamp.

Umpatan, teriakan, gelak tawa, dan juga suara musik yang diputar oleh Bagas berpadu menghasilkan suara yang sangat ramai.

"Bang lagunya jangan itu! Bosen gue dengernya."

Bagas menoleh pada sosok laki-laki jakun yang berada tak jauh ditempatnya berdiri. Ia menatapnya dengan gemas, ingin sekali rasanya membuang pria itu ke sungai Nil.

"Heh, Danur! Mau lo apa sih?! Tadi gue setel dj salah! Sekarang gue setel dangdut salah, mau lo apaan njing! Lama-lama gue setel lagu lingsir wengi biar lo disamperin sama sodara-sodara lo, mau?!" Bagas menetap kesal orang tersebut, sedari tadi protes mulu kerajaannya.

"Nama gue Danu! Catat dengan baik D-A-N-U, Danu! Emang lo kira gue setan apa, sampe di puterin lagu Lingsir wengi!" sungut Danu.

Rangga yang ada di sampingnya hanya menggelengkan kepalanya. Inilah jadinya kalau yang namanya Bagas Artama di satukan dengan Danu Beratan, pasti ada ... saja masalah yang mereka debatkan. Padahal menurutnya ini hanyalah masalah kecil, tapi mereka berdua sama-sama tak ada yang mau mengalah.

Bagas kembali memutar lagunya lalu menatap Danu, "Lo bukan setan, tapi temennya," celetuknya.

"Gue heran, sebenernya kalian punya masalah apaan, kalo ketemu ribut ... mulu! Ngalah-ngalahin tom and jerry, tom and jerry aja udah baikkan," sahut Kana yang berada tak jauh dari mereka. Ia juga gregetan melihat dua orang yang tak pernah akur ini, tetapi yang tak habis pikir olehnya adalah jika salah satu diantara mereka ada yang tidak ada salah satunya pasti akan galau.

Danu dan juga Bagas menatap Kana cengo, "Beneran udah baikan?" Kana menghembuskan nafasnya lalu kembali terfokus pada ponselnya. Tak ada gunanya juga ia menanggapi dua orang aneh tersebut.

Dirga hanya menatap mereka dengan terkekeh kecil. Ada-ada saja ulah dua orang itu. Ia meminum soda dihadapannya lalu menatap Aldo yang terlihat bingung.

"Kenapa?" Teman-teman Dirga yang duduk tak jauh darinya mengalihkan fokusnya pada sang wakil ketua.

"Anak buah kita ada yang kena masalah, sekarang anak geng sebelah nantang kita," ujar Aldo seraya meletakkan gawai miliknya.

"Sama anak mana? Perasaan anak buah kita gak ada yang cari masalah deh." Kini Rangga yang ikut berbicara, ia merasa aneh saja pasalnya anak buah mereka saat ini sedang berkumpul di sini semua.

Bagas yang tadi sibuk dengan musiknya kini berjalan mendekati teman-temannya yang sepertinya sedang membahas hal serius.

"Stiflers, gue yakin bukan anak buah kita." Mereka menautkan kedua alisnya.

Satrio meletakkan ponselnya, "Gue yakin ini ulah ketua Trax, inget dia selalu cari celah buat adu domba Vanom sama Stiflers."

Rangga mengangguk setuju, ia tak yakin jika salah satu anak buahnya berani mencari masalah dengan geng lain, apalagi ini stiflers. Stiflers dan vanom memiliki hubungan yang baik sejak lama.

"Waktu kita cuma setengah jam," ujar Aldo dan diangguki oleh Dirga.

Lantas ia memerintahkan kepada anggota vanom untuk bersiap-siap. Sebenarnya entah mengapa ia tak yakin dengan tawuran ini, ia mereka ada yang aneh. Jujur, sebenarnya dirinya tak pernah tahu siapa ketua asli dari geng itu, pasalnya setiap ada apa-apa pasti Riky yang mengambil alih. Namun, yang ia ketahui hanya ketuanya adalah seorang gadis, tapi perempuan itu selalu menggunakan masker hitam yang membuatnya tidak dapat diketahui identitasnya.

Leader Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang