41. Perpecahan

9K 707 146
                                    

•••••---•••••
Pada dasarnya hal buruk yang sudah terjadi itu hanya bisa di sesali
••••---•••••

Terlihat sosok gadis yang tengah menatap pantulan dirinya di depan cermin. Berkali-kali ia membolak-balikkan badannya untuk melihat apakah penampilannya sudah pas atau belum.

Kenzi mengambil ponselnya yang berdering, "Halo."

"Gue udah di depan, buruan turun!" Setelah itu panggilan diputus sepihak oleh Dirga.

Kenzi langsung mengambil tas miliknya yang tergeletak di atas ranjang kemudian berlarian kecil menuruni tangga. Langkahnya terhenti kala melihat sang ibu tengah duduk di depan tv seraya bermain ponsel.

"Mi, Kenzi keluar ya, bay!" ujar Kenzi seraya berlari keluar rumah walau belum mendapat izin dari sang ibu.

Fandra hanya bisa menggelengkan kepalanya, gadis itu memang tak pernah berubah sedari dulu. Malas meladeni sang anak yang sudah berlari entah kemana, Fandra pun kembali fokus pada media sosialnya.

Kenzi menghampiri Dirga yang sudah menunggunya di halaman rumah. Lelaki itu tampak rupawan dengan stelan santainya.

Kaos putih yang dibaluti dengan jaket hitam dan dipadukan dengan celana jins, tak lupa dengan sepatu putih membuatnya terlihat sangat keren.

"Lo udah lama sampenya?" tanya Kenzi lalu dibalas gelengan oleh Dirga.

"Buruan naik!" titah Dirga lalu dituruti oleh Kenzi.

Belum sempat Kenzi menaiki motor milik Dirga, tiba-tiba seorang remaja yang menaiki motor merah datang menghampiri dirinya dan juga Dirga.

Dirga yang merasa tak ada pergerakan apapun dari Kenzi lantas menoleh kebelakang dan menemukan remaja yang melajukan motornya kearah mereka.

Lelaki itu melepas helm full face yang ia kenakan, terlihat sosok berambut blonde memandang bingung ke arah mereka. Jika dilihat-lihat lelaki itu sama seperti lelaki yang fotonya pernah Vanda perlihatkan padanya.

"Lo mau pergi?" tanya Cakra dan langsung membuyarkan lamunan mereka berdua. "Ini ... Dirga?"

Seakan tersadar Kenzi lantas menganggukkan kepalanya, "Iya ini Dirga, gue sama dia mau ke toko buku," jawab Kenzi. "Dir, ini Cakra," sambungnya memperkenalkan sosok di sampingnya.

Dirga mengangguk kecil seraya memakai helmnya, "Ayo buruan!"

"Yaudah, gue pergi dulu," ujar Kenzi lalu menaiki motor milik Dirga.

Cakra hanya tersenyum memperhatikan motor yang ditumpangi Dirga dan Kenzi sudah mulai menjauh. Tentu saja dia sakit melihat orang yang amat ia cintai pergi bersama orang lain, akan tetapi ia juga tak bisa memaksa Kenzi agar tetap menetap pada dirinya. Baginya, kebahagiaan Kenzi juga kebahagiaannya.

Cakra kembali memakai helmnya lalu melajukan motornya meninggalkan pekarangan rumah Kenzi.

***

Dirga dan Kenzi berjalan mengelilingi toko buku guna mencari novel dan juga beberapa buku pelajaran yang mereka butuhkan. Setelah beberapa menit berkeliling, akhirnya mereka keluar dari toko buku tersebut dengan menenteng beberapa paper bag.

Dirga memperhatikan jam yang melingkar di tangannya, sudah jamnya mereka untuk makan siang, bahkan mungkin malah sudah lewat.

"Mau makan dulu?" tanya Dirga pada sosok gadis di sampingnya dengan mengusap lembut kepala Kenzi.

Leader Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang