Kenzi terbangun dari mimpi indahnya, ia sedikit menggeliat. Aneh kenapa rasanya badannya berat semua?
Kenzi menatap sekeliling ia terkejut karena ini bukan kamarnya! Saat ia mendongakkan kepalanya ia melihat wajah Dirga yang dekat dengannya.
Hampir saja Kenzi menendang tubuh Dirga, untung saja ia langsung sadar kenapa ia bisa ada di sini dan ia pun mengurungkan niatnya untuk menendang tubuh Dirga.
Tok...tok...
"Dirga! Kenzi! Bangun kalian gak sekolah?!" teriak Raya dari luar.
"Iya Tan! Ini udah bangun kok," balas Kenzi.
"Yaudah, tolong bangunin Dirga habis itu turun buat sarapan," ujar Raya sebelum berjalan menjauh.
Kenzi menatap orang yang mendekapnya ini. Bagaimana caranya membangunkan Dirga?
Setelah lama berfikir akhirnya sebuah ide cemerlang melintas di otaknya. Kenzi menyingkirkan tangan Dirga kemudian berusaha untuk mendekatkan bibirnya pada telinga Dirga.
"Dirga bego bangun!" pekik Kenzi tepat pada telinga Dirga.
Sontak Dirga terlonjak dari kasur hingga menyebabkan tubuhnya harus bersentuhan dengan lantai yang keras dan dingin.
Suara tawa menggema di seluruh ruangan. Dirga menatap tajam sang pelaku yang sedang tertawa sembari memegang perutnya.
Merasa di tatap oleh sang kekasih, Kenzi langsung menghentikan tawanya kemudian menghampiri laki-laki yang baru saja ia kerjai.
"Udah puas ketawanya?!" tanya Dirga dengan nada ketus.
"Belum sih, tapi gue kasihan liat cowok gue yang abis nyium lantai," ucap Kenzi yang membuat Dirga kembali mendengus kesal.
"Gue punya cewek serasa punya musuh," gumam Dirga lirih, tapi sepertinya ia tidak tau jika telinga seorang Kenzi sangatlah peka terhadap suara-suara yang tidak mengenakkan hatinya.
"Oh jadi serasa punya musuh? It's oke, kita musuhan aja!" balas Kenzi ketus kemudian memalingkan wajahnya ke arah lain.
Dirga mengerutuki ucapannya. Bodoh sekali ia lupa jika Kenzi memiliki telinga yang sangat tajam.
"Marah ya?"
Pertanyaan bodoh macam apa ini? Bolehkah Kenzi menukarkan Dirga di pasar loak? Agar lebih berguna sedikit?
"Gak usah marah, lo setiap hari juga marah-marah kaya mak lampir." Bukannya membujuk malah mengatai? Sungguh pacar laknat memang!
"Terus! Samain aja terus sama mak lampir, dasar monyet hutan!" balas Kenzi kesal. Bagaimana tidak kesal, sudah tau pacarnya marah, bukannya di bujuk malah dikatain!
Dirga tertawa geli melihat betapa mengemasnya Kenzi saat marah-marah, sebenarnya tidak baik membuat orang marah, tapi bukan Dirga namanya kalau tidak membuat Kenzi kesal dan marah-marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leader Girl (END)
Novela JuvenilTentang sebuah kisah yang melibatkan banyak hati dan perasaan, tentang lingkaran takdir yang selalu membelenggu manusia. Tentang permainan takdir yang entah bagaimana maunya. Tentang misteri takdir yang selalu mengikat manusia, bagaimana tuhan menja...