24. Sakit

11.4K 969 13
                                    

Kenzi semakin khawatir karena wajah Dirga pucat pasi. Mata yang biasanya selalu berbinar kini berubah menjadi sayu, bibir yang biasanya berwarna merah ranum saat ini berubah menjadi pucat.

Saat ini mereka telah sampai di rumah Kenzi, dia masih berdiri di depan gerbang memaksa Dirga untuk masuk ke rumah untuk sekedar beristirahat. Ia benar-benar tak tega melihat keadaan Dirga yang seperti ini.

"Masuk dulu, kalok udah mendingan boleh pulang," bujuk Kenzi pada Dirga, namun hanya dibalas dengan gelengan.

"Gue gak papa, Ken." Dirga berusaha menyakinkan Kenzi bahwa dirinya baik-baik saja, padahal sebenarnya dia sedikit pusing dan lemas.

"Gue gak mau lo kenapa-kenapa," lirihnya yang membuat Dirga tersenyum tipis.

Dirga mengusap kepala Kenzi dengan lembut,"Gue gak papa, beneran deh. Ini cuma demam biasa doang."

Kenzi menghembuskan nafas pelan kemudian menatap Dirga tajam,"Tunggu disini, gue ambil mobil dulu. Jangan kemana-mana! Awas aja kalau ilang, gue pecat lo jadi pacar!" Dirga terkekeh geli mendengar ancaman Kenzi, ia terlihat begitu khawatir dengan kondisi Dirga.

Tak lama Kenzi datang dengan mobilnya, ia berhenti tepat di samping Dirga. Cowok itu hanya memandang Kenzi bingung, kenapa gadis ini mengeluarkan mobilnya?

"Masuk!" perintahnya.

Dirga kembali menyeritkan dahinya. Dia kan membawa motor, kenapa suruh masuk? Terus bagaimana dengan motornya? Itulah yang Dirga pikirkan.

"Gue bawa motor."

Kenzi memutar bola matanya malas, bodoh sekali cowok ini ... jika ia nekat mengendarai motornya bisa-bisa ia mencelakai orang lain, "Lo mau mati?!" ketusnya. "Buruan masuk, motor lo biar nanti dianter sama bang Kenzo."

Dirga hanya menghela nafasnya, ia berjalan menghampiri mobil Kenzi dan masuk kedalamnya tanpa menunggu perintah kedua.

"Pak Beno! Motor ini tolong masukin, nanti sekalian bilang ke bang Kenzo suruh nganterin ke rumah Dirga! Oh ya, Kenzi nganterin temen dulu!" ucapnya sedikit berteriak agar satpam rumahnya dapat mendengar suaranya.

"Siap non." Kenzi mengangguk lalu menjalankan mobilnya menuju rumah cowok di sampingnya.

Keheningan menyelimuti mereka, Dirga berusaha memejamkan matanya untuk menetralisir pusing yang menyerang kepalanya.

Beberapa menit telah berlalu, kini mobil Kenzi sudah memasuki pekarangan rumah milik Dirga. Kenzi keluar terlebih dahulu dan membukakan pintu untuk Dirga. Dirga berjalan dengan lemah dibantu oleh Kenzi yang memapahnya dari samping.

Kenzi memencet bel berkali-kali hingga akhirnya seorang wanita paruh baya berdiri di depan pintu. Ia tahu bahwa wanita itu tampak kaget kenapa anaknya bisa seperti itu.

"Dirga! Kamu kenapa Nak?" ucap beliau sembari menyentuh dagu Dirga. Namun, langsung di tepis olehnya.

Kenzi dibuat bingung, kenapa Dirga terlihat tidak suka jika wanita ini menyentuhnya? Bukankah beliau ibunya? Tapi kenapa cowok ini terlihat sangat tak menyukainya?

Setelah lama bergelut dengan pikirannya, Kenzi tersadar saat tubuh Dirga hampir terhiyung ke belakang.

"Nak, tolong bawa Dirga masuk ke kamarnya ya," pinta beliau dan hanya diangguki kecil oleh Kenzi dengan senyum tipis.

Kenzi berjalan membawa Dirga menuju kamarnya. Setelah sampai di kamarnya, ia membaringkan tubuh Dirga ke kasur milik Dirga.

Kenzi mengedarkan pandangannya. Saat itu juga, netranya menangkap bingkai foto yang terpampang di meja belajar Dirga. Di sana terdapat satu laki-laki dewasa, satu anak kecil cowok, dan satu wanita cantik.

Itu siapa?-batin Kenzi saat melihat foto wanita yang ia yakini adalah ibu dari Dirga, karena mata dan bibir mereka sangat mirip.

"Itu Bunda gue." Suara bariton dari belakang seolah menjawab pertanyaan-pertanyaan Kenzi tadi.

Bunda? Jika itu bundanya, jadi siapa wanita tadi? Pikiran Kenzi kembali melayang kemana-mana memikirkan kehidupan Dirga yang menurutnya rumit.

"Kalo itu Bunda lo, jadi tadi siapa?" tanya Kenzi sembari duduk di bibir kasur.

"Ibu tiri gue," balas Dirga singkat.

"Bunda lo kemana dong?" Dirga menatap Kenzi jengah, kapan gadis ini akan berhenti bertanya?

"Bunda gue pergi." Jawaban singkat dari Dirga membuat Kenzi semakin bingung, apakah Dirga korban perceraian orang tua?

"Bunda gue pergi selamanya," sambungnya saat kembali melihat wajah bingung Kenzi.

"Oh, sorry gue gak tau," ucap Kenzi tak enak.

Jika ia tau kalau bunda Dirga sudah pergi untuk selamanya maka ia tidak akan bertanya lagi, salah siapa Dirga tidak memberitahunya!

"Jadi setelah Bunda lo pergi beberapa bulan atau berapa tahun Ayah lo nikah lagi?" tanya Kenzi lagi, sebenarnya Kenzi bingung dengan mulutnya kenapa kepo sekali dengan kehidupan Dirga?!

"Enggak." Jawaban Dirga membuat Kenzi harus kembali memutar otak, ayolah sejak kapan ia menjadi lemot seperti ini!

"Ayah gue selingkuh sama orang tadi! Karena kecewa, Bunda langsung lari dari rumah dan ... beberapa menit kemudian dapet kabar kalau Bunda ditabrak lari, dan ya sekarang Bunda udah pergi ke atas."

"Sorry harus buat lo inget hal itu lagi," ujar Kenzi tak enak.

Dirga kembali meringis sembari memegangi kepalanya, dengan sigap Kenzi langsung membantu Dirga untuk kembali berbaring.

"Udah malam, gue pulang dulu," izin Kenzi.

"Temenin gue disini, please semalam aja," pintanya dengan suara serak. Kenzi pun tak tega untuk meninggalkan Dirga sendiri, akhirnya ia pun mengangguk pelan.

Dirga menyerengit bingung saat Kenzi akan melangkah keluar, sontak tangannya langsung mencekal pergelangan tangan Kenzi.

Refleks gadis itu menoleh ke arah tangan kekar seseorang yang mencekal lengannya, "Gue ambilin kompres sama obat dulu, gue gak kemana-mana kok." Dirga melepaskan cekalannya kemudian tersenyum tipis.

Kenzi kembali melanjutkan langkahnya menuju dapur rumah Dirga, sebenarnya ia juga belum terlalu mengetahui letak ruang rumah Dirga tapi ia yakin pasti ia akan menemukan dapurnya.

Saat keluar dari kamar Dirga, Kenzi dikagetkan oleh seseorang yang berdiri di depan pintu, "Astaghfirullah-"

❇️
To be continued...

Hai-hai ada yang rindu gak niiih😁 maaf ya jarang update 🤧 dan sebenernya mau ada double part sih, tapi karena writer's block melanda ya gak jadi deh, maaf banget ya🤧😣

Leader Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang