"Mau langsung pulang atau ke markas dulu?" tanya Ana kepada yang lain.Mereka hanya saling pandang lalu mengangguk singkat, "Markas aja," ujar Dila pada Ana.
Mereka berjalan ke arah motor masing-masing, akan tetapi saat Kenzi ingin menaiki motornya tiba-tiba saja tangan Lya menahannya.
"Motor lo gue yang bawa, lo sama Hikari aja naik mobil. Muka masih pucet kalo tiba-tiba jatuh nanti malah nyusahin," ujar Lya pada Kenzi. Seperti inilah Lya, ia selalu asal ceplos saja saat berbicara.
Kenzi hanya mencebikkan bibirnya, "Iya-iya bawel lo mak," ucap Kenzi kemudian berjalan ke arah Hikari yang sudah stay di depan mobil putihnya.
Mereka semua melajukan kendaraannya menuju markas mereka. Setelah beberapa menit berlalu, kini mereka telah sampai di depan gedung yang sudah di penuhi oleh beberapa motor.
Baru saja beberapa langkah memasuki ruangan, mereka sudah mendapatkan tatapan intimidasi dari semua anggota.
Mereka duduk berjejer menatap ke arah para gadis itu, sebagian yang tidak mendapatkan tempat duduk berdiri di belakang mereka. Tatapan tajam mereka layangkan pada sang ketua.
"Kenapa gak bilang?" tanya Riky dingin.
Para gadis itu menyeritkan dahinya, mereka benar-benar tak paham dengan keadaan ini. Baru saja masuk tiba-tiba langsung mendapatkan tatapan aneh dari mereka.
Kenzi juga tak kalah bingung dengan mereka, apalagi tatapan tajam yang tertuju pada dirinya dan juga pertanyaan Riky yang terkesan dingin juga membingungkan.
"Maksudnya apa sih?" tanya Kenzi dengan tatapan bingung ke pada para remaja laki-laki didepannya.
"Lo gak mau bales? Udah keterlaluan, gak seharusnya dia kaya gitu ke lo kak!" ucap Fariz pada Kenzi dengan nada yang terkesan ketus.
Kenzi semakin dibuat bingung kemana arah pembicaraan teman-temannya ini, bahkan seingatnya tak ada masalah diantara mereka.
"Bales apa? Keterlaluan apa sih?!" tanya Kenzi kesal seraya mengacak-acak rambutnya.
Ia frustasi dengan keadaan seperti ini, keadaan yang sangat membingungkan! Bagaimana tidak bingung coba, baru datang tiba-tiba langsung mendapatkan pertanyaan aneh dan juga tatap seperti ini.
Riky berdecak kesal lalu menghampiri gadis itu kemudian menjitak kepalanya dengan keras.
"Bego! Emang lo pikir kita-kita gak tau apa masalah lo sama Vanda di uks tadi?" Kenzi mengangguk kecil, sekarang ia paham arah pembicaraan ini. "Dia udah terlalu jauh, lo gak dendam apa sama dia? Atau mau kita yang bales?"
"Kita bales aja, bakar tu rumahnya biar mati sekalian orangnya!" sahut salah satu anggota dengan menggebu-gebu.
"Mata lo main bakar-bakar aja, nanti kena kasus lagi Papa gue ogah nangani lagi!" ketus Ana dengan wajah masamnya.
"Nahlo kalo udah kaya gini gimana coba? Mampus lo," ujar Hikari memanas-manasi.
"Udah! Malah bahas yang enggak-enggak, gue gak mau ada masalah jadi biarin aja." Kenzi berjalan masuk lalu duduk di sofa yang kosong.
"Kalo gini hubungan stiflers sama vanom gimana? Ini gak cuma menyangkut kalian doang, tapi kita-kita juga masalahnya bakal melebar, apalagi tentang pengeroyokan itu," ucap Riky pada Kenzi.
"Gue masih cari cara buat baikan sama mereka, lagian bukan kita yang lakuin pengeroyokan itu," sahut Lya yang berdiri tak jauh dari Riky.
"Kenapa gue curiga Vanda dalang dari semua ini ya?" kata Dila dengan menatap ke arah teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leader Girl (END)
Fiksi RemajaTentang sebuah kisah yang melibatkan banyak hati dan perasaan, tentang lingkaran takdir yang selalu membelenggu manusia. Tentang permainan takdir yang entah bagaimana maunya. Tentang misteri takdir yang selalu mengikat manusia, bagaimana tuhan menja...