|•••° Hanya karena penyakit hati, semuanya bisa berakibat fatal°•••|
"Gue selalu kehilangan orang-orang yang gue sayang gara-gara lo Ken," lirih Vanda dengan menundukkan kepalanya, air mata yang terus mengalir membanjir pipi tirusnya.
Kenzi hendak berjalan ke arah Vanda, ingin sekali dirinya mendekap tubuh temannya ini. Sebenarnya sejahat apapun Vanda padanya ia tetap saja tidak bisa untuk membencinya. Apalagi setelah mengetahui semuanya, bahwa semua penderitaan Vanda yang juga berawal darinya.
Baru saja ia ingin melangkah, Vanda sudah kembali menatap ke arahnya. Namun, tatapan matanya kali ini sangat mengerikan, tatapan yang sangat tajam seolah-olah bisa menerkamnya kapan saja. Sungguh saat ini Kenzi mulai takut dengan gadis didepannya.
Vanda menyeringai ke arah Kenzi, matanya menggelap. Hari ini ia benar-benar dibutakan oleh dendam dan rasa iri hatinya. Ia tidak lagi mengingat ketulusan pertemanan mereka, tidak juga mengingat kebaikan seorang Kenzi.
Ia berjalan ke arah Kenzi dengan senyum miring yang sangat tercetak jelas di wajah manisnya. Kenzi memandang was-was ke arah Vanda, ia berjalan mundur kala Vanda terus maju ke arahnya.
"Semuanya bakal selesai malam ini," desis Vanda dengan terkekeh.
Kenzi menggeleng cepat, "Van! Sadar lo jangan gila! Balas dendam gak akan buat lo tenang!"
Seakan tuli gadis itu tak menghiraukan perkataan Kenzi, baginya ucapan tadi hanya sebuah angin lalu. Ia terus berjalan ke arah Kenzi dengan tatapan tajamnya, dan tak lupa seringainya yang masih nampak jelas. Seakan dirinya tak lagi memiliki hati nurani dan juga pikiran yang jernih, tangannya mencengkram erat benda berkilauan tersebut.
"Sadar Van! Lo jangan gila!" bentak Kenzi lagi, tetapi tetap saja tak dihiraukan oleh gadis tersebut.
Kenzi terus bergerak ke belakang berusaha untuk menghindari perempuan gila didepannya. Namun, sepertinya malam ini dirinya sungguh sial, karena lagi-lagi langkahnya harus terhenti tak kala punggungnya membentur dinding tempat itu.
Vanda tersenyum penuh kemenangan ketika Kenzi sudah tidak bisa bergerak lagi, ia melangkah semakin maju seraya mencengkeram erat sebuah pisau yang sedari dari saku hoodie miliknya, tangannya menggenggam erat benda runcing yang mengkilap itu.
Hawa dingin menyelimuti ruangan lawas yang bercahaya remang-remang ini. Ketakutan Kenzi semakin bertambah besar, semilir angin malam yang dingin juga makin menambah kesan mengerikan bagi leader stiflers ini.
Kenzi menarik napasnya dalam-dalam, tak ada pilihan lain kecuali melawan Vanda. Hanya dengan cara itu kemungkinan ia bisa lolos dari sini. Walaupun sebenarnya dirinya tak ingin melawan Vanda, tetapi jika tidak seperti itu mungkin saja dirinya tak akan selamat.
Vanda semakin mendekat dan hal itu membuat Kenzi semakin menyakinkan dirinya. Dengan yakin Kenzi menendang tangan Vanda hingga menyebabkan pisau di genggamannya terlempar ke lantai.
Vanda mengeram kesal, "Lo ..! Lo gak akan selamat kali ini!" geramnya lalu melayangkan tendangan ke arah perut Kenzi.
Tendangan tersebut tepat mengenai perut Kenzi hingga membuat perempuan ini meringis kesakitan karena punggungnya menghantam dinding dengan keras, luka memar yang ia dapatkan saat bertarung dengan para lelaki tadi saja belum sepenuhnya reda dan kini sudah ditambah lagi.
Dengan sisa tenaganya yang masih ada, gadis itu kembali bangkit dan melayangkan pukulan serta tendangan bertubi-tubi ke arah Vanda. Semua serangan tersebut dapat ditangkis oleh Vanda, meskipun demikian tetap saja ada beberapa serangan Kenzi yang tidak dapat ia tangkis.
Vanda jatuh tersungkur di lantai, ia mengeram marah. Namun, matanya tiba-tiba menatap sebuah objek berkilau yang tak jauh darinya.
Ia langsung mengambil benda runcing yang sempat terlepas dari cengkeramannya tadi dan langsung mengarahkannya kepada Kenzi.
Kenzi yang mendapati sebuah pisau terarah padanya langsung menghalaunya, ia menggenggam erat tangan Vanda agar tidak bisa menggerakkan pisau itu lebih jauh.
"Van! Lo jangan gila bangsat!" bentak Kenzi dengan amarahnya.
Vanda menggeleng sembari tertawa, "Iya gue emang gila! Dan itu semua juga karena lo!"
Kedua gadis itu saling beradu kekuatan, Vanda yang terus berusaha untuk menggerakkan pisau ini maju, sedangkan Kenzi masih tetap bertahan menghalau agar benda tajam ini tidak mengenainya.
Namun sepertinya takdir sudah berkata, pisau tersebut berhasil menghujam ke arah perut salah satu dari mereka. Darah mulai mengalir, sedangkan sang pelaku menatap gemetaran. Ia tak menyangka ini benar-benar terjadi.
End...!
Yey! Akhirnya selesai juga ini cerita🤣 setelah hampir satu tahun lebih aku nulis dan akhirnya selesai juga...
Gimana endingnya? Bahagia bukan? Bahagia lah masa engga :)
Semoga dengan berakhirnya cerita ini, ada beberapa pesan moral yang bisa kalian petik. Ingat! Ambil sisi positifnya dan buang sisi negatifnya oke?!
Cerita mereka beneran berakhir? Enggak nanti masih ada epilog kok, tapi nanti kalo aku gak lupa bikin 😀
See you di next story all! Aku seneng banget bisa ketemu orang-orang baik kaya kalian :) and aku berharap kalian jangan kaya Vanda ya... Penyakit hati itu gak baik okey!
Punya kesan dan pesan buat aku dan seluruh tokoh disini? Tulis aja di komentar okey?!
Ada pertanyaan juga? Tulis aja di komentar atau di link secreto yang udah ada di profil aku ya nanti aku jawab lewat bab tersendiri 🦋🌼
KAMU SEDANG MEMBACA
Leader Girl (END)
Teen FictionTentang sebuah kisah yang melibatkan banyak hati dan perasaan, tentang lingkaran takdir yang selalu membelenggu manusia. Tentang permainan takdir yang entah bagaimana maunya. Tentang misteri takdir yang selalu mengikat manusia, bagaimana tuhan menja...