51. Bulan dan Matahari

5.9K 594 50
                                    

Bulan itu indah bukan? - Daren Cakra Mahardika

Matahari juga indah bukan? - Kenzi Cristhian

***

Motor Dirga berhenti tepat di halaman rumah Kenzi. Ia memperhatikan gadis yang turun dari kendaraannya itu dengan seksama.

Ia memukul helm full face yang dikenakan oleh Kenzi, "Bandel! Kalo gue tau lo keliaran malem-malem kaya tadi ogah gue nolongin lo!"

Kenzi meringis saat kepala yang dilapisi oleh helm dipukul oleh Dirga, ia melepaskan helmnya lalu menatap remaja didepannya dengan sinis.

"Siapa juga yang mau di tolongin sama lo lagi!" ketus Kenzi dengan wajah kesalnya.

Dirga hanya memutar bola matanya culas, "Udah ditolong bukannya terima kasih malah ngomel-ngomel, dasar cewek."

Kenzi mengambil ancang-ancang untuk memukul Dirga. Namun, tiba-tiba kepalanya terasa sangat nyeri, refleks ia pun langsung memegang kepalanya.

Dirga melihat pergerakan Kenzi lantas bergegas melepaskan helm full facenya dan turun menghampiri Kenzi.

Ia memegangi kedua pundak Kenzi dengan wajah yang menatap gadis itu cemas, "Lo gak papa? Lo sakit?" tanyanya dengan bertubi-tubi kepada Kenzi.

"Ken lo kenapa?" terdengar suara dari dalam rumah Kenzi.

Dengan perlahan mereka menghadap ke belakang dan menemukan Cakra yang berdiri didepan pintu dengan raut wajah cemasnya. Lelaki itu berlari kecil menghampiri Kenzi yang masih dipegangi oleh Dirga.

Dirga hanya mendengus lalu melepaskan pegangannya, "Tuh jagain cewek lo, jangan bolehin keluar malem-malem!"

Setelah mengucapkan hal tersebut Dirga berjalan ke arah motornya lalu melajukannya meninggalkan kediaman rumah keluarga Kenzi.

Mereka menatap kepergian Dirga dengan wajah yang sulit diartikan. Cakra memandang wajah Kenzi dari samping, gadis itu tampak lebih pucat dari biasanya.

"Lo sakit? Muka lo pucet banget," ujar Cakra lalu mengarahkan tangannya ke arah jidat Kenzi.

Kenzi menyingkirkan tangan Cakra lalu menggeleng pelan, "Gue gak papa tenang aja, lo ngapain malem-malem disini? Abang mana?"

"Abang lo lagi ke supermarket beli minuman, tadi gue denger suara motor gue kira dia ternyata lo sama mantan," ucap Cakra dengan terkekeh geli.

Kenzi mencibirkan bibirnya lalu menatap Cakra sinis, sepertinya lelaki itu tak sadar diri jika dirinya juga memiliki jabatan mantan dihidupnya.

"Nyadar lo juga mantan gue," sinis Kenzi pada Cakra.

Remaja itu hanya tertawa kecil menanggapi pertanyaan Kenzi, "Lo mau masuk atau tetep disini? Di luar dingin, muka lo aja udah pucet gitu mending masuk."

Kenzi menggeleng, "Gue masih mau disini," ujarnya lalu berjalan ke arah bangku yang ada di halaman rumahnya.

Cakra yang melihat Kenzi mulai menjauh lantas mengikutinya dari belakang lalu ikut duduk di samping gadis itu.

Cakra menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi lalu menyilangkan tangannya didepan dada seraya menatap rembulan yang bersinar di langit malam.

"Bulan itu indah bukan?" Kenzi menatap ke arah Cakra yang fokus menatap langit. Ia pun ikut mendongakkan kepalanya sembari menutup matanya.

"Matahari juga indah bukan?" balas Kenzi pada Cakra.

Cakra menoleh ke samping, menatap lekat wajah Kenzi. Ia tersenyum miris, apakah benar jika ia benar-benar sudah tak ada di hati Kenzi?

Leader Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang