•••________•••
Hati berteriak tak ingin melepas, namun ada sebuah janji yang mengikatnya agar segera melepaskannya
•••________•••Pagi hari Kenzi sudah siap dengan atribut sekolahnya. Hari ini gadis itu terlihat begitu rapi dari hari-hari sebelumnya. Ia pun berjalan menuruni tangga dengan langkah pelan lalu menghampiri sang ibu yang tengah menyiapkan sarapan.
"Morning Mi," sapa Kenzi lalu duduk di kursi seraya mengambil salah satu apel yang ada di meja.
Fandra menatap anak gadisnya dengan tatapan aneh, tidak seperti biasanya Kenzi bangun sepagi ini dan berdandan sarapi ini, biasanya juga urak-urakan.
Merasa diperhatikan Kenzi menghentikan kegiatan mengunyah apelnya lalu menatap sang ibu yang juga tengah memperhatikan dirinya.
Alis Kenzi berkerut saat menyadari tatapan aneh dari sang ibu, "Kenapa sih, Mi? Ada yang salah sama Kenzi?" Pertanyaan Kenzi langsung diangguki spontan oleh Fandra.
"Aneh banget, bahkan sangat ... aneh! Lo dapet hidayah dari mana hah? Kok bisa serajin sama serapih ini? Lo kesambet jin rajin ya? Makannya bisa kaya gini," cerocos Fandra dengan membolak-balikkan pipi Kenzi bahkan menyubitnya.
Kenzi hanya mendengus kesal dengan perlakuan sang ibu, "Ck, apaan sih Mi, ya kali Kenzi kerasukan jin. Masa cantik-cantik gini kerasukan jin."
"Ya kali aja lo kerasukan," jawab Fandra dengan santainya.
Fandra melepaskan pipi Kenzi kemudian kembali menyiapkan sarapan seraya menunggu Kenzo dan sang suami untuk turun.
Tak lama terdengar langkah kaki yang mendekati arah mereka, Kenzi hanya menoleh sekilas lalu kembali memakan buah apel ditangannya.
Kenzo menatap aneh pada sang kembaran, tidak biasanya Kenzi berpenampilan sangat rapih seperti ini dan bangun sepagi ini, apalagi sekarang rambutnya sudah berwarna normal tak lagi ombre seperti hari-hari yang sebelumnya.
Bukannya hanya Kenzo, tapi Devan pun ikut dibuat melongo dengan perubahan sang anak. Mungkin keputusannya untuk memindahkan Kenzi ke SMA Cakrawala memang sudah benar.
"Wesh, gila lo cantik banget kalo rapi gini, dapet hidayah dari mana lo?" celetuk Kenzo seraya menarik kursi di samping sang kembaran.
Kenzi kembali dibuat kesal, sebegitu anehnya kah dirinya sampai-sampai semua orang harus mengatakan hal yang sama.
Gadis itu berdecak kesal lalu mengambil roti isi yang sudah dibuatkan oleh sang ibu lalu segera bangkit dari tempat duduknya.
"Mau kemana kamu Kenzi?" tanya Devan yang menyadari pergerakan dari sang putri.
"Mau berangkat sekolah, kalian ngeselin sih!" ketus Kenzi dengan wajah kesalnya, lalu kembali melanjutkan langkahnya keluar rumah.
Fandra dan Kenzo tertawa kecil, sedangkan Devan hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah istri dan anak-anaknya.
***
Perlahan kaki jenjang Kenzi berjalan memasuki kelas, hari masih sangat pagi dan belum banyak siswa yang berada di dalam kelas.
Bosan dengan suasana yang hening dan senyap, ia memutuskan untuk mengambil ponselnya dan mulai berselancar di social media. Ia mulai membalas pesan-pesan yang dikirim teman-temannya, tapi ada beberapa pesan yang mengalihkan perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leader Girl (END)
Teen FictionTentang sebuah kisah yang melibatkan banyak hati dan perasaan, tentang lingkaran takdir yang selalu membelenggu manusia. Tentang permainan takdir yang entah bagaimana maunya. Tentang misteri takdir yang selalu mengikat manusia, bagaimana tuhan menja...