Kenzi berjalan beriringan dengan Cakra di koridor sekolah. Banyak pasang mata yang mengawasi setiap langkah mereka. Tak jarang juga ia mendengar cibiran dari para murid yang di tujukan padanya. Berita tentang putusnya ia dan Dirga sudah melebar luar di seluruh penjuru sekolah, tentu saja hal itu karena para gosip yang kurang kerjaan.
Cakra melirik sekilas ke samping, ia paham jika Kenzi risih dengan semua ini. Kenzi bukan tipe orang yang cuek sepenuhnya kepada keadaan sekitar, ia juga risih jika ada yang membicarakan dirinya. Cakra mendekatkan bibirnya pada telinga Kenzi lalu membisikan sesuatu.
"Gak usah didengerin, anggap aja mereka cuma setan lewat," bisik Cakra pada Kenzi.
Kenzi mendongak ke arah Cakra, "Mereka 'kan emang setan," jawab Kenzi, Cakra hanya terkekeh geli mendengar jawaban dari Kenzi.
Dua orang gadis berjalan ke arah Kenzi dan Cakra, gadis itu tampak tersenyum miring. Lalu saat tepat berpapasan dengan Kenzi gadis tadi dengan sengajanya menabrak bahu Kenzi.
"Ups, sorry gue gak sengaja," kata gadis itu dengan menutup mulutnya.
Kenzi hanya melirik sekilas lalu menyeka bahunya yang sengaja di tabrak oleh perempuan tadi. Setelah itu tanpa mengucapkan sepatah katapun Kenzi berjalan pergi meninggalkan mereka.
Baru dua langkah ia kembali terhenti saat mendengar suara dari gadis di belakangnya. Telinganya memanas mendengar ucapan menyebalkan dari teman seangkatannya ini.
"Sok banget jadi cewek, dasar kecentilan," ujar orang tersebut pada Kenzi.
Kenzi membalikkan badannya, "Siapa yang kecentilan?"
"Lo lah! Dasar cewek murahan, udah punya cowok masih aja mau sama cowok lain. Lo juga jadi cowok bego banget, udah tau ceweknya selingkuh masih aja mau sama dia." Gadis bername tag Haura itu menatap sinis ke arah Kenzi.
Cakra menatap kesal ke arah gadis itu, tidak tahu semua akar masalahnya tapi asal menghakimi saja. Ia heran kenapa masih banyak orang yang suka menghakimi seseorang tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Kenzi tersenyum miring lalu berjalan perlahan menuju ke arah Haura dan temannya. Kenzi mengulurkan tangannya memainkan rambut Haura yang tergerai.
"Murahan? Ck, kalo gue murahan terus lo apa? Gratisan?" Kenzi terkekeh sinis, "Masih mending gue ada harganya dari pada lo gak ada harganya sama sekali. Mau-mau aja di grep-grep sama cowok sana sini tanpa ada hubungan."
Haura nampak kesal dengan ucapan Kenzi barusan, bagaimana ia tak kesal saat Kenzi mengatainya seperti itu. Niat hatinya ingin menghina Kenzi, tetapi semua malah berbalik kepada dirinya sendiri.
"Gua gak segampang itu, lo gak tau apa-apa! Jadi jaga bicara lo!" teriak Haura tepat di depan wajah Kenzi dengan wajah marahnya.
"Kalo lo gak mau di katain, jangan ngatain orang. Mikir kalo punya otak, atau lo malah gak punya otak? Lo juga gak tau apa-apa disini." Kenzi berujar dengan senyum miringnya.
"Lain kali kalo ngomong gunain otaknya," ujar Kenzi seraya menepuk-nepuk kepala gadis itu kemudian berjalan meninggalkannya.
Cakra yang melihat itu hanya tersenyum lalu mendekati Haura, "Makannya punya mulut jangan lemes, kaya gak ada guna tu mulut." Setelah mengatakan itu Cakra ikut menyusul Kenzi yang sudah berjalan menjauh.
"Anjir, nyelekit banget omongan lo," ucap Cakra sembari tertawa saat sudah berada di samping Kenzi.
"Bodo amat, lagian gue lagi pms malah dapet omongan kaya gitu ya kesel lah gue." Kenzi memanyunkan bibirnya. Kejadian tadi semakin membuat mood Kenzi menjadi menurun.
Cakra tersenyum gemas melihat tingkah laku gadis disampingnya. Tangannya terulur mengacak-acak rambut Kenzi dan membuat sang empu memekik kesal.
Tanpa keduanya sadari ada sepasang mata yang menyaksikan interaksi keduanya dengan tatapan yang sulit di artikan. Ia meremas botol plastik di tangannya dengan kuat lalu melemparkannya ke sembarang arah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Leader Girl (END)
Teen FictionTentang sebuah kisah yang melibatkan banyak hati dan perasaan, tentang lingkaran takdir yang selalu membelenggu manusia. Tentang permainan takdir yang entah bagaimana maunya. Tentang misteri takdir yang selalu mengikat manusia, bagaimana tuhan menja...