38. Sahabat?

7.3K 592 58
                                    

Karena pada dasarnya semua akan berubah seiring berjalannya waktu.
Daren Cakra Mahardika


Kenzi duduk di bangku taman yang berada dibawah pohon rindang. Ia termenung di sana, entah apa yang ia sedang pikirkan sampai-sampai ia tak menyadari bahwa ada seseorang yang duduk disampingnya.

Orang itu tersenyum manis melihat wajah Kenzi dari samping. Ternyata gadis itu masih belum juga menyadari keberadaannya.

"Ken," panggilnya lembut.

Suara lembut itu masuk kedalam indra pendengaran Kenzi dan membuat semua pikirannya menjadi buyar. Reflek ia menghadap ke samping kemudian mendapati laki-laki yang ia tunggu-tunggu sedari tadi.

Hati Kenzi serasa sesak saat melihat senyuman hangat itu. Akankah senyuman itu tetap bisa ia dapatkan setelah pengakuannya nanti? Atau ia malah akan mendapatkan tatapan permusuhan, jujur ia belum siap jika harus dibenci olehnya.

"Kenapa?" tanya orang itu saat menyadari raut wajah Kenzi yang berbeda dari biasanya. Gadis ini terlihat sedikit aneh baginya.

Ia merasa jika Kenzi sedang memiliki masalah. Raut wajah terlihat khawatir dan tidak tenang, apa mungkin ini semua karenanya?

Kenzi terperanjat, ia menggelengkan kepalanya menghilangkan semua pemikiran buruk yang ada di otaknya. Apapun resikonya ia sudah siap, toh ini juga kesalahannya bukan?

"Cak." Kenzi memejamkan matanya. "Gue mau kita break. Maaf, maaf gue gak bisa jujur waktu kita ketemu di supermarket, sebenernya gue udah pacaran sama temen satu angkatan gue."

Akhirnya kalimat itu meluncur bebas dari bibir mungil Kenzi. Gadis itu buru-buru memalingkan wajahnya, air mata sudah berada di pelupuk matanya. Ia tak ingin Cakra menjauhinya, tapi ia juga tak ingin jika Dirga membencinya. Ia dalam posisi yang teramat membingungkan, tapi dirinya berdoa semoga saja keputusan yang ia ambil saat ini adalah keputusan yang benar.

Cakra sempat terkejut senyum itu pun sempat pudar. Namun, senyum itu kembali terbit. Tangan Cakra terulur membalik wajah Kenzi agar menghadap ke arahnya.

"Kenapa nangis?" Cakra mengusap tetesan air yang meluncur dari pelupuk mata Kenzi. "Gue gak masalah, karena pada dasarnya semua akan berubah seiring berjalannya waktu. Dan gue gak nyalahin lo karena semua ini, gue tau pasti berat jadi lo. Maaf karena gue belum bisa jadi yang terbaik," ucap Cakra lalu memeluk Kenzi erat.

Meski kini hubungan antara mereka tidak lagi sepasang kekasih, tapi Kenzi berharap dirinya masih bisa menjalin persahabatan dengannya. Ia tak mau kehilangan sahabat kecilnya, sahabat yang selalu menjadi tempat untuknya berbagi luka.

Cakra melepaskan pelukannya lalu memegang kedua bahu Kenzi, "Gue harap, gue masih bisa jadi sahabat lo. Gue gak mau ya kalo kita jadi musuh," ketus Cakra dengan memutar bola matanya.

Kenzi terkekeh, ada rasa lega dihatinya. Ia sudah bisa jujur pada Cakra, tapi ia masih belum bisa jujur pada Dirga. Mungkin setelah ini ia akan berusaha untuk berbicara dengan Dirga tentang semua ini.  Baginya menyimpan semua rahasia ini dari orang terkasih membuatnya semakin tersiksa.

Dan ia bersyukur ternyata ketakutannya selama ini tidak menjadi kenyataan, nyatanya Cakranya masih tidak berubah, ia masih sama seperti dulu. Ia masih sahabatnya, meski kini mereka bukanlah sepasang kekasih lagi.

"Lo akan selalu jadi sahabat terbaik gue, sampai akhir hayat," ucap Kenzi dengan tersenyum.

Cakra membalas senyuman itu tak kalah manis, ia mendekat dirinya pada Kenzi lalu mengecup keningnya singkat sebagai bentuk kasih sayangnya pada Kenzi. Gue akan selalu sayang sama lo Kenzi Cristhian, selalu– batin Cakra.

Jujur sebenarnya ia tak rela jika harus melihat Kenzi bersama orang lain. Akan tetapi, ia juga tak bisa egois dengan merebut kebahagiaan Kenzi, baginya kebahagiaan Kenzi adalah kebahagiaannya juga. Ini juga kesalahannya karena meninggalkan Kenzi tanpa kabar sama sekali.

"Mau ke toko es krim? Gue traktir deh. Ya itung-itung buat ngerayain kepulangan gue," ajak Cakra dan tentunya disambut antusias oleh Kenzi.

Gadis itu akan sangat antusias jika menyangkut makanan yang memiliki cita rasa manis seperti es krim dan juga coklat.

Mereka berjalan beriringan meninggalkan taman dan menuju kedai es krim terdekat. Mereka berjalan dengan canda tawa seolah-olah kejadian tadi tak pernah terjadi sama sekali.

Tanpa mereka sadari ada orang yang mengawasi mereka dari jauh, seseorang bertudung yang tengah mengawasi mereka dari balik pohon yang lumayan besar.

"Semua ini akan menjadi awal kehancuran seorang Kenzi Cristhian," ujar orang tersebut dengan tersenyum sinis, matanya terfokus pada beberapa tangkapan gambar pada ponselnya.

Ia terkekeh sinis, "Semua akan hancur, hidup lo akan sengsara. Gue yakin itu." Orang itu memasukan ponselnya. "Nikmati saat-saat terakhir lo bahagia, karena mungkin sebentar lagi orang tersayang lo itu bakal ninggalin lo," ucap orang bertudung itu lalu berjalan meninggalkan taman dengan langkah santai, sampai-sampai tak ada yang mencurigainya jika sedari tadi ia mengawasi seseorang.

***

Cakra dan Kenzi sudah sampai di depan toko es krim langganan mereka sedari dahulu. Mereka duduk di bangku yang telah disediakan, lalu Cakra memanggil salah satu pelayan untuk memesan es krim.

Tak lama pesanan mereka telah sampai, mereka menikmatinya dengan diselingi oleh candaan yang dilontarkan oleh Cakra dan juga cerita kehidupan Kenzi selama kepergian Cakra.

"Jadi setelah gue kepergian Rya, Vanda juga pergi?" tanya Cakra, ia tahu tentang kematian Rya. Namun, ia tak tahu jika Vanda juga pergi setelah kematian sahabatnya.

Kenzi hanya mengangguk, "Iya, dia baru balik beberapa minggu sebelum lo balik."

"Kok gue ngerasa aneh ya sama pertemanan kalian? Perasaan dulu gak kaya gini, apalagi sebelum Bang Ardi minta lo buat gantiin posisi dia di stiflers," ucap Cakra. "Perasaan dulu kalian kaya gak terpisahkan sama sekali, tapi kenapa Vanda bisa tiba-tiba ilang?"

"Entahlah gue juga gak tau, tapi waktu balik kemarin dibilang kalo dia tinggal sama opa-oma nya." Kenzi kembali memasukan sendokan eskrim coklat itu kedalam mulutnya.

Cakra menggeleng-geleng pelan, ia terkekeh geli saat melihat wajah Kenzi yang kotor akibat eskrim coklat miliknya. Cakra mengambil tisu lalu mengelap sekeliling bibir Kenzi yang dipenuhi oleh eskrim coklat.

Kenzi terpaku saat Cakra membersihkan noda yang ada diwajahnya. Lelaki itu tampak lebih tampan jika dilihat dari dekat.

Entah mengapa, tiba-tiba rasanya keputusan yang ia ambil sedikit mengusiknya. Ia merasa hatinya sedikit tak tenang.

Apa gue salah? Kenapa rasanya ini semua gak bener?

***
To be continued....

Hayooo tebakan siapa nih yang bener😂 jangan lupa buat follow, vote, and comment

Oke thanks guys and see you di next chapter, semoga ada yang follow dan share cerita ini biar ada double part 😂

I really love you😗💕💕

Leader Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang