Cuma mau bilang, mending baca part 55. Full time, biar kalian gak lupa alurnya hehehe||••Sejatinya kita tidak pernah mengetahui sifat asli seseorang, karena nyatanya semua orang memiliki banyak topeng untuk digunakan••||
***
Orang itu tampak menepuk-nepuk jari telunjuknya pada dagu, "Kenapa ya? Karena gabut mungkin," jawabnya dengan sangat santai.
Mata Kenzi membola, ia menggelengkan kepalanya. Gadis itu menatap aneh pada sosok di hadapannya, hanya karena gabut dia menculiknya? Sungguh impresif.
Kenzi berdecak kesal, "Aneh! Cuma karena gabut lo nyulik gue terus nyekap gue disini? Gabut lo nyusahin!"
Orang tersebut malah tertawa seraya berjalan mengelilingi Kenzi, "Iya, sekalian bales dendam mungkin," ucapnya seraya mengarahkan tangannya yang memegang pisau ke arah pipi Kenzi.
Ia menempelkan benda runcing itu pada pipi Kenzi, lalu sedikit menggoreskannya pada kulit putih pucat milik Kenzi.
Kenzi meringis saat sebuah benda tajam mengenai pipinya, ia tak mengetahui jika orang tersebut membawa sebuah pisau di saku hoodienya.
"Apa sih mau lo anjing?!" umpat Kenzi, ia sudah benar-benar tak habis pikir dengan orang di depannya.
"Apa ya?" ujarnya dengan berlagak seperti sedang berfikir. "Hmm, maybe musnahin lo," sambungnya dengan menyeringai.
Kenzi menggeleng cepat, apa yang terjadi dengan temannya ini? Ah, masih bisakah ia menyebutnya sebagai teman setelah yang dia lakukan selama ini padanya. Dan bahkan sekarang gadis itu ingin memusnahkan dirinya, ia tak tahu apa yang membuatnya seperti ini.
"Lo berubah Van, lo kenapa sih?! Kenapa lo jadi kaya gini?!" seru Kenzi dengan menatap mata Vanda tajam.
Vanda terkekeh, "Berubah? Emang lo tau sifat asli gue? Lo tau gimana gue yang sebenarnya?" tanya Vanda.
Kenzi dibuat bungkam oleh pertanyaan dari Vanda. Benar apa yang gadis ini ucapkan, sepertinya dirinya memang tak pernah mengetahui sifat asli dan kepribadian gadis itu.
"Gue gak berubah, ini gue yang sebenarnya. Ini sifat asli gue tanpa adanya topeng kepura-puraan!" sambungnya dengan tatapan yang masih menatap tajam ke arah lawan.
Kenzi menatap tak percaya ke arahnya, tak tahu kenapa dadanya terasa nyeri saat menyadari sifat asli Vanda yang selama ini tidak ia ketahui. Sesak rasanya saat mengetahui jika selama ini Vanda hanya pura-pura di depannya, rasanya ia ingin memutar waktu dan tidak pernah bertemu dengan gadis di hadapannya ini lagi.
"Lo jahat, gue nyesel udah anggap lo kaya saudara gue sendiri. Gue selalu berusaha jadi sahabat yang terbaik buat lo, dan lainnya. Tapi kayaknya semuanya sia-sia," lirih Kenzi dengan menatap kecewa ke arah Vanda.
Gadis itu terdiam, rasanya sesak saat Kenzi mengatakan hal tersebut seraya menatapnya dengan tatapan kekecewaan. Sebenernya ia juga merasakan ketulusan dari pertemanan mereka. Tapi karena rasa irinya pada Kenzi dan juga dendam yang bersemayam di dirinya, membuat ia menyamping rasa tersebut.
Vanda sesegera mungkin menetralkan raut wajahnya, tatapan kini kembali menajam. Ia menatap benci ke arah Kenzi. Kilasan masa lalu terputar di kepalanya, satu persatu kejadian yang membuat ia benci kepada Kenzi kini silih berganti berputar di ingatannya.
"Gue lebih nyesel minta lo jadi sahabat gue, gue nyesel karena ngenalin lo ke stiflers!" sahutnya dengan wajah yang memerah menahan emosi.
"Jadi karena cuma gue yang dipilih jadi ketua stiflers lo kaya gini? Aneh lo Van!" Ia menatap tak percaya ke arah Vanda, hanya karena hal sepele bisa sampai seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leader Girl (END)
Teen FictionTentang sebuah kisah yang melibatkan banyak hati dan perasaan, tentang lingkaran takdir yang selalu membelenggu manusia. Tentang permainan takdir yang entah bagaimana maunya. Tentang misteri takdir yang selalu mengikat manusia, bagaimana tuhan menja...