48. Darah

6.9K 666 48
                                    

•••__________•••
Setiap keputusan pasti memiliki alasan, maka dari itu terimalah setiap keputusan yang orang lain buat, karena ia pasti sudah tau konsekuensinya
•••___________•••

Selama pelajaran berlangsung Kenzi hanya sibuk melamun memandangi langit yang berwarna biru cerah tanpa ada awan putih yang menyelimutinya.

Ana yang berada di sampingnya hanya menghembuskan nafas berat. Baru saja Kenzi melupakan kesepiannya karena kedatangan Dirga dalam hidupnya, tapi mengapa sekarang ia harus melepaskannya.

Sebenarnya ia tak paham alasan Kenzi memutuskan hubungan mereka, padahal gadis itu sudah merelakan Cakra demi mempertahankan Dirga. Akan tetapi, mengapa sekarang menjadi seperti ini. Ana tak habis pikir, hanya karena sebuah janji Kenzi melakukan semua itu.

"Baik anak-anak karena pembelajaran sudah selesai, ibu harap kalian memahami semua yang telah ibu sampaikan dan kalian bisa melanjutkan belajar kalian di rumah. Ibu akhir pembelajaran ini dan selamat siang, silahkan langsung pulang ke rumah masing-masing." Semua mata tertuju pada guru dengan rambut sebahu yang berdiri didepan kelas.

Semua mengangguk singkat, "Siang buk!" teriak mereka lalu membereskan meja mereka.

"Hati-hati bu, awas nanti digodain pak Ridwan lagi," ujar salah satu siswa yang dikenal sedikit jahil dan langsung mengundang gelak tawa dari murid yang lain.

Bu Fifi hanya menggelengkan kepalanya menghadapi kelakuan dari muridnya itu, sudah menjadi hal lumrah jika para murid menjahilinya dengan membawa-bawa nama pak Ridwan, karena pak Ridwan selalu saja menggodanya saat memiliki kesempatan dengan bu Fifi.

Setelah bu Fifi melangkah meninggalkan kelas, teman-teman Kenzi langsung menghampiri gadis itu. Sedari pagi, ia terus saja melamun dan kembali bersikap dingin seakan ia sudah kehilangan kehangatan dalam hidupnya.

Hikari kembali berusaha untuk menghibur Kenzi agar gadis itu tak murung lagi, rasanya sangat tidak nyaman saat gadis itu kembali bersikap dingin.

"Emm, gimana kalo hari ini kita jalan-jalan atau ngemall," ajak Hikari dengan antusias.

Semua orang nampak mengiyakan ajakan dari Hikari. Namun, Kenzi tetap saja diam tak menyahuti, Dila tersenyum miris.

"Ken," panggil Ana seraya menepuk pelan pundak Kenzi.

Kenzi tersadar dari lamunannya lalu menata satu-persatu teman-temannya dengan bingung.

"Kenapa?" tanya Kenzi.

"Hikari ngajak hang out gimana mau?" sahut Dila dengan senyum manis.

Kenzi menatapnya sekilas lalu menggeleng singkat, "Gue mau langsung pulang aja," sahut Kenzi lalu membereskan buku-buku yang terdapat di atas mejanya.

"Gimana kalo kita ke markas aja?" tanya Lya dan mendapat anggukan dari yang lain.

Kenzi nampak berpikir sejenak, mungkin saja dengan menyibukkan diri di markas bersama dengan yang lain ia akan lupa dengan masalahnya. Akhirnya ia pun mengangguk dan langsung disambut senyuman oleh semua orang.

Mereka berlima berjalan menuju parkiran lalu mengendarai motornya keluar gerbang sekolah.

Lima motor sport itu melaju membelah jalanan, lima belas menit berlalu mereka telah sampai didepan bangunan yang ramai dengan para remaja.

Lima gadis itu mengenakan jaket mereka lalu berjalan memasuki rumah, mereka langsung disambut dengan perdebatan antara anggota junior dan para senior yang tak mau kalah bermain ludo.

"Bang lo curang, harusnya lo gak bisa maju lagi bang!" Protes salah satu anggota junior karena menurutnya seniornya ini sudah berlaku curang.

Tak terima dengan dengan tuduhan sang junior mereka pun membantah tuduhan tersebut.

Leader Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang