"Jangan buat dia berharap terlalu tinggi dan buat dia jatuh terlalu dalam!" -Kanara Ardhana.
Kenzi berlari ke jalan yang lumayan sepi, jalan itu terdapat di belakang sekolah. Ia mulai bingung harus bersembunyi dimana hingga akhirnya satu cekalan tangan mampu menyita perhatiannya.
Kenzi buru-buru melepaskan ikat rambutnya dan membiarkan surai pirangnya tergerai bebas. Ujung tato yang tadi terlihat kini sudah tertutupi oleh rambut pirang Kenzi.
"Lo ngapain di sini?" Netra Kenzi bergerak ke sana kemari untuk memastikan bahwa ia sudah terlepas dari kejaran polisi.
"Bodoh! Mana mungkin gue bakal biarin lo gitu aja," ketusnya.
"Dirga ... tapi lo bisa ikut kena masalah...!" geram Kenzi.
Dirga tak menghiraukan ucapan Kenzi dan langsung membawanya menuju Wangko, di sana terlihat beberapa siswa yang sedang membolos sembari menghisap rokok.
Dirga menyuruh gadisnya untuk duduk setelah itu ia berlalu untuk mengambil kotak P3K yang ada di dalam. Ia mulai membersihkan dan mengobati luka-luka yang ada di wajah Kenzi dengan telaten.
Kenzi yang melihat wajah Dirga dari dekat hanya mampu menahan nafasnya. Ternyata Dirga tampan juga jika dilihat dari dekat. Lah dari mana saja dia hingga baru mengetahui bahwa mahluk di depannya ini cukup sempurna untuk dijadikan kekasih idaman?
"Kenapa lo tahan nafas? Mau mati?" tanya Dirga dengan menaikan sebelah alisnya dan tangannya yang masih telaten menepuk-nepuk luka Kenzi dengan kapas yang sudah diberikan alkohol agar tidak terjadi infeksi.
Wajah Kenzi memerah, ia buru-buru memalingkan wajahnya ke arah lain. Siapa coba yang tidak malu saat tertangkap basah sedang memandangi wajah seseorang? Apalagi posisinya dia sangat membencinya laki-laki tersebut.
Jantung Kenzi berdetak lebih cepat, ia berusaha menormalkan detak jantungnya tapi kenapa tidak bisa? Kenapa ini, apa ia terkena riwayat sakit jantung?
Kenzi menggeleng dengan cepat dan membuat Dirga menatapnya bingung, "Lo kenapa? Pusing? Ada yang sakit sama kepala lo?" tanyanya dengan meniti setiap inci wajah Kenzi.
Bukannya menjawab perempuan di depannya malah mengerjapkan matanya berulang-ulang yang membuatnya terlihat menggemaskan, seperti bayi yang sedang diajak mengobrol.
"Woy, Bos! Kalok mau uwu-uwuan jangan disini! Banyak jones disini!" Mereka menatap tajam ke arah siswa tadi, sedangkan siswa tadi dan teman-temannya malah terbahak-bahak.
Setelah membersihkan luka pada wajah gadisnya dan memberikannya obat merah, Dirga membereskan kotak P3K itu dan mengembalikannya ke tempat semula.
Sesudah mengembalikan kota tersebut, Dirga kembali duduk di samping Kenzi. Mereka sama-sama terdiam, Kenzi diam karena malu dan Dirga sibuk memandangi wajah Kenzi dalam diam.
"Makasih," ucap Kenzi singkat. Dirga hanya mengerutkan keningnya tanda bahwa ia tak mengerti apa yang dia maksud.
"Makasih udah rela bolos dan malah ngobatin gue." Dirga tersenyum tipis bahkan nyaris tak terlihat.
"Sama-sama, udah jadi tugas gue kan selalu melindungi lo?" Kenzi terdiam matanya menatap lekat manik mata Dirga, "Yaudah, balik kuy! Bentar lagi istirahat kedua," sambungnya kemudian menarik tangan gadisnya.
✨
"Kalian ini! Sudah Ibu peringatkan bukan, untuk tidak tawuran?! Tapi kenapa masih diulangi lagi?!" bentak Bu Ike dengan emosi yang sudah meledak-ledak. Bagaimana tidak emosi coba, baru istirahat pertama di peringati untuk tidak tawuran tapi setelah jam masuk malah tawuran!
KAMU SEDANG MEMBACA
Leader Girl (END)
Teen FictionTentang sebuah kisah yang melibatkan banyak hati dan perasaan, tentang lingkaran takdir yang selalu membelenggu manusia. Tentang permainan takdir yang entah bagaimana maunya. Tentang misteri takdir yang selalu mengikat manusia, bagaimana tuhan menja...