•••_______•••
Sebuah kesalah pahaman mampu merusak segala hubungan
•••________•••Enam motor sport dan ninja berhenti di depan rumah yang sudah tua. Namun, masih terlihat bersih dan bisa berdiri kokoh.
Mereka membuka helm full face yang sedari tadi melindungi kepala mereka. Terlihat sosok cantik dari balik helm tersebut dengan rambut yang tergerai indah.
Sang ketua berjalan terlebih dahulu didepan, dan diikuti oleh yang lain. Lya memandang heran salah satu temannya.
"Van, tumben lo gak pakek jaket stiflers? Biasanya juga selalu lo bawa kemana-mana?" tanya Lya curiga dan langsung memberhentikan langkah mereka.
Para gadis itu memandang Vanda yang berdiri diantara mereka, terlihat gadis itu menggunakan jaket levis biasa dan bukan jaket kebanggaan mereka. Tak biasanya Vanda menggunakan jaket itu, biasanya juga dia selalu memakai jaket stiflers.
Sang empu hanya menggigiti bibir bawahnya menahan gelisah yang melanda perasaannya. Takut jika mereka tahu yang sebenarnya.
"Em ... itu, jaket gue ... lagi dicuci! Iya tadi barusan gue cuci terus sekarang masih belum kering. Karena buru-buru kesini yaudah gue pakek ini aja," jelasnya dengan wajah semeyakinkan mungkin.
Mereka hanya mengangguk lalu kembali berjalan memasuki rumah itu. Mereka tak mau terlalu memikirkan tentang jaket Vanda tadi, toh itu juga haknya untuk memakainya atau tidak.
"Aneh," gumam Lya.
Lya masih memandang curiga ke arah Vanda, entah mengapa dirinya merasa jika ada yang tidak beres.
Dirinya bukan gadis yang mudah percaya pada hal apapun, bahkan pada teman-temannya ia pun belum menaruh kepercayaan penuh pada mereka. Dan saat ini ia sangat curiga dengan tingkah laku Vanda semenjak ia mengetahui sesuatu pada hari dimana Fariz dirawat.
Akhirnya ia pun mengikuti langkah teman-temannya menuju kedalam markas mereka. Sesampainya didalam mereka semua dibuat bingung dengan tingkah Fariz, Rizal, dan juga Ricky yang menghampiri anggota lain dengan wajah gusarnya.
Kenzi hanya menautkan kedua alisnya, "Kalian kenapa?" tanya Kenzi mendekati ketiga lelaki itu.
"Jaket kita hilang, padahal tadi pagi masih ada disini," ucap Ricky yang masih kebingungan.
Kenzi semakin dibuat bingung, kenapa jaket mereka bisa hilang? Dan apa untungnya mengambil jaket mereka coba? Itu hanya jaket biasa yang diberi bordiran sayap sebagai identitas mereka.
"Emang tadi kalian taruh dimana?" tanya Dila yang juga tak kalah bingung dengan Kenzi.
Fariz menghempaskan tubuhnya di sofa, "Tadi pagi kita taruh di sana, sebelum kita pulang terus sekolah, jaket itu masih di sana." Fariz menunjuk ke arah sisi rumah.
"Semalam kalian nginep disini?" tanya Ana dan diangguki oleh ketiganya. "Terus siapa aja emang yang disini semalam? Dan pulang paling akhir?"
"Banyak sih, tapi mereka pulang sekitar jam satu pagi, dan karena malas pulang kita tidur disini. Terus tadi pagi kita pulang buat mandi abis itu ke sekolah dan jaket itu kita tinggal disini," jelas Rizal panjang lebar.
"Yang pulang paling akhir?" tanya Hikari.
"Iya, kali aja ada yang nyimpen jaket kalian," sambung Ana.
Mereka tampak berfikir, seingat mereka tadi pagi mereka bertiga pergi bersama-sama, dan tidak ada orang disini.
"Kita pulang bareng," balas Ricky.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leader Girl (END)
Fiksi RemajaTentang sebuah kisah yang melibatkan banyak hati dan perasaan, tentang lingkaran takdir yang selalu membelenggu manusia. Tentang permainan takdir yang entah bagaimana maunya. Tentang misteri takdir yang selalu mengikat manusia, bagaimana tuhan menja...