50. Melindungi

6.5K 595 103
                                    

••••°|Dibalik sikap dinginnya masih ada perhatian yang di sembunyikan|°••••

"Heh ogeb itu yupi gue!" pekik Ana nyaring saat yupi kesukaannya diambil oleh Hikari.

Bukannya meminta maaf dan mengembalikannya, Hikari malah membuka bungkus yupi berbentuk dinosaurus itu lalu melahapnya dengan sekali gigit.

"Yaelah masih satu kotak itu, cuma minta satu aja pelit banget lo," sahut Hikari tanpa rasa bersalah. Ia malah berjalan ke arah Dila kemudian berbaring di sampingnya.

Ana mencebikkan bibirnya kemudian melanjutkan acara makan yupinya, sedangkan Lya dan Kenzi hanya menatap perdebatan mereka tanpa minat.

Saat berkumpul pasti selalu seperti ini, ada saja yang mereka perebutkan entah makanan, barang, atau bahkan sebatas tempat duduk.

"Kalian ribut mulu gak capek apa?" tanya Dila dengan nada ketus.

"Emang dedemit kaya mereka bisa capek?" sahut Lya dan langsung mendapat tatapan sinis dari kedua orang tadi.

"Lo ya jarang ngomong sekalinya ngomong bikin gue pengen jual ke pasar loak," ketus Hikari pada Lya, tetapi tak dihiraukan.

Kenzi melempar bantal yang ada di pangkuanya ke arah ketiga temannya, "Markas aja yok, daripada gabut gini."

"Gas lah ngueng," sahut Dila lalu menutup laptopnya.

Semua pun bersiap-siap untuk menuju basecamp anak-anak stiflers. Satu persatu motor sport tersebut melaju meninggalkan pekarangan rumah Dila.

Tak perlu waktu lama mereka sampai di depan bangunan besar, terlihat banyak sekali motor-motor yang berjejer rapi di halaman.

Ketiga gadis itu memarkirkan kendaraannya lalu berjalan dengan tenang menuju ke dalam. Baru saja masuk beberapa langkah wajah Kenzi dan juga Lya sudah terkena lemparan kulit kacang yang entah asalnya dari mana.

Anggota lainnya langsung terdiam saat tau siapa yang terkena lemparan kacang mereka. Hikari yang melihat itu pun tersenyum senang.

"Hayoo siapa yang ngelempar ni kulit kacang? Mampus macan betina ngamuk noh," ujarnya menakut-nakuti mereka.

Riky yang merasa melemparkan kacang ke arah mereka berdua pun lantas diam membeku. Perlahan ia mengangkat kedua tangannya lalu menampilkan deretan gigi putihnya.

"Ampun, gue gak sengaja. Noh, mereka yang mulai duluan," ucap Riky pada Kenzi seraya menunjuk kearah Dio dan Rafi.

Tak terima di salahkan keduanya pun lantas menatapnya tajam, "Enak aja, noh si Paul yang ngelempar duluan," bantah Dio seraya menunjuk Faul yang berdiri tak jauh dari mereka.

"Heh jamal! Kalo lo gak ngeselin gue gak bakal ngelempar lo pakek kulit kacang anjir!"

"Udah-udah perkara kulit kacang aja diributin!" ketus Kenzi kemudian berjalan menuju sofa lalu ia pun duduk seraya memainkan ponselnya, begitupun dengan Lya.

Mereka semua hanya melongo, tumben sekali kedua singa itu tidak marah-marah kepada mereka.

"Tumben kak lo gak ngomel-ngomel, biasanya rambut ditarik dikit aja langsung mencak-mencak kaya mak-mak kost," ujar Fariz dengan wajah polosnya.

Geram dengan tingkah Fariz, Riky pun menginjak salah satu kaki laki-laki tersebut hingga membuatnya meringis kesakitan.

"Lo bisa diem gak hm?" kesal Riky dengan senyum terpaksa ke arah Fariz.

"Udah lepasin, liat noh muka Fariz udah kaya nahan boker gitu," ujar Lya seraya memakan kacang yang masih ada di meja.

Mereka semua menghembuskan nafas lega, setidaknya mereka tidak mendapatkan amukan dari sang leader dan patnernya.

Leader Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang