Kenzi duduk di tepian kolam renang rumahnya, jemarinya bergerak lincah di atas benda pipi berwarna biru. Ia tersenyum lebar menatap hasil jepretannya minggu lalu saat berwisata bersama teman-temannya. Kenzi terus menggeser layar ponselnya, mamandangi foto-foto mereka hari itu.
Terlalu fokus pada ingatan di minggu lalu, Kenzi sampai lupa jika hari ini adalah hari bahagia sang kakak. Hari ini ialah hari kelulusannya, orang tuanya sudah berangkat ke luar negeri tiga hari yang lalu. Sebenarnya mereka juga mengajak Kenzo dan Kenzi, tetapi karena Kenzi menolak akhirnya Kenzo pun tak jadi ikut dengan alasan ingin menjaga kembarannya.
Baru saja ia memikirkan tentang Faiz, secara tiba-tiba Kenzo menghampirinya dengan senyum manis seraya menggenggam ponsel hitam miliknya. Ia duduk di samping Kenzi lalu mengarahkan monitor ponselnya ke arah Kenzi.
Tentu saja hal tersebut membuat Kenzi tersenyum sumringah, disana terpampang wajah Faiz dengan senyuman yang merekah.
"Cie yang udah sarjana," goda Kenzi dengan terkekeh.
"Seneng banget gue akhirnya lusa udah bisa pulang ke indo dan gak jauh-jauh lagi dari lo sama Kenzo," kata Faiz dengan semangat, hal itu tentu dibalas kekehan oleh kedua adiknya.
"Gue juga jadi lulusan terbaik, pokoknya lo harus kasih hadiah ke gue," sambung Faiz dan dibalas anggukan oleh Kenzi.
"Lo mau apa gue kasih deh," balas Kenzi.
"Minta yang mahal aja bang biar tekor dia," sahut Kenzo dengan tertawa renyah, sedangkan sang kembaran menatapnya kesal.
"Ogah nanti waktu ulang tahunnya dia pasti bakal minta yang lebih mahal, yang tekor malah gue nanti! Sebenernya gue gak pengen yang aneh-aneh sih, gue cuma pengen masakan Kenzi doang, terus gue juga pengen jalan-jalan bareng kalian doang," kata Faiz kepada kedua saudaranya.
"Dih, permintaan lo gak berbobot banget, lo kalo dirumah juga selalu dimasakin makanan sama Kenzi," cibir Kenzo pada sang kakak.
Kenzi hanya menyimak perdebatan dua kakaknya, "Yaudah nanti gue masakin kesukaan lo," balas Kenzi.
Faiz tampak tersenyum lebar dari sebrang sana, sedangkan Kenzo hanya mencibirnya, "Yaudah gue matiin mau ke markas," ucap Kenzi lalu diangguki oleh Faiz.
Kenzi mematikan panggilannya kemudian mengembalikan benda pipih tersebut pada sang pemilik. Ia menatap kembarannya yang berada di sebelahnya.
"Bang gue keluar ya, udah janjian sama anak-anak, gue juga gak pulang nanti," izin Kenzi kepada sang kembaran kemudian berlari kecil masuk ke dalam rumah.
"Hati-hati, kalo ada apa-apa kabarin gue!" balas Kenzo sedikit berteriak.
***
Gadis dengan motor sport hitamnya tiba di depan markas yang ramai dengan teriakan, terdengar juga ada alunan musik yang diputar dengan volume yang tinggi.
Dengan perlahan kaki jenjang milik Kenzi mulai memasuki area tempat itu, hal pertama yang ia lihat adalah ruangan yang kosong. Ia sedikit heran, suara dan musik tadi terdengar sangat jelas, tetapi kemana perginya mereka.
Sekarang Kenzi ingat, pasti teman-temannya ada dibelakang markas. Tadi mereka bilang ingin membakar jagung bersama-sama, ia yakin mereka pasti saat ini berada di halaman belakang markas.
Ia kembali mengayunkan kaki jenjangnya menuju ke halaman belakang, sampai di pintu ia dapat melihat anggotanya yang sedang bersenang-senang di sana. Mereka membakar jagung-jagung itu ditemani oleh alunan musik yang keras yang membuat beberapa di antara mereka berjoget-joget ria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leader Girl (END)
Novela JuvenilTentang sebuah kisah yang melibatkan banyak hati dan perasaan, tentang lingkaran takdir yang selalu membelenggu manusia. Tentang permainan takdir yang entah bagaimana maunya. Tentang misteri takdir yang selalu mengikat manusia, bagaimana tuhan menja...