Ruangan terasa sangat hening dan juga dingin, tak ada yang berani membuka suara sedikitpun. Semuanya diam membisu, bergelut dengan pikirannya masing-masing.
Ada yang duduk diam, takut untuk membuka suara sedikitpun, ada juga yang masih mengobati luka-luka ditubuh mereka.
Kini tatapan Farhan beralih pada Kenzi dan juga Ricky yang kebetulan duduk bersandingan.
"Bisa jelasin semua ini?" Seetelah lama diselimuti oleh keheningan, pertanyaan itu akhirnya meluncur dari mulut Farhan.
Kenzi dan Ricky saling pandang lalu menggeleng bersamaan, "Kita sama sekali gak tau sama maksud mereka yang tiba-tiba nyerang kita dengan dalih kalau kita yang ngeroyok mereka," jawab Ricky.
Farhan tampak menghela nafas panjang, "Kejadian beberapa minggu yang lalu juga, kenapa bisa kalah? Sampai-sampai Riko juga harus meregang nyawa."
Semua diam membisu, seakan memori beberapa minggu lalu kembali berputar. Dimana saat mereka harus kehilangan salah satu anggota keluarga mereka.
"Udah gue bilang berkali-kali saling jaga! Nyawa itu gak bisa dibeli, mulai sekarang gak ada tawuran-tawuran lagi! Gue gak mau kejadian kaya gitu terulang lagi," tekan Farhan dengan tegas.
Semua orang membulatkan matanya, apa mereka tidak salah dengar barusan? Tidak ada tawuran lagi, lantas jika mereka diserang harus mengalah begitu saja?
Kenzi menggelengkan kepalanya dengan pelan, "Lo gak bercanda 'kan Bang? Terus kita harus nyerah gitu aja kalau diserang?" tanya Kenzi seolah mewakili pertanyaan dari seluruh anggotanya.
Semua mengangguki setuju dengan apa yang diucapkan oleh sang ketua. Mana mungkin mereka bisa diam saja, apalagi jika terjadi pengeroyokan pada salah satu anggota mereka, tak mungkin jika mereka semua bisa diam saja.
Farhan kembali menatap kearah Kenzi, "Emang lo bisa janji kalau gak akan ada nyawa yang melayang lagi waktu tawuran?"
Kenzi dibuat bungkam oleh perkataan Farhan, jujur ia juga tak bisa memastikan keselamatan teman-teman pada saat tawuran seperti itu. Bahkan nyawanya sendiri saja ia tidak yakin akan selalu aman.
Teman-teman Kenzi hanya memandang lesuh dan bingung ke arah dua orang itu. Apalagi saat mendengar perkataan yang baru saja dilontarkan oleh Farhan, seakan itu adalah perkataan mutlak dari Farhan.
Farhan bangkit dari duduknya lalu menatap satu persatu orang yang berada di ruangan itu. Tatapan yang menyiratkan sebuah peringatan tegas.
"Jangan ada tawuran-tawuran lagi kalau emang bukan benar-benar masalah yang besar! Jangan sampai gara-gara masalah sepele, sampai ada yang harus kehilangan nyawa lagi!" peringatnya dan mau tak mau harus diangguki oleh seluruh anggota stiflers.
"Yaudah kalo gitu gue pulang dulu," sambung Farhan kemudian melangkah meninggalkan rumah tersebut.
Semua langsung menghela nafas lega. Seakan-akan mereka baru saja diberikan oksigen untuk bernafas.
Semua orang sudah mulai bising membicarakan tentang apa yang baru saja mereka alami. Tak sedikit pula yang protes kepada Kenzi tentang keputusan yang Farhan ambil barusan.
Namun, Kenzi juga tidak bisa berbuat banyak, itu sudah menjadi keputusan mutlak dari sang ketua sebelumnya. Ia juga tidak bisa banyak melawa, Kenzi yakin bahwa keputusan yang Farhan ambil adalah yang terbaik untuk mereka.
Vanda melihat sekeliling lalu kemudian langsung bangkit begitu saja dan berjalan keluar. Tetapi, baru beberapa langkah tiba-tiba suara seorang gadis mengalihkan perhatiannya.
"Mau kemana lo?" tanya Lya dengan menatap curiga.
Tanpa rasa ragu Vanda pun langsung menjawab, "Gue mau pulang, udah ditungguin sama nyokap." Setelah mengatakan hal tersebut, Vanda langsung berlari keluar.
Lya hanya memandang kepergian Vanda dengan tatapan aneh, ia pun berbalik dan kembali bergabung dengan teman-temannya.
"Kalian ngerasa ada yang janggal enggak sih waktu vanom tiba-tiba nyerang kita?" Seluruh perhatian tiba-tiba langsung teralih pada Hikari.
Hikari yang ditatap langsung bergidik ngeri, "Kalian kalo liatin gue biasa aja bisa gak sih, ngeri gue jadinya!"
Dila berdecak kesal lalu memukul lengan gadis disampingnya, "Cepet jelasin nyet!"
"Tadi Dirga bilang kalau anggota kita ada yang ngeroyok dua anggota vanom, dan dia pakai jaket stiflers-"
"Kalau itu mah kita juga udah tau!" ketus salah satu anggota stiflers.
Hikari mendengus kesal, "Makannya dengerin dulu ogeb! Terus tadi jaket mereka bertiga hilang, jadi bisa aja sebenernya ada yang mau ngehancurin kita," jelas Hikari.
"Bener juga," gumam Ricky.
Mereka terdiam, memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Perkataan Hikari ada benarnya, hilangnya jaket tiga orang itu dan penyerangan vanom terjadi di hari yang bersamaan, jadi mungkin saja ini adalah rencana seseorang.
"Tapi yang nyerang mereka empat orang, gue barusan dikasih tau sama Rangga," sela Dila yang membuat mereka semakin pusing.
"Tapi tadi Vanda juga gak pakek jaket, atau jangan-jangan ...." Ana menghentikan ucapannya dan langsung menimbulkan pikiran negatif di otak mereka.
"Jangan asal tuduh, lagian buat apa coba dia ngelakuin ini?" Kenzi ikut menyela agar mereka tidak saling tuduh.
Setelah itu tak ada lagi yang bersuara, diam membisu dengan pikiran yang berkecamuk. Sebenarnya jika Vanda ada dibalik semu ini wajar saja karena menurut mereka setelah kembali selama beberapa bulan atau tahun menghilangkan, tingkahnya sangat aneh.
***
Di sisi lain Vanda tengah berbicara dengan sosok laki-laki yang masih duduk di atas motornya.
"Lo liat bang, apa yang terjadi setelah Kenzi jadi ketua? Dia gak pantes bang!" tegas Vanda.
Farhan terkekeh,"Kalau dia gak pantes, terus siapa yang pantes, elo? Jangan pikir gue gak tau apa maksud lo Vanda," desis Farhan
"Tapi gue yang selalu jaga stiflers, dan gue udah deket sama kalian lebih lama sebelum Kenzi bang! Tapi kenapa dia malah yang jadi ketua?!" cerca Vanda.
Farhan memutar bola matanya malas, waktunya terbuang sia-sia hanya untuk meladeni ocehan gadis gila didepannya ini. Percuma dirinya sampai berhenti dipinggir jalan hanya untuk mendengarkan celotehan tak berguna dari Vanda.
Dirinya benar-benar tak habis pikir dengan Vanda, dulu ia pikir jika Vanda adalah gadis yang baik. Namun, sepertinya ia salah besar, gadis ini gila pangkat dan juga gila hormat, ia juga memiliki rasa iri hati yang begitu besar.
"Apa lo pikir gue gak tau alasan lo deketin gue sama temen-temen gue? Alasan lo selalu ada buat stiflers? Lo itu gila hormat Vanda! Gue bener-bener gak habis pikir sama lo, jelas-jelas Kenzi lebih baik dari pada lo!" hardiknya dengan menunjuk-nunjuk wajah Vanda, ia sangat kesal dengan gadis ini.
"Udahlah kalau cuma itu yang mau lo omongin sama gue, mending gue pulang! Buang-buang waktu ngeladenin lo!" ketus Farhan kemudian memakai helmnya lalu memacu kendaraannya meninggalkan Vanda yang masih mengeram kesal.
"Argh! Apa sih hebatnya Kenzi?! Sampai-sampai semua orang lebih milih dia daripada gue!" teriaknya seperti orang kesetanan.
Untung saja jalanan sangat sepi, jika tidak mungkin ia sudah dikira orang yang memiliki gangguan kejiwaan.
***
To be continued....Hay Linlin balik lagi, hayoo kangen gak nih🤣 maaf ya baru bisa update lagi dan mulai sekarang up gak selalu hari Sabtu jadi seminggu minimal 1 atau 2 kali update 🦋💗
Oke jangan lupa buat vote, comment, and share
Pokoknya share sebanyak-banyaknya nanti Linlin bakal rajin up deh suer✌️Dah lah, segitu dulu Linlin pamit dulu see you next part!! 💗🦋
KAMU SEDANG MEMBACA
Leader Girl (END)
Teen FictionTentang sebuah kisah yang melibatkan banyak hati dan perasaan, tentang lingkaran takdir yang selalu membelenggu manusia. Tentang permainan takdir yang entah bagaimana maunya. Tentang misteri takdir yang selalu mengikat manusia, bagaimana tuhan menja...