9. Ancaman

18.3K 1.6K 11
                                    

Budayakan Votement terlebih dahulu sebelum membaca:')

Vote!

Vote!

Vote!

Jangan bandel...

***

Sinar mentari mulai menampakan wujudnya. Sinarnya mulai menerobos memasuki ruangan yang dipenuhi oleh banyak pernak-pernik dan berbagai boneka.

Sinar yang mulai memasuki ruangan ini tak dapat mengalihkan perhatian seorang gadis yang tengah bergelut dengan selimutnya.

Di sisi lain ada seorang laki-laki yang tengah menatapnya dengan tatapan gemas, ia berjalan mendekat ke arah ranjang kemudian menciumi wajah gadis itu.

"Iih! Bang Faiz diem kek, Kenzi masih ngantuk!" ketus Kenzi, tanpa melihat wajah seseorang itu pun ia sudah tahu siapa yang akan melakukan hal tersebut.

"Bangun, Dek! Ini udah siang lo gak sekolah?" tanya Faiz.

Kenzi membenarkan posisinya dari tidur menjadi duduk, tepat di depan abangnya. Ia memandang wajah abangnya dengan lesu.

"Ini hari minggu, Bang." Kenzi memutar bola matanya ayal.

"Hah! Masa sih, perasaan tadi abang liat hari sabtu deh," balas Faiz.

Karena malas berdebat dengan abangnya, ia langsung mengambil ponselnya lalu menunjukan tanggalan.

"Lah berarti gue salah liat tanggalan dong," ucap Faiz dengan muka polosnya.

Karena kesal tidur paginya di ganggu oleh kunyuk satu ini, lantas ia melempar bantal ke abangnya dan benar saja, bantal tersebut mendarat tepat mengenai wajah Faiz.

Setelah melempar bantal ia langsung berlari menuju kamar mandi dan menguncinya dari dalam.

"DASAR ADIK BIADAB!" teriak Faiz.

Di dalam kamar mandi Kenzi tertawa terbahak-bahak karena ia sudah membalas perbuatan abangnya dengan setimpal.

"Salah siapa gangguin tidur gue," ucap Kenzi dengan cekikikan.

***

Hari ini adalah hari Senin, hari yang sangat di benci oleh seluruh siswa ataupun siswi di setiap sekolah.

Tapi berbeda dengan Dirga, ia sangat menyukai hari-harinya saat ia sekolah, karena dengan sekolah ia tak perlu melihat wajah orang yang sangat ia tak sukai.

"Pagi sayang, yuk sarapan dulu," ucap Mayla Mamah Dirga atau lebih tepatnya ibu tiri Dirga.

"Saya sudah terlambat," jawab Dirga dingin lalu pergi begitu saja tanpa menghiraukan ibu tirinya.

Mayla hanya menghela nafas lelah, sampai kapan anak itu akan berprilaku seperti ini, sampai kapan ia tak menganggapnya.

"Maaf La, gue belum bisa jadi ibu yang baik untuk Dirga," ucapnya lirih.

Disisi lain seorang remaja laki-laki tengah mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, saat ini tujuannya hanya satu tempat untuk menenangkan pikirannya.

Setelah menempuh perjalanan yang singkat akhirnya ia sampai di gerbang sekolah, saat ini sekolah masih nampak sepi hanya beberapa orang saja yang sedang berlalu lalang.

Karena masih sangat sepi ia berjalan ke arah taman belakang, di sana ia langsung duduk di samping pohon yang besar dan rindang.

Leader Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang