Kenzi menunggu Dirga di depan kelasnya, hari ini jadwalnya untuk mengajari Dirga dan teman-temannya. Sebenarnya tinggal satu bab lagi tugasnya untuk mengajari mereka sudah selesai.
Tak beberapa lama Dirga dan yang lainnya keluar dari kelas mereka, saat melangkahkan kakinya keluar dari kelas mereka di buat terkejut karena kehadiran Kenzi dan yang lain di depan kelas mereka.
Untuk apa mereka berdiri disini? Pikirnya. Dirga menepuk keningnya, ia lupa jika hari ini ia ada jadwal belajar bersama Kenzi.
"Lama!" ketus Kenzi. Mereka hanya cengengesan saja.
"Buruan, tinggal kalian bertiga yang belum paham-paham," ucap Kenzi dengan menunjuk Dirga, Bagas, dan Aldo secara bergantian.
"Kan ada Rangga juga," protes Bagas tak terima karena hanya mereka yang di tunjuk oleh Kenzi, padahal Rangga juga ikut andil dalam belajar ini.
"Materi yang gue jelasin udah masuk ke otak dia, sedangkan materi yang gue jelasin ke kalian belum ada yang masuk sama sekali!" ketus Kenzi.
"Buruan," balas Dirga.
"Eh, tapi belajarnya di rumah gue aja ya sama kita juga nebeng soalnya tadi gak bawa kendaraan," ucap Kenzi dengan cengengesan, kali ini sikap dingin dan datarnya sudah lenyap seketika. Ia akan bersikap bar-bar, manja, dan humoris saat bertemu dengan orang yang sudah dekat dengannya, berbeda halnya jika ia bertemu dengan orang baru maka sikap dinginnya akan kembali hadir.
Mereka menganggukkan kepalanya lalu berjalan menuju parkiran, saat mulai keluar dari lorong tiba-tiba ada yang menarik paksa tangan Dila.
Sontak Dila menoleh padanya dan tatapan matanya berubah menjadi tajam, ia menatap nyalang laki-laki yang dengan lancangnya menarik pergelangan tangannya.
"Lepasin!" bentak Dila, namun tak di gubris oleh laki-laki itu.
"Haikal! Gue bilang lepasin!" kini suaranya sudah meninggi, ia sangat malas jika dihadapkan dengan orang tersebut. Luka yang ia ciptakan sudah cukup membekas di lubuk hatinya.
"Dil, gue mau minta maaf, gue mau kita kaya dulu lagi," pinta Haikal dengan nada yang lirih, biasanya Dila akan segera luluh karena ini, tapi tidak untuk kali ini! Ia sudah cukup dikhianati oleh dia!
"Sorry, tapi gue gak bisa," balasnya dengan dingin.
"Dila!" bentaknya.
"Woy santai! Jangan main kasar sama cewek men," ucap Rangga lalu melepaskan cengkraman tangan Haikal dari tangan Dila.
"Siapa lo?! Gue gak ada urusan sama lo!" bentaknya.
Rangga terkekeh sinis, " Gue emang gak ada urusan sama lo, tapi kalau lo berani sakiti dia ... sama aja lo cari masalah sama gue!" tegasnya dengan menunjuk wajah Haikal.
Dila menatap cengo ke arah Rangga, apa maksud perkataannya? Dia menggelengkan kepalanya, mungkin Rangga hanya melindunginya karena dia seorang wanita bukan karena maksud tertentu.
Haikal mendengus kesal dan berlalu meninggalkan mereka dengan terselubung emosi.
"Siapa dia?" tanya Rangga.
"Mantan gue, tolong jangan kasih tau Kenzi ya," pinta Dila dengan muka memelas yang terlihat sangat imut bagi Rangga.
"Kenapa?"
"Gue gak mau Kenzi mukulin anak orang sampe masuk UGD lagi, dia paling gak suka kalau salah satu orang terdekatnya tersakiti," jelas Dila.
Apakah se-khawatir dan sesayang itu Kenzi dengan para sahabatnya hingga dia bisa memukuli orang demi sahabatnya?
Rangga mengangguk kecil dan langsung menggandeng tangan Dila menuju motornya, sedangkan Dila hanya terpaku karena tingkah Rangga.
"Tenang gue jomblo kok, gak usah khawatir gitu mukanya," kekeh Rangga.
Dila hanya tersenyum canggung dan mengikuti langkah Rangga menuju motornya. Setelah sampai di parkiran ia segera naik dan menyusul yang lain.
Sesampainya di rumah Kenzi langsung memasuki rumahnya dan diikuti oleh lainnya.
Sampai di dalam ia melihat para abangnya sedang berkumpul di ruang tamu. Para abang yang Kenzi maksud adalah sahabat Kenzo, ia sudah menganggap mereka sebagai abangnya sendiri karena mereka selalu melindungi Kenzi dan akan berdiri paling depan saat adik kecilnya ini tersakiti.
"Abang!" pekik Kenzi lalu berhamburan di pelukan mereka, ia sudah lama tak bertemu dengan mereka jadi jangan salahkan dia jika langsung berhamburan diperlukannya. Saat ia ikut Kenzo balapan malam itu para sahabat Kenzo ini tidak hadir jadi mereka tidak bertemu.
Dirga dan yang lainnya hanya menatap mereka bingung, mereka belum tahu hubungan mereka. Sedangkan Dirga dan para laki-laki menatap mereka sinis, pasalnya hubungan antara geng Kenzo dan geng Dirga tidak cukup baik.
"Kapan pulang dek? Kok gak ngabarin?" tanya Brian dan mendapat anggukan dari yang lain.
"Hehehe, abang Brian, abang Tian, and abang Radi sebenernya Kenzi udah pulang beberapa bulan lalu," jawabnya dengan cengengesan dan langsung mendapat tatapan garang dari mereka.
"Ken, kenapa gak bilang kalo Cris udah pulang?" tanya Tian dengan tatapan tajam.
"Gak guna," balasnya acuh.
"Mereka siapa?" tanya Radi dengan menunjuk teman-teman Kenzi.
"Oh iya Cris lupa kalok ada mereka, yaudah kita ke ruangan keluarga dulu ye ... mau ngajarin mereka," ucap Kenzi dengan menepuk jidatnya kemudian berlalu ke ruang keluarga dan ikuti dengan lainnya.
Setelah sampai mereka langsung mengeluarkan buku Biologi dan memulai pembelajaran.
Setelah beberapa saat akhirnya materi yang di ulang oleh Kenzi sudah dapat masuk kedalam otak mereka. Setelah itu mereka mulai bersantai dan menghabiskan cemilan yang telah disediakan oleh Kenzi.
"Lah ini Dila sama Rangga mana?" tanya Aldo yang baru menyadari kalau dua orang itu tidak bersama mereka.
"Taman belakang," balas Kenzi.
"Ngapain? Pdkt?" tanya Bagas.
"Mana saya tau, saya kan ikan," balas Kenzi.
"Kepoin yok!" ajak Hikari, gadis satu ini pasti akan heboh jika menyangkut tentang berduaan dengan doi, ia sangat suka menggangu orang-orang yang sedang berduaan terutama para sahabatnya.
Kenzi dan yang lain hanya mengangguk lalu mengikuti Hikari yang sudah berjalan terlebih dahulu menuju taman belakang.
Benar yang di katakan oleh Kenzi, tarnyata mereka sedang mengobrol dan sesekali tertawa di ayunan bawah pohon. Bagas yang memang aslinya usil langsung melancarkan aksinya untuk mengganggu mereka.
"Sayang, kamu kenapa selingkuh sama dia?" tanya Bagas dengan nada yang dibuat-buat seperti perempuan.
Sontak dua sejoli itu menoleh ke sumber suara, mereka semua tertawa terbahak-bahak karena melihat wajah terkejut Rangga dan Dila yang sangat kocak.
"Geli tau gak, Gas!" ketus Rangga.
"Hayoo, ngapain kalian berduaan? Awas kebablasan lho, Ngga," todong Bagas.
"Gila aja, gue juga tau batasan kali!"
"Cie Dila ... cie ...," goda para sahabatnya Dila.
***
To be continued....
KAMU SEDANG MEMBACA
Leader Girl (END)
أدب المراهقينTentang sebuah kisah yang melibatkan banyak hati dan perasaan, tentang lingkaran takdir yang selalu membelenggu manusia. Tentang permainan takdir yang entah bagaimana maunya. Tentang misteri takdir yang selalu mengikat manusia, bagaimana tuhan menja...