Disini gue bukan anggota Vanom, tapi disini kita setara
***
"Kak," cicit perempuan yang baru saja menghampiri meja Kenzi dan teman-temannya.
"Manggil siapa?" tanya Kenzi dingin.
Mendengar pertanyaan Kenzi dengan suara dinginnya, muka yang tetap flat juga tatapan tajamnya yang menatap wajahnya membuat adik kelas tersebut menunduk ketakutan. Ayolah siapa yang tidak takut jika ditatap seperti itu oleh kakak kelas, apalagi kakak kelas yang notabenenya seorang badgirl yang mengalahkan ketua karate di sekolah. Pasti sangat menyeramkan bukan?!
"Jangan pernah sekali-kali nunduk! Jadi cewek jangan lemah!" sinis Lya meskipun terdengar sinis tapi nyatanya perkataan itu memang benar. Jangan pernah sekali-sekali menundukkan kepala agar mahkotamu tidak jatuh. Karena dengan menundukkan kepalamu dapat membuktikan bahwa kau lemah di hadapannya!
Mendengar perkataan Lya, dia memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya dan menatap kumpulan kakak kelasnya yang terbilang cukup sempurna di segi fisik.
"Itu kak, em-disuruh keruangan BK," ucapnya kemudian mendapat anggukan kecil dari Kenzi, setelah mengatakan itu adik kelas tadi pun pamit untuk bergabung bersama temannya.
"Kenapa lagi kita disuruh ke BK?!" Dila berujar dengan ketus.
"Jangan-jangan guru tau lagi kalau kita kemaren habis tawuran!" ucap Rangga, semuanya melongo mendengar tebakan Rangga. Jika benar guru sudah mengetahui kejadian kemarin bisa berabe ini urusannya.
Mereka saling pandang hingga akhirnya Dirga berdiri dan diikuti oleh yang lain. Ini kesalahan mereka, jadi jika mereka akan dihukum maka mereka akan menerimanya, bukankah yang diperbuat pasti harus dipertanggung jawabkan? Dan itu yang saat ini mereka lakukan.
Mereka berjalan beriringan menuju ruangan BK, ruangan yang sangat teramat kramat bagi para siswa atau siswi di sekolah. Namun, berbeda dengan sepuluh remaja tersebut, karena mereka sudah biasa memasuki dan mendengarkan ocehan di ruangan menyebalkan itu.
Hawa dingin menyambut kedatangan mereka. Dinginnya AC ruangan dan tatapan dingin yang di lontarkan bu Ike dan pak Bambang membuat atmosfer bumi seolah-olah berubah 360°.
Bu Ike menyuruh mereka untuk duduk di sofa yang ada di ruangan dan kemudian menatap mereka tajam. Dirga dan yang lain sudah menyiapkan diri mereka untuk menerima omelan dari kedua guru didepannya, karena dari sorot matanya saja sudah dapat mereka tebak jika sekolah sudah mengetahui tentang tawuran hari itu.
Bu Ike menghela nafas lelah, dengan cara apalagi beliau harus mendidik siswa dan siswi didepannya ini? Diberikan hukuman, sudah. Diberikan nasehat apalagi, apa perlu ia meruqyah mereka, agar mereka terbebas dari setan-setan kenakalan?
"Ibu harus bilang berapa kali ... kalau tawuran itu gak ada gunanya...!"
"Kalian ini pelajar lho!"
"Emang kita pelajar, siapa bilang kita direktur!" ketus Bagas dan langsung mendapat tatapan garang dari pak Bambang yang siap melahapnya kapan saja.
Selepas mengatakan hal tersebut Bagas menyadari bahwa kini suhu ruangan sudah berbeda, ia pun menatap kedua guru didepannya dan nyengir tanpa dosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leader Girl (END)
Fiksi RemajaTentang sebuah kisah yang melibatkan banyak hati dan perasaan, tentang lingkaran takdir yang selalu membelenggu manusia. Tentang permainan takdir yang entah bagaimana maunya. Tentang misteri takdir yang selalu mengikat manusia, bagaimana tuhan menja...