Bel sekolah telah berdenting beberapa saat lalu, semua pelajar SMA Cakrawala sudah berhamburan keluar kelas untuk menuju parkiran.
Namun, berbeda halnya dengan Kenzi dan para sahabatnya. Mereka lebih memilih untuk pulang terakhir dari pada harus berdesak-desakan.
Saat dirasa sudah cukup sepi, mereka kemudian berlalu meninggalkan kelas. Namun, saat keluar kelas Kenzi dan yang lain di kaget kan oleh kehadiran beberapa laki-laki di depan kelasnya.
"Heh kunyuk! Ngapain kalian disini?!" semprot Kenzi.
"Heh, nenek sihir lo lupa kalau harus ngajarin kita?" balas Dirga sinis.
"Jangan hari ini sih, gue lagi males! Gue mau bobok manis," ucap Kenzi seadanya.
"Gue juga males kalik! Kalau enggak gara-gara pak Azam gue juga gak mau, njir!"
"Ya udah, kalau lo gak mau mending gak usah belajar dulu." Semua menatap Ana geram, oh tuhan kapan ni anak gak lemot.
"Ana cantik ... kalau kita gak belajar hari ini, kita bisa di makan pak Azam," jelas Aldo dengan nada setenang mungkin, walaupun di dalam hati ia ingin mengumpati gadis di depannya.
"Ya udah, buruan!" putus Kenzi.
"Nah gitu kek!"
"Kalian pulang aja duluan, gue masih harus ngajarin empat curut ini," ucap Kenzi.
"Yah! niatnya mau nebeng, eh malah gak bisa," gerutu Dila.
"Sama yang lain aja," ucap Kenzi.
"Mereka tadi di anterin bambank," balas Dila dengan malas.
"Ya udah, Rangga tolong anterin Dila ya," ucap Kenzi dengan nada memohon.
"Oke siap ... tenang aja pasti aman terkendali," ucap Rangga dengan semangat.
"Heh! Awas ya kalau temen gue sampai kenapa-kenapa!" ketus Hikari dengan memperagakan cara ingin memukul orang.
"Iya-iya, sadis banget!"
Mereka melanjutkan langkahnya menuju parkiran, saat sampai di parkiran semuanya langsung menaiki motor atau mobilnya masing-masing.
Ketika ingin menaiki motornya, seketika ada tangan kekar yang menahannya. Kenzi menoleh dan ternyata dia adalah Dirga.
Kenzi menaikan sebelah alisnya pertanda ia tidak mengerti. Tanpa ba-bi-bu Dirga langsung menarik tangan Kenzi dan mendorongnya masuk ke dalam mobil.
"Hei tembok! Motor gue gimana, nying!" bentak Kenzi.
"Anak buah gue yang bawa," jawabnya enteng.
Kenzi menghela nafasnya pelan, manusia di sampingnya ini memang selalu seenaknya sendiri.
Selama di perjalanan hanya ada keheningan dan aura dingin yang menyelimuti dua manusia berbeda gender itu.
Ya kalian tau lah, gimana jadinya kalau dua kutub es di satukan dalam satu mobil? Pasti sangat dingin, bahkan nyamuk pun enggan untuk bersuara.
Tidak ada yang memecah keheningan di mobil itu. Dirga sibuk dengan jalanan dan Kenzi yang sibuk memandang keluar kaca.
"BERHENTI!" Instruksi dari Kenzi membuat Dirga langsung menepikan mobilnya di samping taman.
"Kenapa?" tanyanya.
Tanpa menjawab pertanyaan dari Dirga, Kenzi langsung turun dari mobil dan menghampiri dua orang yang tengah berpelukan di taman yang lumayan sepi.
Dan yang membuat darah Kenzi kembali mendidih adalah, wanita tersebut dengan lancangnya mencumbu laki-laki tadi.
Ia mengambil ponselnya dan ingin memotretnya. Namun, sialnya ponselnya mati, mau tak mau Kenzi harus meminjam ponsel milik Dirga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leader Girl (END)
Ficção AdolescenteTentang sebuah kisah yang melibatkan banyak hati dan perasaan, tentang lingkaran takdir yang selalu membelenggu manusia. Tentang permainan takdir yang entah bagaimana maunya. Tentang misteri takdir yang selalu mengikat manusia, bagaimana tuhan menja...