Memang saja sudah ditakdirkan untuk bersama oleh Tuhan. Setelah pemeriksaan tadi, ternyata hasil golongan darah yang Jaehyun miliki satu tipe dengan milik istrinya. Maka dari itu ia membiarkan perawat mengambil darahnya sesuai kebutuhan sang dokter.
Dan sekarang, kelima orang—termasuk dirinya tengah menunggu keluarnya dokter yang menangani Chaeyeon dari dalam sana. Padahal ini sudah empat puluh lima menit berlalu dari selesainya Jaehyun transfusi darah, namun ruang operasi belum juga menunjukkan tanda-tanda selesai pada lampunya.
Jujur saja sampai saat ini pun ia masih merasa ketakutan. Kakinya sejak tadi tak mau diam mengetuk-ngetuk lantai bersamaan dengan kedua tangan bergerak gelisah dan dalam hati merapal doa dengan mata terpejam.
"Kalau adikku kenapa-kenapa, kau yang harus menanggung akibatnya." Begitu kata Jinyoung tiba-tiba, yang membuat ia akhirnya membuka mata dan melihat dokter yang ternyata sudah selesai menangani Chaeyeon.
Mereka berlima datang menghampiri pria bersneli putih tersebut untuk meminta keterangan.
"Dengan berat hati, saya harus sampaikan ini pada pihak keluarga." Ujarnya sebagai pembuka.
Dada Jaehyun bergemuruh, saat mendengar kata 'dengan berat hari' terucap dari bibir sang dokter. "Bagaimana keadaan istri saya dok?"
Beliau menghela nafas terlebih dahulu. "Nyawanya.. tak bisa diselamatkan."
"A-apa?" Bahunya merosot dan semangatnya patah begitu saja.
Nyonya Jung sampai jatuh pingsan dan Jinyoung segera membawa ibu nya ke ruang IGD untuk ditangani.
"Katakan ini hanya bualan, dok!" Ia meraih kerah jas pria paruh baya itu dengan ambisi.
"Istri saya masih hidup kan?! OPERASINYA BERHASIL. IYA KAN?!"
"Jaehyun.. tenang dulu Jae." Perintah Winwin dengan lembut.
Kepalanya tak bisa berpikir jernih sekarang. Ketakutan yang terus merasuk dalam dada terkuak sudah.
"Mari ikut ke ruangan saya, tuan. Kita bicara di sana saja agar anda bisa lebih tenang."
"JAWAB PERTANYAAN SAYA DULU DOKTER!"
"Saya akan menjawabnya di dalam." Kata sang dokter yang langsung berlalu begitu saja.
Mau tidak mau Jaehyun mengekor dibelakangnya dengan langkah yang sangat lesu. Seperti ada bagian dari hidupnya yang hilang dan tentu itu adalah sang istri.
"Ada dua hal yang harus saya sampaikan. Berita suka dan duka. Anda ingin yang mana dulu?" Tanya beliau setelah menduduki kursi kerjanya.
Jaehyun berpikir sejenak. Kenapa sang dokter memberikan pilihan segala? Sejak dulu pun kelemahannya adalah di beri pilihan.
"Baiklah. Mungkin anda bingung menentukan jadi biar saya beri tahu yang duka terlebih dahulu."
Ya Tuhan.. semoga istriku baik-baik saja. Monolognya.
"Kedua bayi anda.. Kami memohon maaf karena gagal menyelamatkannya."
Hatinya mencelos sekaligus sesak. Bibirnya terbuka saking terkejutnya mendengar berita buruk itu. "Lalu.. lalu bagaimana dengan istri saya??" Tanya nya tak sabaran.
"Operasi berjalan dengan baik. Namun sayangnya karena istri anda mengalami luka yang cukup dalam, dia kekurangan banyak darah dan saat ini harus terbaring koma dalam jangka waktu yang belum bisa dipastikan."
"Chaeyeon.. koma dok?"
"Hm. Tusukkannya tepat mengenai perut bawah sebelah kiri dan saluran berkemih. Lukanya pun mengenai organ reproduksi dan kami terpaksa mengangkat rahimnya karena posisi istri anda sedang hamil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck Misunderstood [END]
FanfictionTerjebak dalam situasi seperti ini membuatku menyesal. Jaehyun ft. Chaeyeon