55| Kesempatan-Author Point of View

334 62 43
                                    

Keadaan mulai memburuk. Bukan tentang kondisi Chaeyeon—karena bahkan ia pun tidak tahu bagaimana kondisi perempuan itu selama dua Minggu ini. Perkataan mertuanya tak main-main tentang tak mengizinkannya menjenguk Chaeyeon. Setiap hari bahkan beliau selalu ada menemani anaknya di depan ruang ICU, ketika jam besuk telah habis.

Sebenarnya setelah dipikir-pikir, secara tidak langsung ayah Jung Hae In menjauhkan putrinya dari Jaehyun. Bukan hanya kesal yang tak mendasar namun juga rasa ingin memisahkan keduanya lebih mendominasi. Begitu yang ia pikirkan sejak beberapa hari ini.

Bohong kalau Jaehyun tak merasa rindu sama sekali. Nyatanya ketika lengah sedikit, Jaehyun datang ke rumah sakit hanya untuk memandang wajah istrinya dari luar jendela dan berakhir menangis sendirian.

Hidupnya selama ini mengalami kesulitan. Keluarganya tak ada sama sekalipun yang ingin diajak bicara. Semua bungkam setiap kali berpapasan di rumah—karena sementara waktu Rosé dan Junghwan tinggal disana agar urusannya tak semakin merumit.

Bisa berpikiran macam-macam mertuanya nanti kalau Rosé masih dibiarkan tinggal satu apartemen dengannya. Lagi pula, ia juga tak merasa kehilangan ketika wanita itu tak ada di unitnya—berbeda sekali keadaannya ketika Chaeyeon pergi meninggalkannya tempo lalu, rasanya hampa seperti tak ada tanda-tanda kehidupan.

"Melamun lagi heh?"

Winwin tanpa di undang masuk begitu saja ke dalam ruang kerjanya dengan membawa beberapa berkas. "Sampai kapan kau mau kayak gini terus, Jae?"

"Sampai aku bisa melihat Chaeyeon."

"Dua hari yang lalu aku menjenguknya."

Jaehyun yang merasa iri lelaki itu bisa sesuka hati datang ke ruang ICU pun enggan membahasnya. "Kita bicarakan lagi nanti. Aku mau makan siang, kau mau ikut gak?"

"Benar kamu gak mau dengar kelanjutannya?"

"Aku tahu kau baru aja meledek—"

"Detak jantungnya tiba-tiba berhenti."

Dan ucapan sekretarisnya itu membuat kepalanya menoleh dengan sempurna. "Apa? Jangan bercanda kau!" Jaehyun mengecam.

"Kak Jinyoung saksinya. Aku ada disana berdua dengan dia dan panik setengah mati."

"Lalu bagaimana keadaan istriku?" Jaehyun mulai berjalan mendekati sang sekretaris dan bertanya dengan nada menuntut.

"Kau mau tahu?"

"Hm!"

"Datanglah nanti malam."

"Ayah gak memberikanku izin."

"Hanya untuk malam ini. Tuan Hae In dan nyonya Hyo Joo pergi ke Jeolla nanti siang dan pasti jadwal besuk malam ini kosong. Jadi kau bisa datang tanpa ketahuan."

"Kau serius?" Tanya nya penuh harap. Winwin mengangguk cepat. "Aku kasihan padamu. Dua Minggu ini pasti terasa berat ya?"

"Sangat." Matanya menerawang jauh ke depan. "Rasanya aku hampir gila. Sama seperti terakhir kali aku ditinggalkan olehnya waktu itu."

"Ini kesempatan yang baik, bukan?"

"Iya. Terima kasih!"

"Hm."

"Kau mau apa? Ayo bilang. Aku akan menuruti semua keinginanmu."

"Eiih gak perlu berlebihan kayak gitu."

"Serius. Apapun itu permintaanmu."

"Kalau ternyata.. aku mau istrimu bagaimana?"

Dahi Jaehyun mengerut tajam. "Maksudnya?"

Stuck Misunderstood [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang