17| Sikap Hangatnya

294 66 8
                                    

Meskipun aku belum menikah, namun aku cukup tahu diri untuk bangun pagi-pagi dan membuatkan sarapan tiga porsi dengan dua orang yang menjadi tanggunganku saat ini.

Hasil perdebatan kemarin adalah aku yang menang. Jaehyun akhirnya mengalah dan memperbolehkan aku untuk menyusun kembali skripsi dengan syarat berangkat dan pulang harus bersamanya. Itu tidaklah masalah untukku. Lagipula menghemat uang juga bukan?

Jam menunjukkan pukul setengah enam pagi. Selesai membuat sarapan, aku lantas pergi ke lantai satu untuk membangunkan Junghwan. Jaehyun mungkin sudah bangun karena dia terbiasa berangkat kerja pada pukul tujuh, jadi aku tidak perlu memasuki kamar lelaki itu.

Oh iya, tentang posisi tidur? Aku sekamar dengan Junghwan di kamar tamu. Jaehyun memang memintaku untuk tidur bersama dalam satu ranjang di kamarnya namun aku tidak mau karena menurutku itu sama saja dengan bunuh diri.

Tidak ada yang tahu isi di dalam otak pria itu bagaimana. Bisa jadi Jaehyun termasuk dalam jejeran lelaki ber-otak mesum, jadi aku harus waspada sebelum keperawanan ku musnah begitu saja olehnya.

Kini aku sudah berada di dalam kamar dan merangkak ke atas kasur untuk membangunkan putraku.

"Sayang.. bangun yuk. Mandi habis itu kita sarapan.

"Jung masih ngantuk, Bun."

"Ayo dong sayang. Nanti kamu terlambat ke sekolah."

Anak ini akhirnya menurut dan melangkah malas ke arah kamar mandi. Sementara aku menyiapkan seragam yang akan si bocah pakai hari ini.

Empat hari sudah, dia tidak sekolah demi menemaniku. Menurut cerita Jaehyun, Jung terus saja menangis dan enggan bangkit dari kamar tamu kak Jinyoung demi menemaniku yang terbaring lemah beberapa hari lalu.

Aku tak memarahinya karena aku memahaminya. Mungkin Jung takut tidak ada yang menjagaku karena kak Jinyoung bekerja di agensi dan dia sekolah, jadi Jung memilih untuk membolos.

"Jung, bunda taruh baju kamu di atas kasur ya." Kataku dari balik pintu kamar mandi berharap dia dengar. Dan ketika suara sahutan Jung menggema, aku kembali ke lantai bawah untuk membuatkan bekal padanya.

"Astaga, Jaehyun!" Aku terkejut saat melihat Jaehyun yang berdiri di depan pintu ketika berhasil ku buka dan hendak keluar dari kamar.

"Apa aku membuatmu terkejut?"

"Menurut kamu?"

Dia tersenyum. "Maaf. Aku cuma mau minta tolong sama kamu aja."

"Minta tolong?"

Tangan kanannya memegang dua buah dasi berwarna senada dengan jas hitamnya namun berbeda model. "Tolong pilihkan mana yang bagus untuk ku pakai hari ini, istriku."

"Huh.. apa? Coba bilang sekali lagi?"

Dia terkekeh. "Baiklah maaf, calon istriku. Menurutmu aku lebih cocok pakai yang mana?"

Sejujurnya aku tidak tahu tentang fashion. Kalau ku pilih corak garis biru, takut malah membuat pakaiannya terlihat buruk.

"Maaf, kayaknya ku gak bisa memilih karena apapun yang kamu pakai akan terlihat bagus pastinya. Jadi menurutku kau pakai apa aja cocok."

"Aku memintamu untuk memilih satu. Apapun pilihanmu akan aku pakai sekarang, Chaey."

"Oke-oke. Menurutku dibanding dasi bergaris putih, lebih baik yang biru karena kemeja mu berwarna senada dengan yang ini." Aku menunjuk dasi yang dimaksud.

Jaehyun mengangguk. "Terima kasih sarannya. Aku ke kamar dulu, tolong tunggu aku di meja makan ya sayang." Lalu dia memasuki kamarnya lagi dengan aku yang masih diam mengatur detak jantung yang tiba-tiba berdegup kencang.

Stuck Misunderstood [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang