28| Rosé yang malang

294 50 18
                                    

"Beri aku kamar!"

Dan sepertinya dia menghentikan langkah. "Apa?"

"Kamu gak mungkin membiarkan ibu hamil tidur di kursi begini kan?"

"Akan ku pikirkan."

"Kalau kamu takut aku tahu identitas mu. Pakailah topeng, supaya aku gak bisa lihat wajah kamu." Aku menunduk, menatap perutku yang terhimpit tali. "Kasihan anakku. Dia pasti merasa kesakitan di dalam sana."

"Baiklah. Tunggu beberapa jam lagi. Aku diskusikan dulu dengan perempuan itu."

••••••••••

Kayaknya aku kasih spoiler begitu aja ya? Tapi ini ngacak. Bukan tentang chapter yang di publish. Gak apa kan?

Happy Reading!!

—Stuck Misunderstood—

S

esuai perjanjian, aku bertemu dengan Rosé di kafe Homes'our Gangnam, tepatnya kafe milik kak Sejeong—istrinya kak Doy yang dulu sempat menjabat jadi ketua himpunan angkatan 18.

Dari jauh aku melihat tubuh Rosé berlarian menuju kesini ketika pandangan kami bertemu—yang memang aku duduk di samping kaca besar. Dia baru datang sementara aku sudah memesan minuman dan tersisa setengah.

Begitu masuk dalam kafe dan aku berdiri untuk menyambutnya, Rosé langsung memelukku dan menangis kencang hingga menimbulkan atensi seisi kafe. Benar-benar seperti seseorang yang tengah menahan kesakitan seorang diri.

"Ada apa, Rosé? Kamu kenapa?" Sebenarnya yang ingin aku tanyakan padanya adalah kenapa masih disini? Bukankah suaminya waktu itu bertugas hanya seminggu?

"Junhoe Chaey.." dia masih menangis di bahu ku. "Dia hilang.."

"A-apa?" Mataku membulat sempurna mendengar penuturannya. "Maksud kamu apa Rosé? Sini duduk dulu, jelasin semuanya."

Ku tuntun Rosé agar duduk di sebelahku. Sejenak dia menghapus air matanya, sedangkan aku memanggil pelayan untuk menyediakan matcha latte dan air putih.

"Jadi sekarang cerita, kenapa sebenarnya kamu minta ketemu?"

"Seminggu yang lalu, Junhoe pergi ke Jepang untuk perjalanan tugas selama dua hari. Dia memintaku untuk tetap di Seoul selagi dia bertugas di sana supaya kami bisa pulang ke New Zealand bersama."

".. sebelumnya aku memang merasa gak enak hati, Chaey. Biasanya Junhoe selalu mengajakku ketika bekerja, tapi pada hari itu dia cuma memintaku untuk menunggu."

Ku lihat air mata tak henti-hentinya mengalir di pipi mulusnya. Seakan berita yang dia bawakan benar-benar memilukan.

Dan disini, aku tahu bahwa Rosé bukan semata-mata menikahi Junhoe karena paksaan orang tuanya. Namun karena alasan saling menyayangi. Tak pernah aku melihatnya sesedih ini sebelumnya. Yang ku kenal, Rosé adalah sosok yang periang dan cerewet.

"Aku kelimpungan, Chaey. Saat aku mengirimkan pesan padamu empat hari yang lalu, itu aku baru saja bangun setelah pingsan selama dua hari."

"Astaga.. sebegitunya kamu Rosé?"

"Kamu gak pernah ngerasain yang namanya ditinggalkan Chaey. Dan aku harap Junhoe cepat ketemu."

"Sekarang belum ada pemberitahuan lagi?"

Dia menggeleng. "Aku juga udah minta bantuan teman-temannya Junhoe. Tapi mereka bilang pesawatnya hancur lebur dan kemungkinan masih hidup kecil." Tangannya memegang bahuku. "Gimana ini Chaey? Aku gak mau pulang sebelum Junhoe ditemukan!"

Stuck Misunderstood [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang