02| Siapa dia?

601 87 17
                                    

"Sayang mau makan apa?"

"Mie yang enak itu Bun, waktu kita pergi sama paman Mingyu."

Aku berpikir sebentar. Mengingat-ingat apakah kami—aku, Mingyu dan Junghwan pernah makan bersama sebelumnya?

"Oh Mie Udon?"

"Iya. Apa boleh Bun?"

"Tentu dong. Ayo! Bunda tau dimana tempatnya."

Aku menggenggam lengan Junghwan dan berjalan menuju kafe yang dimaksud oleh anak ini. Kebetulan teman satu fakultas ku sedang sibuk bergelut dengan dokumen-dokumen milik Prof. Yesung. Maklum lah, asisten dosen.

"Bunda, Junghwan mau minum matcha juga boleh?"

"Apapun itu, untukmu tentu akan bunda turuti."

"Paman Mingyu mana Bun?"

"Ada tugas kayaknya. Kita berdua aja ya?"

Beruntung tempatnya tidak terlalu jauh. Jadi tak membutuhkan waktu lama, kami sudah sampai di tempat tujuan. Aku menggendong tubuh Junghwan, untuk mempermudahnya melihat menu.

"Junghwan mau mie rasa apa?" Tanya ku sambil sedikit membenarkan syalnya yang agak terbuka.

"Yang ada kerang nya Bun!"

"Kak Joy, Mie udon kerang dua, americano satu dan hot matcha."

"Bunda, Jung maunya ice Matcha."

Aku mengusap surai nya. "Ini lagi musim dingin sayang. Nanti kamu sakit kalau minum yang dingin-dingin."

"Ada lagi gak Chaey?"

"Udah itu aja kak." Aku menurunkan Junghwan dan mengeluarkan beberapa lembar uang lalu diberikan pada kak Joy.

"Kamu kapan hamil Chaey? Tiba-tiba udah punya anak aja."

"Kakak ini selalu aja meledek."

"Ya habisnya kamu bawa anak itu terus kemana-mana. Aku jadi bingung, ibu kandung anak ini siapa sebenarnya?"

"Tentu Rosé lah! Aku masih perawan ya!"

Kak Joy terkekeh. "Baiklah maafkan aku. Kau nampak emosi sekarang."

Perempuan ini adalah kakak tingkat ku yang sudah wisuda dua bulan lalu. Kabarnya sebentar lagi dia akan menikah dengan kak Sungjae—yang dulu menjabat sebagai wakil ketua himpunan.

Aku pun mencari tempat duduk, sementara Junghwan sudah berlari lebih dulu.

"Jung jangan lari-lari, nanti kamu nabrak—"

Plung!

Prak!

"Junghwan!"

"Bundaa huwaa~"

Aku segera menghampiri anak itu yang terduduk di lantai karena tak sengaja menabrak seseorang.

"Kan udah bunda bilang jangan lari-lari! Kamu tuh kebiasaan ya, jadi nabrak orang gini." Aku berlutut di depannya untuk membenarkan letak syal yang selalu terlepas. "Mana yang sakit, hm?"

"Pantat Junghwan sakit huhu." Anak ini masih menangis kecil, membuatku gemas. "Suruh siapa main nyelonong aja? Bukannya tunggu bunda dulu."

Aku menggenggam lengan anak ini. Lalu memandang ke arah depan yang dimana berdiri seorang lelaki dengan jas hitamnya dan perempuan yang mengenakan dress selutut berwarna senada.

"Sekarang Junghwan minta maaf dulu sama paman." Titah ku.

Junghwan menunduk, sambil memainkan jarinya. "Minta maaf, paman. Junghwan gak hati-hati dan jadi menabrak paman."

Stuck Misunderstood [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang