26| Tertampar kenyataan lagi dan lagi

330 56 3
                                    

Hari kedua aku berada di Bali semua nampaknya baik-baik saja. Tentang ucapan ku semalam, Jae menegaskan bahwa saat ini dan seterusnya, hanya aku yang menjadi cinta, kebahagiaan, dan dunianya.

Aku yang memang enggan bertengkar malam itu memilih untuk mengiyakan saja ucapannya. Tidak tahu apa yang lelaki itu lakukan kalau saja mantan kekasihnya datang lagi ke dalam kehidupannya, iya kan?

Dan pada pagi hari ini, kami pergi keluar hotel untuk sekadar berjalan-jalan.

Ternyata pulau ini benar-benar surga dunia yang sesungguhnya. Bali memiliki beragam destinasi mewah yang berhasil membuat netra takjub berkali-kali tanpa bosan.

"Mau naik sepeda?" Tawar Jaehyun. Karena disini ada tempat sewa sepeda yang tentunya memiliki guide tersendiri, jadi kami memutuskan untuk merental alat transportasi beroda dua itu untuk berkeliling wilayah yang mayoritasnya memang pedesaan.

Jung ingin ikut, tapi dia tidak diperkenankan untuk menaikinya karena disana tidak ada sepeda khusus anak-anak. Maka dari itu dia memilih untuk sarapan di restoran saja sekaligus bermain di ruangan yang sudah di sediakan.

"Satu sepeda?" Tanyaku dengan dahi mengerut, ketika melihat Jaehyun hanya mendorong sebuah kemudi sepeda bagian kanan.

"Hm. Kamu naik sama aku aja."

"Loh? Kenapa? Aku bisa naik sendiri kok Jae."

"Aku gak akan ngebiarin kamu capek kayuh sepeda, okay? Jadi kamu naik sama aku." Jaehyun menaiki sepedanya. "Ayo,"

"Dimana?"

"Mau belakang atau depan?"

"Jangan macam-macam ya Jae! Mana mungkin satu jok sempit kayak gitu diisi dua orang?" Desis ku saat melihat tak ada space tempat yang Jaehyun duduki.
"Yang nyuruh kamu duduk di jok siapa? Nih, kamu naik disini." Jae menepuk besi bagian depannya yang sudah tersedia bantal empuk berkaret. "Gak sakit kok, kamu cukup duduk miring aja."

Aku mengikuti instruksinya. Memang tidak sakit, namun aku cuma takut suamiku malah kelelahan karena menahan bobot dua kali lipat.

Sepeda mulai berjalan, dan aku rasa Jaehyun tak menunjukkan bahwa dia merasa keberatan dengan aku yang duduk di depannya.

"Berat gak Jae?" Tanyaku sembari menengadah ke belakang. Dia menggeleng. "Apanya yang berat? Kamu itu kurus loh Chaey jangan berpikiran tubuh kamu kayak sumo."

"Ck, aku serius tahu!"

"Kamu enteng, sayang. Segini mah gak ada apa-apanya sama aku."

"Masa sih?"

"Hm. Kamu mau coba bonceng aku?"

"Bonceng?" Aku mendelik. "Yak, kau pikir tubuhmu ini kapas?"

"Bercanda sayangku. Kamu kok jadi sensitif gini sih?"

"Ya habisnya kamu ngeselin."

"Maaf deh maaf."

"Kalau kamu capek, bilang aku ya? Nanti aku turun aja."

"Turun? Terus kamu sama siapa? Jalan kaki?"

"Eh iya bener juga."

Pria ini tertawa. "Aduh Chaey, gak kuat nanjak nih jangan bikin ketawa."

"Dish, siapa juga yang bikin ketawa?"

"Gemes deh istriku ini. Jangan jauh-jauh dari aku pokoknya ya!"

Iya, Jae.. mungkin.

—Stuck Misunderstood—

Selesai bersepeda empat jam lalu, aku dan Jaehyun serta Junghwan memilih untuk berenang—tentunya di dalam resort yang menjadi salah satu properti disini.

Stuck Misunderstood [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang