Ketika pergulatan ranjang terjadi, aku langsung pergi dari sana dan mengungsi ke apartemen Eunwoo sampai malam tiba. Setidaknya, pikiranku harus bersih dulu dari peristiwa memuakkan tadi sore.
Lelaki itu terus mengintrogasi tentang tangisanku yang tak kunjung reda dan aku hanya menanggapinya dengan senyuman. Tak mampu berkata bahwa aku hancur karena melihat penyatuan calon pasutri itu.
"Terima kasih atas tumpangannya." Aku hendak turun dari mobil namun Eunwoo malah menarik tanganku. "Masih gak mau cerita hm?"
"Ini udah malam, Eunwoo. Aku harus pulang."
"Tapi aku mau tahu alasanmu rapuh saat ini."
"Aku gak apa-apa. Mungkin ini hormon ibu hamil."
"Cerita kalau kamu ada masalah, jangan dipendam sendiri. Kamu lagi hamil dan janin mu bisa keguguran kalau kamu terlalu banyak beban pikiran."
"Terima kasih atas perhatianmu. Jaga diri baik-baik dan jangan sampai sakit. Aku akan selalu merindukanmu." Itu kata terakhir yang aku sampaikan pada Eunwoo sebelum benar-benar turun dari mobilnya. Tanpa melihat kebelakang lagi, aku langsung masuk ke apartemen dan naik ke lantai tiga.
Kau tahu apa yang lebih sakit dari jatuh cinta? Itu adalah mencintai secara sepihak. Kalau kalian menjadi salah satunya, aku mohon tinggalkan lelaki itu sekarang sebelum kau jatuh terlalu dalam.
Apa bagusnya mengejar cinta seorang diri? Bukankah lebih baik berjuang bersama-sama? Dengan begitu masing-masing belah pihak akan merasakan indahnya dicintai.
Maaf terlalu menggurui. Aku hanya tidak ingin kalian bernasib sama dengan ku. Ayo belajar dari pengalaman, sudah berapa kali kalian gagal dalam hal percintaan? Kalau aku mungkin tak akan pernah mau mengenal cinta untuk kedua kalinya.
Ternyata cinta pertama tak seindah apa kata orang. Mereka bilang banyak yang berhasil tentang first love namun sepertinya itu tak berlaku buatku.
Sandi apartemen ku tekan dan hal yang pertama kali ku lihat di depan pintu adalah Jaehyun yang berdiri tegap dengan tatapan mengintimidasi.
"Darimana kamu jam segini baru pulang?"
"Bertemu teman."
"Winwin bilang kamu udah pulang dari sore, kenapa baru sampai apartemen jam dua belas malam?"
"Aku capek, mau istirahat."
"Begitu caramu menjawab pertanyaan suami? Ini bukan sekali dua kali kau bertingkah seenak jidat."
Aku menghentikan langkah. Dengan perasaan dongkol, ku balik tubuhku dan balas menatap tajam manik Jaehyun. "Suami? Apa dirimu pantas ku anggap suami?"
"Jung Chaeyeon!"
"Aku tengah berada dalam fase dimana aku menyerah dan tak bisa lagi menunggu. Pilihan yang pernah ku berikan padamu waktu itu kamu gak hiraukan dan aku cukup muak berada dalam pernikahan nggak sehat ini, Jaehyun-ssi."
"Kau pikir hatiku bisa terus bersabar melihat tingkahmu yang seperti ini? Gak ada lagi yang bisa dipertahankan dalam pernikahan kita dan aku rasa sikapmu selama ini udah cukup jelas." Sambung ku lagi.
"Ada apa denganmu?"
"Kau. Tanya. Pada. Dirimu. Sendiri!" Ku tunjuk dadanya dan berkata dengan lugas. Selanjutnya, aku pergi ke kamar untuk merapihkan pakaian ku dan memasukkannya kedalam koper.
Aku harus pergi malam ini. Lebih cepat lebih baik. Apalagi Junghwan posisinya sudah tidur, jadi mungkin dia tidak akan menangis kalau aku pergi sekarang juga tanpa pamit.
"Chaeyeon, buka pintunya!"
Ketukan pintu yang terdengar seperti di gedoran kecil terus berbunyi. Aku memilih untuk tak acuh dan kembali melanjutkan aktivitas ku memasukan baju ke dalam koper.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck Misunderstood [END]
FanfictionTerjebak dalam situasi seperti ini membuatku menyesal. Jaehyun ft. Chaeyeon