44| Sudah bukan lagi panggung sandiwara

296 60 31
                                    

"Chaeyeon.."

Aku hanya menoleh sekilas, kemudian pandanganku tertuju kembali pada bangunan perkotaan yang tak pernah mati oleh aktivitas manusia.

"Kamu gak mau makan? Dari kemarin kamu skip makan. Aku khawatir."

"Aku gak lapar Jae. Kalau gak ada keperluan lagi, bisa kamu keluar dari kamar dan tinggalkan aku sendiri?"

"Junghwan bilang, kamu nangis setelah ngobrol sama papa di ruangannya. Apa yang kalian bicarakan?"

Memang kemarin papa sempat menamparku hingga pipiku memerah dan terasa panas. Junghwan juga sebenarnya berada di sana dan melihatku menangis, namun dia tak tahu apa yang terjadi karena saat itu dia tengah bermain dengan Jeno.

"Jae, selama ini aku gak pernah minta apapun kan sama kamu?" Aku berbalik dan benar-benar menatapnya sekarang. "Boleh aku memohon satu permintaan sekarang?"

"Kamu pasti cerita yang sebenarnya sama papa kan? Beliau marah karena telah dibohongi."

"Jaehyun—"

"Apa yang papa bilang sama kamu, Chaey? Dia gak nyakitin kamu kan?"

"Jae—"

"Seharusnya kamu bilang sama aku kalau mau terus terang sama papa, biar nanti aku yang lindungi ka—"

"JAEHYUN BISA TINGGALKAN AKU SENDIRI?!"

"Kamu bisa sakit kalau kayak gini terus Chaeyeon!"

Dia memelukku yang hampir terjatuh. Kepalaku terasa pusing dan mual secara bersamaan. Tubuhku benar-benar lemas seperti tak ada tenaga sama sekali.

"Jangan pernah panggil dokter untuk datang kesini."

"Kenapa?"

"Aku gak mau nyusahin kamu lagi."

"Gak ada kata menyusahkan untuk seorang istri. Kesehatanmu lebih utama Chaey."

"Mungkin aku akan baik-baik aja kalau di tinggalkan sendiri. Jadi, bisa kau pergi dari sini?" Aku masih tak gentar untuk mengusirnya.

"Aku bakalan pergi kalau makanan itu habis."

"Jaehyun,"

"Lima suap. Aku janji cuma lima suap habis itu aku pergi dan kalau perlu tidur di luar untuk malam ini."

Aku mendesah kasar dan memilih untuk menuruti perkataannya. Jaehyun memapah ku sampai ranjang dan mengambil semangkuk sup dengan nasinya.

Satu suapan telah masuk ke dalam mulutku. Dengan susah payah aku mengunyah dan menelannya.

"Maafin aku ya selama ini udah berburuk sangka sama kamu."

"Hm."

"Aku merasa bersalah banget berpikiran bahwa kamu bermain dengan Winwin dibelakang ku.."

Tak aku hiraukan ucapannya barusan. Bukannya aku membenarkan penuturannya itu, namun sesuatu dari dalam tubuh mendadak ingin dikeluarkan.

Jadi dengan segera aku memuntahkan apa yang barusan dimakan ke dalam kloset. Menyesali rasa mual yang belakangan ini sangat mengganggu.

Tenggorokan ku sakit karena hanya cairan bening yang keluar. Sejak kemarin aku belum makan dan sekalinya diisi, langsung berakhir di kamar mandi. Kenapa semenyulitkan ini menjadi ibu hamil?

"Kau baik-baik saja?"

Kakiku bahkan tak sanggup untuk berdiri. Kalau aja Jaehyun tak ada disini, mungkin aku sudah terduduk lemas di lantai kamar mandi sambil menangis.

Stuck Misunderstood [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang