Seperti ucapannya tadi, kami kini berada di kantor pemuda itu. Aku tidak tahu maksudnya apa, tapi kali ini Jaehyun menatapku dengan lekat seakan banyak sekali kalimat yang akan ia lontarkan padaku.
Junghwan pergi dengan ketua divisi atas perintah Jaehyun, karena lelaki ini bilang—kami akan membicarakan hal yang begitu penting dan tentang masalah orang dewasa, jadi Jung tidak boleh berada disini.
"Pertama-tama, aku akan memberikan alasan kenapa kita selalu bertemu dimana pun kau berada."
"Hm. Aku akan mendengarkanmu." Kataku seraya duduk pada sofa berwarna abu yang tersedia di ruangan ini.
"Jadi.. Sebenarnya aku mengikutimu."
"Sejak kapan?"
"Dari beberapa minggu yang lalu, mungkin?"
"Ah~berarti, pertemuan kita waktu kau membantuku menyebrang di dekat kampus itu memang disengaja ya?
"Apa? Enggak. Itu emang gak direncanakan, aku melihatmu kesulitan setelah mengantar adikku."
"Bohong! Aku gak percaya."
"Serius! Aku berani sumpah."
"Kalau gitu, siapa nama adikmu?"
"Bukannya itu gak penting?"
"Aku harus tahu siapa adikmu supaya aku bisa percaya."
"Baiklah. Adikku Jung Jeno, kau puas?"
Pantas rasanya aku tak asing melihat pemuda ini saat pertama kali. Ternyata dia mirip dengan adik tingkat satu fakultasku. Dan lagi, bukankah Jeno bilang, dia memiliki kakak laki-laki yang masih single? Tentu saja lelaki yang dimaksud adalah Jung Jaehyun.
"Seharusnya aku tahu, kalian memiliki marga yang sama." aku mengangguk. "Lalu?"
Jaehyun mengulum bibir ke dalam, hingga nampak lesung pipinya. "Yang kedua, tujuanku mendekatimu.. karena aku pikir kau adalah perempuan pilihan yang cocok untuk menjadi pendampingku kelak."
"Maksudnya, kau ingin menikah denganku?"
"Iya. Itu sebabnya aku mengikutimu dan terus menjaga kalian."
"Kau belum mengenalku dengan benar, Jaehyun-ssi. Aku tidak sebaik yang kamu pikir, dan sikapku masih kekanakan."
"Tapi kau bertanggung jawab, Chaey. Kau tetap mempertahankan Junghwan walaupun kamu gak mau dia ada di dunia ini."
"Itu karena aku pikir, tujuanku hidup hanya untuk dia. Kehadirannya memang sebuah kesalahan tapi Junghwan bukanlah aib. Meski harus mempertaruhkan nyawa dan lebih memilih pergi dari rumah, aku akan mempertahankan anakku."
Jujur saja, semua yang aku ucapkan barusan adalah inspirasi dari kisah hidup Rosé. Bagaimana aku yang kukuh agar perempuan itu bertahan—setidaknya sampai Junghwan lahir.
"Aku mohon, menikahlah denganku."
"Berhenti omong kosong. Aku tahu kau begitu ingin memiliki Junghwan, maka dari kau berbuat baik pada kami, agar aku bisa diperdaya olehmu."
"Tunggu, ku rasa itu terlalu berlebihan. Apa kita gak boleh berbuat baik pada orang lain?"
"Tapi aku yakin kau memiliki niat terselubung, Jaehyun-ssi. Sejak awal kita bertemu, kau seakan terobsesi dengan Junghwan.
"Aku bukan terobsesi, aku cuma—"
"Jangan-jangan, perempuan yang kau bilang sekretarismu itu adalah benar istrimu? Dia tidak bisa memberimu keturunan sehingga kau ingin mengadopsi anakku, iya kan?"
"Jung Chaeyeon, aku—"
"Kau gak lebih dari seorang penjahat yang ingin memisahkan ibu dan anak. Apa kekayaan sebegini besarnya gak cukup untukmu? Apa kamu juga harus merebut kebahagiaan orang lain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck Misunderstood [END]
Fiksi PenggemarTerjebak dalam situasi seperti ini membuatku menyesal. Jaehyun ft. Chaeyeon