Aku yang terus menghubunginya namun tak mendapat jawaban terkejut, saat Rosé tiba-tiba mengunggah foto di instagram dengan seorang lelaki yang ia tag bernama Ko Junhoe dengan pose kedua tangan sama-sama menyatu bak sedang berdoa. Tak lupa pakaiannya persis sedang melangsungkan akad nikah karena latarnya berada di sebuah gereja.
Perempuan itu benar-benar serius ternyata tentang ucapannya waktu itu. Rosé benar-benar menikah di Ausie tanpa mengundangku dan anaknya sama sekali. Bahkan dia tak mengabariku sehari sebelum acara berlangsung.
Tingkahnya yang seperti ini sungguh membuatku kesal. Dia adalah definisi perempuan tak tahu diri yang diberi hati malah minta jantung. Aku sudah mengurus Junghwan, tapi dia malah bersenang-senang dan bodohnya seakan tak memiliki tanggung jawab atas anaknya.
Bukannya aku tidak sudi mengurus Junghwan, bukan. Jangan berpikiran begitu. Aku menyayanginya melebihi pada diriku sendiri, jadi anak itu bukanlah suatu beban. Masalahnya, apa Rosé tidak menghargai perasaan Junghwan yang dibuang begitu saja olehnya? Apa dia tidak memikirkan anaknya barang sedetik saja?
Sejak dulu perempuan itu memang berniat untuk menggugurkan Junghwan. Ku pikir, dengan diberi pengertian, Rosé akhirnya mau menerima kehadiran bocah disampingku ini. Ternyata dia benar-benar tidak menginginkan Junghwan di kehidupannya.
"Bunda, minggu depan di sekolah ada pentas seni dan Junghwan terpilih membaca puisi di atas panggung. Apa bunda bisa datang?"
"Hari apa, sayang?"
"Selasa, bun. Pagi sekitar jam sembilan."
Ah, sayang sekali aku ada kelas di hari itu. Jadi kemungkinan besar aku tidak akan bisa hadir menemaninya.
"Nanti bunda telepon mommy supaya datang, ya?"
"Junghwan gak mau mommy yang datang. Junghwan maunya bunda,"
"Loh, kenapa?"
"Karena mommy udah gak sayang Junghwan lagi. Mommy pergi dan menitipkan Junghwan pada bunda demi menikah dengan lelaki baru. Semudah itu mommy ninggalin Junghwan dan daddy,"
"Junghwan.. Kamu, dengar semuanya sayang?"
"Iya. Empat hari yang lalu Junghwan mendengar semua pembicaraan bunda dan mommy. Perempuan itu jahat! Dia menelantarkan anaknya begitu aja!"
Perkataannya sontak membuatku terkejut setengah mati. Jujur aku tidak bermaksud mengubah sudut pandang anak ini pada ibunya menjadi buruk. Junghwan seharusnya tidak tahu apa-apa dan mengira mommynya pergi untuk observasi. Namun ternyata, di luar dugaan.
Kenapa Renjun tidak bilang, kalau anakku mendengar? Dia diam saja seperti hanya dirinya saja yang mendengar obrolan tempo lalu. Kalau sudah seperti ini, aku harus bagaimana?
"Kamu jangan salah paham, sayang. Maksud mommy Rosé bukan kayak gitu, dia cuma-"
"Bunda gak usah membela mommy. Dia salah, bun. Dan bunda mau berpihak pada orang yang salah?" anak ini benar-benar membuat bibirku bungkam.
"Lain kali, bunda gak perlu bohong sama Junghwan tentang keburukan mommy. Jangan membuat dosa untuk seseorang."
Aku tahu Junghwan adalah anak yang pintar, tapi aku tidak tahu kalau kecerdasannya ini sudah setara dengan orang dewasa.
Kepalaku menunduk tanda merasa sangat bersalah. Dibanding memarahinya, aku lebih baik meminta maaf agar anak itu tetap nyaman berada di dekatku. Lagi pula, semua perkataannya ada benarnya. Aku selalu berbohong untuk orang lain tanpa sadar menimbun dosa baru untukku sendiri.
Seorang anak kecil menyelamatkanku dan membuat pola pikirku berubah. Astaga, aku malu masih bersikap childish dihadapannya. Bisa-bisanya aku secara tidak langsung mengajarkan anakku untuk berdusta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck Misunderstood [END]
FanfictionTerjebak dalam situasi seperti ini membuatku menyesal. Jaehyun ft. Chaeyeon