Sekarang adalah hari Sabtu. Junghwan sedang libur sekolah dan kami memutuskan untuk berjalan-jalan ke taman tempat dimana kami pernah jogging waktu itu. Bedanya, Jaehyun tidak ada disini karena dia harus menemani Rosé cek kandungan.
Kenapa Jaehyun? Karena aku pikir akan sangat aneh kalau Rosé yang datang sendiri tanpa suami, jadi ku putuskan semalam bahwa suamiku itu harus menemani wanita hamil tersebut ke dokter.
"Bunda. Junghwan ingin seperti bunda."
"Seperti.. bunda? Dalam hal apa?"
"Segalanya. Sikap, kerendahan hati. Junghwan mau berkelakuan baik."
"Kenapa harus bunda? Mommy dan daddy juga sama baiknya."
Junghwan menggeleng. "Enggak, Bun. Dimata Jung cuma bunda yang terbaik. Bunda rela melakukan apapun untuk Jung dan mommy, jadi bunda adalah panutan Jung."
Aku tersenyum menanggapinya. Astaga, kenapa bukan aku saja yang menjadi ibu kandung anak ini? Aku yakin tak akan pernah rela melepaskan bocah semenggemaskan nan pintar sepertinya.
"Jung lapar?"
"Iya Bun. Ayo ke kafe itu!" Dia menunjuk sebuah kafe yang letaknya tak jauh dari sini. Kami akhirnya memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu.
"Aduh!!" Tiba-tiba tubuhku terhuyung ke belakang ketika seseorang tak sengaja menubruk bahuku barusan. Untung aku bisa menjaga keseimbangan. Kalau tidak mungkin bokongku sudah menyentuh aspal.
"Maaf." Kata orang tersebut dan langsung pergi begitu saja.
"Bunda gak apa-apa?" Tanya Jung khawatir. Aku mengusap pipinya dan berkata 'tidak apa-apa' tanpa suara.
Kami akhirnya memasuki kafe dan duduk di dekat jendela besar. Yakinlah bahwa aku suka duduk di tempat yang langsung menghadap ke jalan raya karena entah kenapa itu mengasyikkan.
"Kira-kira adik bayi perempuan atau laki-laki, Bun?"
"Belum bisa dilihat kalau sekarang, sayang. Yang bunda tahu, jenis kelamin janin bisa kita lihat pas usianya udah empat atau lima bulan."
"Oh gitu ya."
"Jung mau punya adik laki-laki atau perempuan?"
"Perempuan dong. Biar nanti Jung bisa jagain adik kecil."
"Semoga mommy Rosé anaknya perempuan ya."
Ngomong-ngomong ini udah seminggu setelah kejadian Jaehyun menjemput ku di kafe Saerom. Aku bahkan pergi tanpa berpamitan dengan gadis itu. Kira-kira dia mencariku tidak ya? Kalau kak Jinyoung memang sudah tahu aku pulang ke Seoul karena Jaehyun yang meneleponnya langsung dan mengatakan hal seperti ini tidak akan terulang lagi.
Ya..kita lihat saja nanti. Apa Jaehyun menepati ucapannya? Apa dia tidak akan membuatku sakit hati lagi hingga akhirnya aku kembali tinggal di tempat kak Jinyoung?
"Bunda. Itu paman Eunwoo!" Aku segera mengikuti kemana arah telunjuknya tertuju.
Benar. Di seberang sana ada Eunwoo yang tengah bertengkar dengan seorang perempuan. Aku tidak bisa melihatnya karena wanita itu berdiri membelakangi ku.
"Kenapa paman marah-marah Bun?"
"Enggak tahu. Kita lihatin aja dari sini ya."
Setelah percekcokan keduanya selesai, Eunwoo terlihat menelepon seseorang.
"Ponsel bunda bunyi."
Dan ajaibnya, ternyata yang dihubungi lelaki itu sekarang adalah.. aku.
"Chaeyeon?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck Misunderstood [END]
FanfictionTerjebak dalam situasi seperti ini membuatku menyesal. Jaehyun ft. Chaeyeon