Pagi ini aku merasa seperti tengah diinterogasi oleh polisi karena telah melakukan pelanggaran berat dan hampir di hukum mati. Padahal yang ada dihadapan ku saat ini bukanlah aparat penegak hukum, melainkan kakakku yang secara tiba-tiba pulang dan memandangku dengan tatapan mengintimidasi.
Memang bukan kesalahannya ingin pulang ke rumah kapanpun dia mau dan tanpa pemberitahuan, karena ini rumahnya dan dia bebas untuk keluar masuk sesuka hati. Namun seharusnya aku sudah mempersiapkan argumen terlebih dulu, supaya bisa berbohong secara natural di depan lelaki ini.
"Jelaskan sekarang, Jung Chaeyeon." Tekannya lagi yang mungkin kesal karena aku hanya bisa menghela nafas dan tidak mengeluarkan satu patah kata sama sekali. "Ini anakmu?"
"Kakak pulang jam berapa? Kenapa gak bilang dulu ke aku kalau mau ke rumah?"
"Jangan mengalihkan pembicaraan, Chaeyeon. Cukup jujur sama kakak."
"Mau aku buatin sesuatu? Aku akan membuat sarapa untukmu." Lalu aku bangkit, namun dia malah menarik tanganku hingga aku kembali terduduk di sofa.
"Mencoba ingin kabur, huh?"
"Bagaimana pekerjaanmu? Pasti melelahkan ya? Maaf selalu menjadi beban untukmu, kak."
"JUNG CHAEYEON!"
Junghwan yang sedari tadi diam seketika mengerjat dan refleks memelukku, ketika suara nyaring dan ngebass milik kakak Jinyoung menggema di ruang tamu.
"Jangan beralibi supaya aku gak berlaku kasar sama kamu sekarang, Chaey."
Aku menunduk dan mengangguk. "Hm. Junghwan anak kandungku." Semoga saja balita ini tidak menolak kalau aku mengaku sebagai ibu biologisnya, padahal Rosé yang seharusnya mengatakannya.
"Jadi ini, alasan kamu gak mau pulang ke rumah dan membuat bunda serta ayah cemas? Dengan tiba-tibanya kamu memperlihatkan anakmu yang berusia hampir lima tahun ini dengan mengejutkan di depanku." Kak Jinyoung berkacak pinggang dan sedikit menengadah ke atas. "Whoaah, benar-benar sesuatu yang bagus untuk membuat ayah serangan jantung, Chaey."
"Maaf kak. Aku tahu pasti tingkahku ini sangat mempermalukan keluarga."
"Ooh jelas. Aku pikir kamu benar-benar belajar dengan serius tentang kuliah. Tapi ternyata selama ini kamu cuma bermain-main."
Untuk yang ini, aku dengan cepat menyanggah ucapannya. "Enggak, kak! Aku gak bohong tentang kuliah. Sekarang bahkan aku lagi menyusun skripsi dan akan wisuda."
"Kamu pikir kakak percaya?"
"Astaga, kak aku berkata jujur. Kalau enggak percaya, kakak bisa tanya Mingyu atau Eunwoo-teman satu kelasku."
"Chaey. Kenapa gak bilang dari awal kalau kamu udah punya anak? Bahkan udah sebesar ini tapi kamu baru bisa memberitahu itu padaku sekarang?"
"Maaf kak. Selama ini aku menyembunyikan semuanya dari ayah, bunda dan kak Jinyoung. Aku gak punya keberanian untuk terus terang sama kalian."
"Kau membuatku kecewa, Chaey. Mungkin kalau ayah tahu, beliau juga akan murka saat mengetahui semua ini."
Ya. Sejak awal aku memang kehilangan akal. Membantu menjaga anak orang lain, memisahkan Jungwhan dari ayah kandungnya dan sekarang berbohong demi kesejahteraan bersama. Siapapun yang berada di pihak keluargaku mungkin akan mengalami sakit hati dan aku sadar tingkahku ini sangat tidak bisa di ampuni.
Bukan hanya kakakku yang terkena dusta, tapi lambat lain keluargaku pun pasti tahu walaupun kak Jinyoung tak banyak bicara. Karena seperti kata pepatah 'sepintar-pintarnya kau menyimpan bangkai, lambat lain baunya akan tercium juga'. Kini sepertinya aku harus membuat kuburan untuk matinya perasaan yang ada dalam hatiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck Misunderstood [END]
FanfictionTerjebak dalam situasi seperti ini membuatku menyesal. Jaehyun ft. Chaeyeon