Hal yang pertama ku lihat saat membuka mata adalah nuansa putih hijau yang mendominasi. Aku yakin saat ini tengah berada di rumah sakit setelah tak kuasa menahan sakit kepala yang selalu timbul ketika memiliki beban.
"Sayang.." suara berat Jaehyun memasuki rungu ku. Tanpa menatapnya, aku hanya diam dan mengalihkan pandangan keluar jendela.
Semoga saja semalam Winwin tidak mengatakan yang sebenarnya bahwa aku menguping pembicaraan ibu dan anak itu. Jadi lelaki ini tak bertanya macam-macam karena aku sedang malas berbicara.
Tentang percakapan semalam.. aku rasa semuanya membuktikan dengan jelas siapa statusku saat ini.
Jung Chaeyeon, hanyalah perempuan perusak hubungan orang lain. Aku adalah orang ketiga yang hadir ditengah-tengah Jaehyun dan Rosé. Hidupku tak lebih dari wanita penggoda, walau aku tak menggoda Jaehyun.
Astaga. Kenapa semuanya menjadi seperti ini? Aku bingung ingin bagaimana. Tetap berpura-pura tidak tahu sandiwara yang mereka buat atau terus terang dan meminta cerai pada suamiku?
"Hei.." elusan di rambut membuat pikiranku berhenti melayang. Pandangan kami bertemu hingga akhirnya sebuah cairan mengalir di pipiku dengan isakkan tangis yang tertahan.
Maaf aku menjadi cengeng seperti ini. Setiap kali melihat Jae, aku terngiang ucapannya semalam. Maka dari itu sejak tadi aku menghindari tatapannya.
"Kenapa nangis sayang? Ada yang sakit, hm?"
"Hati Jae.. sakit.." ucapku lirih. Benar-benar sesak sampai menyempurnakan satu kalimat saja tidak bisa.
"Bagian mana yang sakit? Aku panggilkan dokter dulu ya?"
"Aku.. mau pulang."
"Kalau sekarang belum boleh. Kamu masih sakit jadi harus di rawat selama beberapa hari."
Aku menggeleng. "Pulang ke rumahku. Di Jeolla."
Ku lihat wajah Jaehyun berubah pias. Dia termangu sesaat, tak terkecuali aku yang juga tengah memikirkan apakah pilihanku saat ini adalah yang terbaik atau bukan.
"Kenapa mendadak? Apa aku sebelumnya membuat kesalahan?"
"Jae.. sshhh.." aku merintih. Bukan karena pening di kepalaku yang selalu kumat. Tapi aku benar-benar rapuh sekarang dan aku rasa semuanya berada di ambang batas kehancuran.
Kehidupan, masa depan dan statusku.
Jaehyun mendadak panik. Dia terus memencet tombol di atas ranjang ku dengan tergesa-gesa. "Tunggu ya sayang. Sebentar lagi dokter kesini."
"Maaf ya Jae.." entah kenapa, kata itu terlepas begitu saja dari bibirku.
Apa salahku? Kenapa aku meminta maaf padanya? Bukankah seharusnya suamiku yang berkata demikian?
"Kenapa kamu.. minta maaf?"
Mungkin salahku ada dua, antara perihal menguping percakapan semalam, atau dengan tanpa malunya hadir dalam kehidupan Jaehyun dan Rosé.
Lengan Jaehyun dengan telaten menghapus air mataku yang terus meluruh. Mengecup kedua manik ku yang sembab, lalu memelukku dengan erat. Aku tahu posisinya yang seperti ini justru sangat menyulitkannya.
"Lepas.." aku meronta dengan lemas. Semakin Jaehyun memberiku harapan, semakin pula aku sulit untuk terlepas darinya.
"Winwin bilang kemarin sore Eunwoo telepon katanya kamu tiba-tiba pingsan di kafe. Apa itu benar?"
Dimana Winwin sekarang? Aku ingin berterima kasih padanya karena telah merahasiakan semua ini tanpa ku pinta.
"Kamu ketemuan sama Eunwoo tanpa bilang apapun ke aku, terus mendadak Winwin ngasih tahu kalau kamu ada di rumah sakit karena vertigo. Aku kalap, khawatir takut ada apa-apa sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck Misunderstood [END]
FanfictionTerjebak dalam situasi seperti ini membuatku menyesal. Jaehyun ft. Chaeyeon