24| Kami Damai

285 51 11
                                    

Sejak pernikahan ku dengan Jaehyun dan hari ulang tahun Junghwan ke-lima seminggu yang lalu, tidak ada yang berubah. Aku memang tidur dengannya tapi interaksi kami sedikit mengingat aku masih belum ingin berbicara banyak dengannya.

Entah kenapa sulit sekali memaafkan lelaki itu, yang jelas Jaehyun juga tak tinggal diam dan selalu mengajakku mengobrol walaupun hanya ku tanggapi dengan jawaban seperlunya.

Oh iya, mungkin juga karena Jaehyun melarang ku untuk melanjutkan skripsi, jadi aku sulit untuk membuat keadaan kembali normal.

"Sayang mau nitip sesuatu?"

Lamunanku buyar saat suara bass Jaehyun memasuki rungu ku. Sekilas aku meliriknya sebentar, kemudian menggeleng. "Enggak Jae. Aku udah makan tadi."

Dahi Jae berkerut. "Kapan?"

"Pas sebelum kamu pulang."

"Sore? Ini jadwalnya makan malam sayang."

"Tapi aku gak lapar."

"Bunda jangan gitu sama daddy. Apa bunda gak capek diam-diaman terus? Jung aja risih lihat daddy dan bunda selalu jauh-jauhan kalau ngobrol."

"Jung.."

"Baikan dong Bun. Daddy kan udah ngaku salah sama bunda. Dad juga udah minta maaf."

"Kamu gak ngerti, Jung."

"Tuhan aja maha pemaaf, Bun. Masa masalah kecil aja bunda gak mau maafin daddy?"

Aku menghela nafas. Ya, ya mungkin aku terlalu berlebihan saat ini. Jadi, dengan berat hati aku memaafkan Jaehyun dan melupakan kejadian waktu itu.

"Oke, Jae. Maaf aku nggak mengacuhkan mu, aku kekanakan dan aku berkelakuan kurang baik selama menjadi istrimu."

Jaehyun yang sejak tadi berdiri di ujung tangga sambil menggendong Junghwan akhirnya berjalan mendekat, kemudian dia duduk di sampingku dengan anak kami yang berada di tengah-tengah.

"Enggak apa-apa sayang. Aku maklumi kok, mungkin semua kesalahan aku memang gak pantas untuk dimaafkan."

"Aku kesal Jae. Bukan hanya kejadian itu, tapi kamu juga melarang ku untuk kembali melanjutkan skripsi. Aku mau cepat lulus."

"Nanti aku cari seseorang yang bisa buatin kamu skripsi ya? Jadi kamu gak perlu repot-repot berpikir."

"Tapi Jae.."

"Kamu masih bisa wisuda. Aku jamin itu."

Maka, aku hanya bisa pasrah. Karena kehidupan ku sekarang bergantung atas izin dan kehendak suami, jadi mau tidak mau aku harus menyetujuinya meski enggan.

"Ganti baju gih, kita ke restoran sekarang."

"Ya udah ayo."

"Kamu gak sadar sekarang lagi pakai daster?"

Aku menunduk—melihat pakaian yang aku kenakan saat ini. Dan benar saja, daster berwarna kuning dengan motif Pikachu yang menjadi atensi ku sekarang.

Sejak menikah, aku lebih suka memakai daster dibanding setelan tidur. Rasanya lebih adem saja, namun sesekali aku masih kenakan piyama bergambar animasi kalau cuacanya dingin.

Aku pun undur diri ke kamar untuk mengganti baju. Tak butuh waktu lama memang daster yang ku pakai tadi berubah menjadi jumpsuit berwarna cokelat.

"Ayo."

Jaehyun menggenggam tanganku dan kami bertiga memasuki mobil. Dia mulai menyalakan mesin dan membelah jalanan Seoul.

"Sayang mau makan apa?" Tanya Jaehyun yang mungkin ditujukkan pada Junghwan.

Stuck Misunderstood [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang