22| Jaehyun melakukan kesalahan

347 57 12
                                    

Seperti perkataannya semalam, kami akan pergi ke Lotte World sore ini. Jaehyun bilang, dia akan menyusul karena mendadak ada rapat penting satu jam kedepan dan mau tidak mau aku dengan Junghwan berangkat ke wahana itu tanpanya.

"Bun.. apa Daddy Jae masih lama? Dari tadi kita diam aja disini gak ngelakuin apapun. Jung gak sabar mau main wahana."

Terhitung sejak dua jam lalu kami sampai disini dan belum sama sekali bermain atau sekadar berjalan-jalan. Jadi kami memutuskan untuk beranjak dari kursi taman dan mulai menjelajah.

"Emang kamu mau main apa?"

"Jajan dulu aja, bunda. Aku lapar."

Aku menuruti keinginannya. Jung menarik tangan ku untuk mendatangi sebuah stand yang menjual berbagai macam makanan yang sedang tren saat ini.

"Bun. Jung mau corndog." Pintanya. Aku membeli dua makanan sekaligus untuknya, ya hitung-hitung agar dia tidak meminta lagi ketika kami beralih ke stand lain.

"Bunda mau?"

"Enggak sayang. Kamu aja."

"Jung mau naik itu, boleh?" Anak ini menunjuk wahana komedi putar di seberang sana.

"Tentu. Kamu habiskan dulu makanannya ya, bunda mau beli tiketnya dulu."

Aku menarik lengannya dengan pelan dan kami berjalan menuju loket pembelian karcis. Berharap semoga Jaehyun cepat datang agar ada yang menggantikan ku menaiki wahana ini bersama Junghwan.

Jujur aku takut ketinggian. Apalagi arena bermain ini besar sekali bentuknya dan pasti akan sangat menyeramkan kalau dilihat dari atas.

"Ayo Bun. Makanannya udah habis."

"O-oke, ayo."

"Bunda nggak apa-apa? Kok tangan bunda berkeringat?"

Aku refleks melepas genggaman tangan kami dan menggosok-gosokan pelan. "Ah, enggak kok. Mungkin karena cuacanya sangat dingin."

"Pasti bunda takut menaiki wahana itu ya?"

"Siapa bilang? Bunda berani kok. Ayo!"

Bocah ini menarik tanganku, tanda dia enggan untuk beranjak. "Udah berapa kali Jung bilang, Jung gak suka bunda berbohong. Kalau emang bunda takut, bunda bilang aja. Jangan memaksakan diri kayak gini."

"Junghwan.."

"Ayo kita cari wahana lain. Masih banyak mainan yang bisa kita coba."

"Tapi kita udah beli tiketnya loh, sayang."

"Nanti kalau Daddy udah datang, kami naik wahana itu."

Aku meringis tatkala melihat bagaimana dewasanya anak ini. Menurutku, Junghwan bukan lagi anak kecil melainkan remaja yang berperawakan mungil karena sikapnya yang tidak seperti bocah berusia lima tahun pada umumnya.

"Boom boom car? Ayo kita naik mobil-mobilan itu, bunda."

"Jung aja. Bunda kan udah besar masa naiknya begituan?"

"Enggak apa-apa." Junghwan menarik pakaian yang dikenakan pegawai wahana disana. "Pak, apa bunda boleh naik mobil ini?"

Otomatis, lelaki yang ku taksir berusia empat puluh tahun ke atas ini melihat kearah ku. Kemudian tersenyum. "Maaf sekali, dik. Ini wahana khusus anak usia lima sampai tujuh tahun aja."

"Yah.." desah anak itu kecewa. Aku mengusap bahunya. "Kamu aja yang naik, bunda tunggu sini sekalian ngehubungin Daddy."

Aku langsung membeli tiket, dan membiarkan anakku bermain di dalam arena.

Stuck Misunderstood [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang