52| Insiden

400 68 31
                                    

Maap banget ini mah kalau kalian gumoh bacanya karena aku ketik sampai 2k kata. Serius gak nyangka adegannya bakal se-lambat itu alurnya.

Aku juga mau minta maaf kalau adegannya kurang feel atau malah gak dapet feel-nya. Aku gak bisa bikin sad stories aslian huhu.

Dahlah itu aja pesanku. Pai pai!! Enjoy for reading❤️

—Stuck Misunderstood

Terhitung tiga hari aku di sekap dan mereka dengan tanpa hatinya tidak memberiku makanan sama sekali. Padahal aku lapar dan tenagaku terkuras habis untuk memberontak.

Vertigo ku kambuh. Seakan belum cukup penderitaan ku, rasa sakit di perut semakin terasa ketika asam lambung ku naik.

Kalau aku sedang tidak hamil, ini pasti bukanlah masalah besar. Masalahnya kedua bayiku membutuhkan asupan vitamin dan gizi yang cukup. Walaupun aku tidak yakin apa mereka bisa tetap hidup disaat aku saja tengah berjuang agar bisa bertahan sampai akhir.

"Jangan menangis! Kau ini berisik sekali sih!"

"Aku lapar.. dokter. Tolong beri aku makanan."

"Kau kan bakal mati sebentar lagi. Kenapa harus makan segala?"

"Kasihan anakku.." aku terisak semakin keras. Merasa sedih disaat orang lain seharusnya di manjakan suaminya ketika mengidam dan masa kehamilannya berjalan dengan baik, aku justru malah terjebak disini.

"Lebih baik mati mengenaskan atau mati kelaparan? Kau pilih aja sendiri."

"Aku mohon.."

Prang!!

"AAAA!!" Pekikku ketika barang berbahan stainless dilempar begitu saja olehnya hingga menimbulkan suara nyaring.

"JANGAN MERENGEK!"

"Aku mau makan, dokter.."

"Telan air liur mu kalau mau kenyang."

Aku menggigit bibir, menahan sakit di daerah perutku lagi. Entah karena anakku yang kelaparan atau magh ku muncul.

"Sakit.. dok!" Aku merintih ketika bagian perut dirasa semakin diremas. "Akhh!!"

"Dasar ratu drama! Aku tahu kau hanya berpura-pura."

"Kalau aku gak bisa dapat makanan, kau bisa memberiku air minum. Aku akan mengganjal lapar ini dengan air."

Dokter Kim menggelindingkan sebotol air minum dan terhenti tepat dibawah kaki ku. "Itu. Jangan minta-minta lagi! Kau persis seperti pengemis."

"Aku gak bisa membukanya. Bantu aku."

"Ck! Menyusahkan sekali kau ini! Kapan mati sih?!"

Aku membasahi bibir ketika bunyi botol air mineral di buka. Selanjutnya, aku bisa merasakan air segar mengalir di tenggorokan. Tak akan ku sia-siakan kesempatan ini untuk memenuhi rasa lapar di perut. Orang bilang, hanya dengan minum banyak air bisa membuat kita kenyang.

"Udah kan?"

"Terima kasih."

"Hm."

"Dokter. Jun dan nona Lee mana?"

"Mereka? Memantau."

"Menguntit suamiku lagi?"

"Iya. Pasti sebentar lagi ada insiden mengejutkan yang terjadi di sini. Bersiap-siap ya?"

"Apa maksudmu?"

"Otak dangkal sepertimu mau ku jelaskan sedetail mungkin pun kau gak akan mengerti!"

Stuck Misunderstood [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang