31| Kehidupan yang pelik

255 60 45
                                    

"Chaeyeon.."

"Selamat tinggal, Jung Jaehyun. Aku gak pernah menyesal sama sekali ketika dipertemukan denganmu. Semoga lain waktu, kita bisa bertemu lagi." Aku membalikkan badan dan hendak melangkah menuju pintu utama, sebelum Jaehyun berteriak yang membuat tapak kaki ku terhenti.

"Aku mencintaimu!"

Aku terkekeh seperti orang gila ditengah tangisanku. "Lucu memang. Kamu bilang mencintaiku tapi hatimu gak merasakan demikian."

—Stuck Misunderstood—

Empat hari yang lalu, Junghwan minta pulang karena tak betah di rumah sakit, beserta Rosé yang juga akhirnya setuju dengan saran ku untuk tinggal bersama kami.

Apartemen Jaehyun hanya memiliki satu kamar tamu yaitu tempat dimana sebelumnya Junghwan yang pakai. Jadi sudah hampir seminggu anak itu tidur bersama ayahnya, dan Rosé yang menempati kamar tamu.

Aku sendiri mulai tidur di sofa bed yang ada di ruang tengah. Jaehyun masih marah padaku jadi aku cukup tahu diri untuk tidak tidur satu ranjang dengannya, karena itu hanya akan membuatnya semakin murka nanti.

Astaga. Ku pikir-pikir hidup ini menjadi pelik. Bagaimana kira-kira hubunganku dengan Jaehyun kedepannya ya?

"Chaeyeon."

"Oh, Rosé?"

"Kamu mau makan apa? Siang ini biar aku yang masak."

"Gak usah. Kamu tamu. Lagi hamil juga, mending istirahat aja di kamar. Selesai ini, aku langsung masak." Kataku tanpa menatap ke arahnya karena sibuk menjemur baju di balkon.

"Aku gak merasa keberatan kok Chaey."

"Tapi aku yang sungkan, Rosé. Kalau kamu tetap masak, aku marah dan bakal musuhi kamu selama satu bulan."

"Ya.. udah kalau gitu, aku lebih baik dimusuhi kamu daripada menjadi perempuan gak tahu diri yang menumpang tanpa melakukan sesuatu." Balasnya yang kemudian pergi begitu saja.

Aku mendesah. Agak sedikit jengkel sahabatku ini selalu ngeyel dan tak mau menuruti permintaanku. Untungnya Jaehyun sedang di kantor, jadi dia tidak akan memarahiku saat tahu Rosé melakukan pekerjaan yang berat.

Iya. Aku memang heran dengan perubahan sikap suamiku lima hari belakangan ini. Dia terkadang kesal ketika melihat Rosé memasak, mencuci piring atau menyetrika pakaian. Jae berpikir aku yang menyuruh perempuan itu untuk melakukan semuanya, yang padahal semua menjadi keinginan Rosé sendiri.

Positif thinking saja. Mungkin Jaehyun merasa empati terhadap wanita hamil tersebut, makanya dia bersikap baik. Jadi aku tak menyalahkan kenapa dia lebih memperhatikan Rosé dibanding aku—istrinya sendiri.

"CHAEYEOOON!!"

Apa Jaehyun pulang seperti biasa?

Dengan segera aku berlari ketika suara berat Jaehyun memanggil dari lantai bawah.

"Iya Jae?"

"Udah berapa kali aku bilang jangan buat Rosé kelelahan! Kenapa masih gak ngerti juga, sih?!"

Mataku terjatuh pada Rosé yang terus meminta maaf tanpa suara dengan raut menyesal.

Baiklah, aku memakluminya. Tak ada yang hisa ku lakukan selain memaafkannya, bukan?

"Maaf, Jae. Tadi aku lagi menjemur baju dan belum sempat memasak, jadi aku minta sama Rosé untuk melakukannya. Takut kamu pulang dan lapar tapi di rumah belum tersedia makanan." Sahutku sambil menunduk, takut karena wajah Jaehyun sedikit menyeramkan saat kesal seperti ini.

Stuck Misunderstood [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang