18| Malam membuatku Candu

366 67 26
                                    

Dua bulan berlalu dan aku rasa semua baik-baik saja. Keadaanku pun dengan Jaehyun membaik dan perlahan mulai memberikan izin masing-masing untuk saling jatuh cinta. Jaehyun yang selalu bersikap manis dan hangat padaku, pun aku yang selalu bertingkah layaknya seorang istri—Menyiapkan makanan, pakaian ketika ingin bekerja dan bahkan bekal untuk di kantor.

Saat ini aku sedang memasak untuk makan malam kami. Jaehyun belum pulang sementara Junghwan sedang menonton serial kesukaannya di ruang tamu dengan robot ironman yang Jaehyun berikan siang tadi—ketika menjemput Junghwan yang pulang sekolah dan aku dari rumah sakit.

Jae memberi pesan bahwa sebentar lagi dia akan sampai, jadi selagi menunggu tumis daging matang, ku tata rapi piring dan seperangkat alat makan lainnya di atas meja pantry.

Setelah selesai, aku beralih ke aktivitas awal. Aku memang tidak terlalu jago masak, tapi aku pernah mengikuti kelas memasak sewaktu SMA jadi mungkin rasanya tidak akan mengecewakan.

"Jaehyun suka kopi atau susu ya?"

Tiba-tiba, seseorang memelukku dari belakang dan bahu sebelah kanan ku terasa berat.

"Dibanding kopi, aku lebih suka susu. Ah. Atau mungkin Americano." Bariton Jaehyun terdengar jelas di telingaku. Posisi kami terlalu dekat dan sekali saja aku menoleh mungkin bibirku akan mengenai pipi lelaki ini atau bahkan bibirnya.

"K-kamu kapan pulang? Kok gak kedengaran sih?" Tanyaku seraya mematikan kompor. Lebih utamanya mengatur detak jantung karena lagi dan lagi mendadak berdegup abnormal.

Jaehyun membalikkan tubuhku dengan keadaan tangannya yang masih melingkar di pinggangku. "Jangan mundur ya sayang, nanti badanmu kena wajan panas."

Mendengar peringatannya aku justru malah melangkah agak mundur dan membuatnya segera menarik tanganku. Lalu dengan ajaibnya, debaran jantung Jaehyun bisa ku dengar sangat jelas sekarang.

Dia tertawa. "Kamu ini gimana sih, aku minta jangan mundur kamu malah ngelakuin sebaliknya."

Kalau begini caranya, tidak ada alasan untuk aku tidak jatuh cinta padanya. Perlakuan seperti ini yang bisa membuatku luluh.

"Chaeyeon?"

"I-iya Jae?" Aku menengadah dan.. Damn! Pandangan kami bertemu dengan jarak yang terkikis karena dia juga ternyata menunduk untuk menatapku.

"Aku gak terlalu suka kopi."

"Y-ya udah terus kamu maunya apa? Aku buatin sekarang."

"Gak usah. Ternyata aku maunya kamu."

"Jae??"

Kedua kali, dia tertawa kecil. "Aku mau kamu sekarang juga."

"Mau aku maksudnya gimana?"

"Aku boleh cium kamu?"

Mampus aku berasa mau meninggal sekarang juga!

Bagaimana dia memperlakukanku dengan sangat baik seakan aku adalah perempuan yang paling beruntung dimilikinya. Bahkan hal seperti ini pun dia meminta izin terlebih dahulu dan tidak main langsung cium begitu saja.

Astaga. Jaehyun benar-benar menjaga kehormatan seorang wanita dengan baik. Ya.. walaupun saat pertama kali kami berciuman dia main sosor begitu saja tanpa izin.

Dengan malu, aku mengangguk kaku. Perlahan tapi pasti Jaehyun mengecap ranum ku dengan lembut. Aku rasa sekarang bibirnya kini menjadi candu untukku.

Mula-mula masih saling mengecup lembut namun beberapa menit kemudian bibirnya seolah menuntut untuk ku memberi akses lebih jauh dari ini. Aku yang kurang mengerti perihal berciuman hanya mengikuti alur yang Jaehyun mainkan saja, mulai dari mengabsen rongga mulut sampai aku merasakan bau amis yang mungkin itu adalah darah karena permainan lelaki ini yang lebih seduktif dan agresif sekarang.

Stuck Misunderstood [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang