34| Bekerja dengan Saerom

260 60 26
                                    

Ini bukan bonus apalagi satu hari apdet dua kali itu gak mungkin banget. Niat ku double publish karena seperti biasa anak yang satu ini sok sibuk biar banyak yang cariin.

Kidding Gais. Jadi ada berita duka dan aku sedih banget karena HAPE KU MENDADAK BERMASALAH. SERIUS BANGET INI MENDADAK NGE BLURR GITU DAN AKU GAK TAU MASIH BISA APDET ATAU ENGGAK NANTI HUHUHU

Doain semoga cepet bener ya supaya bisa lanjut lagi. Soalnya kalau pake laptop harus lewat browser dan aku males banget online terus olok kuota.

Ya pokoknya kalau sempat aku publish, tapi kalau enggak.. mau kan nunggu sampai dua Minggu? Soalnya aku kalau minta sesuatu gak bisa langsung dibeliin sedangkan aku pengangguran, belum punya uang sendiri=) palingan ini nabung dulu sampe bisa beli hape baru dan itu bisa butuh waktu sebulan.

Maap kalo curhat. Aku enggak caper enggak, maksudnya biar kalian gak terlalu nunggu juga karena chapter tadi siang aja aku publish lewat laptop.

Dah iya. Bye bye!!

—Stuck Misunderstood—

Aku tahu ini gila, namun yang ku rasa yang lebih gila lagi adalah Saerom.

Kemarin saat aku meminta pekerjaan padanya, dia langsung menyetujuinya tanpa syarat. Bahkan besoknya—atau hari ini aku sudah boleh bekerja sebagai seorang pelayan di kafe gadis itu.

Tentu saja aku tak merasa keberatan. Justru aku berterima kasih padanya. Tanpa surat lamaran segala macam, aku sudah bisa bekerja. Tak pernah menyangka sama sekali mencari pekerjaan semudah itu.

Saerom sendiri disini bertugas sebagai kasir. Dia memang terjun langsung untuk mengelola kafenya. Jadi saat tak ada pelanggan, aku bisa mengobrol ringan dengannya.

"Kamu bisa memasak?" Tanya dia, begitu aku menyandarkan tubuh di tempat kasir.

"Bisa. Kenapa?"

"Gimana kalau kamu jadi koki disini aja?"

"Jangan mengada-ngada Sae. Masakan ku nggak seenak itu."

"Mencoba merendah, heh?"

"Aku bisa kerja disini aja udah bersyukur banget. Jangan membuat aku menjadi perempuan gak tahu diri ya."

Saerom terkekeh. "Padahal aku mempermudah segalanya. Dibanding jalan kesana-kemari ngasih pesanan, lebih baik memasak kan?"

"Iya mungkin mudah untuk aku tapi enggak untuk kafe mu. Bisa aja begitu ganti koki, pelanggan mu pada pergi karena rasanya gak enak?"

"Gak mungkin sih aku rasa."

"Udah deh aku jadi pelayan aja."

"Kenapa kamu kerja, Chaey? Dan kenapa kamu gak mengambil hak asuh anak?"

Pertanyaannya membuatku terhenyak dengan bibir terbungkam. Bagus, aku sekarang merasa keberatan diberikan pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Apalagi menyangkut tentang kehidupan rumah tanggaku.

"Sebentar. Nanti kita ngobrol lagi." Kataku dan segera pergi dari sana untuk menghampiri pelanggan. Untungnya tadi ada yang datang, jadi aku bisa beralibi.

Kenapa bisa ya Saerom bertanya-tanya soal itu? Aku saja tak mengerti jawaban apa yang akan aku berikan padanya nanti.

Hak asuh anak? Anak siapa yang dia maksud? Anak Rosé? Junghwan bahkan bukan anakku atau aku hanya menjadi perantara sahabatku dengan Jaehyun, jadi sepertinya pertanyaan wanita itu barusan aku hiraukan saja.

Stuck Misunderstood [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang