Yuk di komen bun, di komen
Masih awal cerita sih, jadi emang sepi kaya hatiku wkwkw***
Beberapa jam setelah pernikahan mereka. Winwin malah pamit sama Neva. Dia masih harus bekerja, apalagi tanggungannya sekarang nambah.
Winwin tergolong orang yang gak mau ribet. Sebenarnya dia bisa aja nanyain, kalau Neva masih inget dia tinggal dimana apa nggak? Toh juga Winwin yakin, gadis itu gak akan bertahan lama tinggal sama dia.
"Mau pergi mas?" Tanya Neva, baru aja keluar dari kamarnya.
Dia tadi sempat keliling rumah. Rupanya rumah Winwin memang sederhana. Gak ada ruang tamu, adanya ruangan tv yang punya karpet. Dapurnya juga gak kaya dapur mewah.
"Iya, saya harus pergi kerja." Jawab Winwin acuh.
Neva tak menjawab selain mengantarkan Winwin sampai di depan rumah. Dia kemudian tersenyum lembut pada pria itu.
Winwin yang melihatnya, terdiam sebentar. Ada perasaan aneh yang menjalar ketika Winwin melihat Neva tersenyum padanya.
Sebelum pergi, Winwin mengeluarkan isi dompetnya. Lembaran merah yang bergambar soekarno dan bung hatta tersenyum. Diberikan Winwin untuk Neva.
"Kamu belum punya baju ganti kan? Beli aja dulu pake ini, kalau kurang." Winwin kembali merogoh sakunya.
"Alhamdulillah, masih ada dua puluh ribu." Winwin memberikannya lagi pada Neva.
Neva tersenyum, "Terimakasih, mas."
"Yaudah saya pergi dulu ya, nanti beli pakaiannya ajak Mbak Mina aja. Kamu kan belum hafal daerah sini." Neva kembali mengangguk.
Setelah itu Winwin pamit pada Neva. Dia masih harus bekerja, kemarin uang tabungannya sedikit terkuras karena kehadiran, Neva.
Winwin masuk kesebuah perusahaan yang memang sangat besar. Dia berkerja sebagai office boy disana. Lumayanlah, gajinya gede walau paruh waktu.
"Mas winwin, tumben telat." Mbak Sonia yang notabenenya karyawati kantor, melirik Winwin yang terburu-buru dalam melakukan tugasnya.
Winwin menoleh sekilas dan tersenyum pada wanita dengan proporsi tubuh sempurna ini. Gimana gak sempurna, kalau tingginya aja udah kaya model. Rambutnya ikal gelombang berwarna hitam, wajahnya juga oval dan tirus. Sayang udah nikah aja.
"Iya nih mbak, saya habis ngurus pernikahan tadi."
Mbak Sonia tersenyum, "Akhirnya nikah ya win, saya turut bahagia dengernya."
Tak lama Hengki datang, "Apa kamu bilang, Winwin udah nikah?" Tanya dia gak percaya.
"Iya, emang kenapa sih, bukan urusan kamu juga kan?"
"Heran saya, kok bisa orang kaya Winwin lebih dulu menikah. Saya kok jodohnya belum datang-datang?" Tukas Hengki curhat.
"Memangnya kenapa kalau itu Winwin. Lagian anaknya bertanggung jawab dan pekerja keras. Setidaknya kalau nikah sama dia bakalan memperbaiki keturunan, bukannya memperburik kaya kamu."
Mbak Sonia langsung pamit pergi setelah memberikan lemparan kata-kata mutiara tajam yang menusuk, pada Hengki.
"Heran saya, gak Mbak Sonia gak karyawan yang lain. Pasti selalu bela kamu, Win." Ucapan Hengki membuat Winwin jadi gak enak hati.
"Ah sudahlah! Kalau begitu lanjut bekerjanya. Maaf kalau saya mengganggu."
Winwin kembali berkerja dengan sangat giat. Seolah-olah tidak ada yang bisa menghentikannya dari bekerja.
Selama Winwin hidup ini adalah momen bahagia yang harus dia jalani. Seharusnya, Winwin sekarang cuti karena baru nikah.
Tapi apa daya, Winwin harus bekerja. Lagipula niat dia menikahi Neva hanya sekedar tanggungjawab, atas apa yang dia lakukan sampai membuat Neva jatuh pingsan.
Winwin berdecak sebal, "Kok saya pengen cepet-cepet pulang ke rumah ya?" Winwin segera menggeleng.
"Nanti deh, saya ke rumah sebentar."
***
Winwin beneran pulang kerumah buat istirahat sebentar. Karena Sore nanti dia harus pergi ke kafe buat kerja disana.
Sesampainya dirumah, Winwin mendapati Mbak Mina dan Neva yang sedang mengobrol. Winwin mengernyit heran, ini si Mbak Mina sama Neva udah akrab aja dia.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam." Neva segera bangkit dan mencium punggung tangan Winwin.
Winwin merasa aneh, tapi dia tetap bertindak cool dan tersenyum kecil sembari menatap besek hitam yang ada diatas meja.
"Oh iya, uangnya cukup kok mas. Aku beli pakaian dalam dua pasang, terus beli daster dua juga. Tapi cuma bisa beli daster, sama sisanya buat beli lauk." Tukas Neva yang sadar Winwin melirik besek hitam, belanjaan Neva.
"Untung ada Mbak Mina yang bantuin nawar." Tambah Neva.
"Yaudah, bagus kalau gitu."
"Eh Win, kamu gak niat bikin resepsi gitu?" Celetuk Mbak Mina.
Neva melirik Mbak Mina dengan tatapan tak enak hati, dia tau kalau suaminya itu pekerja keras, jadi kayanya buat bikin acara resepsi begitu, gak diperlukan.
Winwin sempat terdiam, kemudian menatap Neva yang tidak berekspresi apa-apa.
"Eh mas, udah makan belum? Aku habis masak, mas makan aja dulu sebelum pergi lagi." Tukas Neva mengalihkan topik pembicaraan.
Winwin mengangguk dengan cepat, kemudian pergi menuju dapur. Sementara Neva kembali duduk berbincang dengan Mbak Mina.
"Winwin emang gitu, dia orangnya cuek dan gak pedulian. Padahal kalau resepsi kalian diadakan, banyak yang gak salah paham sama kalian yang tinggal satu rumah." Ujar Mbak Mina
Neva hanya menarik sebuah senyum kecil kemudian menggeleng pelan, "Aku rasa gak perlu deh mbak. Soalnya Mas Winwin juga masih mikirin tabungan kita kedepannya. Nanti kalau ada Winwin junior kan lebih banyak biaya yang dikeluarin."
Winwin yang lagi makan, gak sengaja denger dan tersedak. Dia gak nyangka kalau Neva bakalan bicara seperti itu. Apalagi pake bawa-bawa Winwin, Junior.
Winwin bergidik ngeri, kemudian kembali melanjutkan makannya yang tertunda. Lumayan gak buruk sih masakannya Neva. Kalau Winwin cuma sekedar bisa masak Mie Instan doang.
Setelah Mbak Mina pamit pulang, Neva segera masuk kedalam kamar. Dia mau mandi, sekalian mau ganti baju udah lama juga dia pake baju ini, nanti bakalan dia cuci bareng bajunya Winwin.
"Mau kemana?" Tanya Winwin melihat Neva yang masuk kedalam kamar.
"Mau mandi, mau ikut?" Jawab Neva.
Telinga Winwin merah, dia kemudian menggeleng dengan cepat. Jawaban Neva hampir membuat jantungnya seakan melompat dari tempat.
"Oh iya mas, aku pinjam handuk kamu dulu ya. Besok aku beli di pasar." Winwin mengangguk tanpa sadar.
Setelah sadar, dia kemudian menyadarinya dan merutuki tindakannya yang menyetujui ucapan Neva.
"Astaga! Sebenarnya aku ini kenapa?" Dengus Winwin sebal.
Winwin sekalian ngopi sebelum pergi. Winwin emang suka ngopi, tapi dia gak suka ngerokok kok. Udah cukup dirinya yang makan aja susah, apalagi beli barang kaya gitu.
Gak taunya, Neva baru aja selesai mandi. Karena jarak kamar sama Kamar mandi harus melewati dapur, Neva jadinya lewat didepan Winwin.
Winwin kaget bukan main, pas Neva jalan didepannya. Mana handukan lagi. Neva yang sadar akan tatapan Winwin menoleh pada lelaki itu.
"Kenapa mas?" Tanya Neva heran.
"G-gak ada, kamu masuk aja sana." Tukas Winwin yang sekarang malah salting.
Neva mengendikan bahunya acuh kemudian masuk kedalam kamar.
"Astaga, bisa gila aku lama-lama begini." Ujar Winwin, yang segera menggeleng, mengusir pikiran jahannam dari kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Innocent Husband [END]
Romance"Kamu harus tanggung jawab!" "Kamu siapa?" "Aku istri kamu, masa kamu lupa?" "Buat makan aja saya susah, gimana mau punya istri?" Emang karena lagi apes, gak dapet setoran malah dapet istri dadakan. Imyourput present WARNING⚡ Inget ini Fiksi Start...