43. Really!? Pregnant

4.3K 503 25
                                    

Yak sesuai teguran mimpi, akhirnya aku update eheheh. Sampe diteror lewat mimpi pula rupanya, mana disana aku mimpi jadi babunya Winwin lagi.

Pokoknya jangan lupa follow akun ini!

###

Mereka kedatangan tamu terhormat, dimana Ibu menteri yang kini menjenguk Neva yang dikabarkan masuk rumah sakit karena menyelamatkan Winwin. Tentu saja kunjungan dadakan itu membuat anak BIN kelompok Neva panik.

Saatnya kurang tepat dan berharap Ibu menteri belum mengetahui fakta yang sedang mereka berusaha sembunyikan.

"Selamat sore Neva," sapa Bu Sanika.

Neva hanya mengangguk seraya tersenyum, membalas dengan sopan sapaan hangat dari ibu mertuanya. Entahlah, yang jelas Winwin dan dia sama-sama masih belum bercerai kan?

"Saya sangat berterimakasih, kalau bukan karena kamu yang menemukan Winusa. Saya mungkin tidak akan pernah bisa memeluk putra semata wayang saya."

"Sama-sama Maam, saya juga turut senang karena anda sudah kembali berkumpul dengan keluarga."

Sejenak Bia menoleh ke arah Neva, mulutnya seakan gatal ingin memberitahu kepada Ibu Sanika, bahwa kali ini dia tengah berhadapan dengan menantunya sendiri.

"Saya dengar kamu melindungi putra saya ketika kebakaran itu, sungguh tidak ada hal yang bisa saya lakukan untuk balas budi. Apa yang kamu inginkan, saya akan memberikannya untuk kalian, saya sangat senang dan berterimakasih sekali lagi."

Lidah Neva mendadak kelu, dia ingin Winwin. Tapi dia tau, setelah ini hidup Winwin pasti akan dipenuhi dengan kehidupan yang berbeda dengannya. Kalau dipikir-pikir udah tidak ada lagi Winwin yang hemat dan banting tulang jadi Office Boy demi istri tercinta.

"Kami merasa tersanjung begitu juga ikut merasa bahagia karena Ibu sanika sudah menemukan Mas Winwin, untuk permintaan saya mungkin masih memikirkannya, apa saya boleh memikirkan dulu bu?" Tanya Neva seraya menyengir.

Ibu Sanika tersenyum anggun, dia menganggukan kepalanya. Tentu saja, dia akan mengabulkan permintaan orang yang telah mempertemukannya dengan sang Putra.

"Kalian benar-benar hebat, saya pasti akan mempromosikan divisi kalian dengan baik. Tim Jaguar memang tidak diragukan lagi kehebatannya, akan saya sampaikan pada presiden."

Bia tampak tersenyum dengan semangat. Setidaknya mereka bisa naik pangkat dan setelah itu menikmati gaji tetap yang upahnya diatas UMR, lumayan buat bayar kuliah S2.

"Hanya saja. Saya punya dua permintaan sebelum kalian melepaskan tugas ini."

Tatapan mata Bu Sanika mengunci tatapan mata Neva. Seakan sedang mencurigai Neva dengan alasan sesuatu. Ditambah lagi mendadak Neva merasa pusing sekarang.

"Saya ingin tahu, sebelum Winwin bertemu dengan saya, apa dia pernah berhubungan dengan seseorang atau masih memiliki hutang dengan seseorang. Yang kedua, saya mau mengundang kalian diacara makan malam sebagai bentuk rasa syukur saya karena bertemu lagi dengan winwin."

Setelah Ibu Sanika pergi, Bia tampak panik. Disusul dengan Faisal dan Jevan yang memasuki ruangan. Mereka bertanya-tanya apa Neva sudah ketahuan oleh mertuanya sendiri?

"Anjir lah! Kayanya Bu Sanika curiga sama sesuatu."

"Pasti dia baru selesai membaca data terbaru punya Mas Winwin, di kartu keluarga tertulis kalau Mas Winwin sudah menikah, beruntung waktu itu kami sempat—"

"Jadi kalian yang mencurinya?" Tembak Neva langsung.

Jevan tersenyum kikuk kemudian menganggukkan kepalanya. Dia sempat melirik Faisal meminta perlindungan namun sepertinya sudah sangat terlambat untuk perlindungan itu.

"Mbak jangan Marah Mbak, waktu itu kami cuma—" Faisal hendak menjelaskan namun dengan cepat dipotong Neva.

"Tidak perlu, akan lebih bagus kalau aku dan dia bercerai sebentar lagi. Kehidupan sebagai anak menteri pasti tidak akan membebaskan dan memperbolehkan dia terus bersama dengan wanita sepertiku."

Mendengar itu Bia dan Jevan saling pandang, begitu pula Faisal yang merasa hendak senang namun terpatahkan oleh sesuatu.

"Tapi mbak, kayanya kalian belum bisa bercerai dalam tahun ini ...."

Neva mengernyitkan dahinya bingung, "memangnya kenapa?"

"M-mbak Neva lagi hamil anaknya Mas Winwin."

***

Reza datang memberikan file penting di kediaman ibu menteri malam itu. Dia tanpa sengaja melewati sosok Pria yang kini tengah duduk dengan ekspresi Linglung di sofa ruang keluarga mereka.

Karena memang Reza mengenal Winwin tapi Winwin tidak, Reza mencoba untuk menyapa sebagai tanda hormatnya.

"Selamat malam Mas Winwin."

Namun pria itu hanya menoleh dan tersenyum, tatapannya terlihat sendu dan begitu linglung Reza rasa. Dia tidak mendapati Ibu Sanika berada di kediaman namun menitipkannya pada Jordan.

"Mas Winwin kenapa?"

"Maaf tanya sebelumnya, ekspresi dia seperi orang sedang kesurupan. Siapa tau lagi kesurupan beneran," ujar Reza pada asisten pribadi kepercayaaan Ibu Sanika.

Jordan menarik satu sudut bibirnya ke atas, "ah, dia? Lupa ingatan, sepertinya terbentur sesuatu yang keras," balas Jordan remeh.

Awalnya Reza tidak ambil pusing, namun ketika dia kembali ke rumah sakit. Dia malah mendengar kabar bahwa rekannya itu sedang hamil muda anak dari orang yang lupa ingatan tadi.

"Kamu serius rez?" Tanya Bia tidak percaya.

Kali ini Reza menceritakan semuanya di depan Neva. Apa yang dia ketahui setelah dia datang ke kediaman Ibu Sanika.

"Huftt, sungguh kasihannya diriku. Mau cerai tapi lagi hamil, eh cinta mati juga sih kek gak siap pisah. Tapi orangnya malah lupa ingatan, kesempatan bagus buat dia nikah lagi."

Mereka menahan untuk tidak tertawa ketika mendengar curahan hati Neva. Sungguh kasihan nasib bumil satu ini.

"Mungkin kita bisa bantu pukul lagi kak, siapa tau inget kan?"

"Pantesan ya Mas Winwin gak ada hectic nyariin istrinya. Ternyata lagi lupa ingatan," celetuk Jevan.

Faisal hanya diam, sekali lagi bingung harus senang atau sedih mendengar berita ini, "kalau mas Winwin kenapa-napa bukan kamu doang yang kena bi, tapi kita semua."

Bia menghela nafas gusar, "ya mau bagaimana lagi? Kasihan aku sama ponakanku nanti, masa lahir tanpa bapak?"

Jevan menyenggol Bia, agar wanita itu tidak berkata aneh-aneh. Apalagi saat Bia mengatakannya, Neva mendongak dengan ekspresi sendu. Benar-benar ikut nyesek mendengar ucapan Bia.

"Aku bisa jadi Papanya kok," celetuk Faisal.

"Aku juga bisa nih dipanggil papa, biar kaya hot daddy jaman now," tambah Reza yang memang sengaja mengatakan hal itu.

"Iya aku juga mbak, aku bisa kok dipanggil Ayah. Mbak Neva sudah seperi Mbakku, jadi jangan sungkan ya," sahut Jevan yang kini memberikan senyuman manisnya sampai matanya hampir hilang.

Bia menunduk karena merasa bersalah, "maaf ya mbak, tapi aku pasti akan jadi rich aunty buat dia nanti."

Neva menghela nafas, kemudian tersenyum kepada rekan-rekannya itu. Sangat berterimakasih karena sudah dipertemukan oleh mereka.

Sementara itu di sisi lain, tepatnya kamar mewah dengan desain modern bernuansa abu tua. Winwin terduduk dengan ekspresi merenung. Baru beberapa hari dia di sini, dia benae-benar merasa asing.

Apalagi ketika wanita yang mengaku sebagai ibunya itu, terus-terusan tidak berada di rumah. Seakan dia mencari kepingan puzzlenya yang hilang. Hatinya terasa hampa, dia berusaha mengingat. Namun hanya bayang-bayang yang terus terlihat.

"Apa yang sebenarnya hilang?" Gumam Winwin pelan, menatap bintang yang terlihat sebagian dengan perasaan galau.

Innocent Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang