39. Ancaman

3.2K 518 26
                                    

Yang tadinya adem ayem... Berubah...
Mari kawan Terima saja, selamat datang babak baru.

ADA YANG BELUM FOLLOW AKUN AKU... WAH WAH WAH

***

"Mas Winwin, mau Sari bikinkan kopi ndak?"

Winwin yang lagi duduk di bangku kayu, tepatnya belakang kantor di samping pohon beringin. Menoleh ke arah wanita dengan rambut yang di kepang satu, seraya tersenyum ke arahnya.

Winwin baru dapet waktu istirahat. Soalnya hari ini Mas Dodit gak masuk, izin karena mau pergi ke rumah sakit tempat Ibunya dirawat. Sehingga Winwin dengan rela menggantikan pekerjaan Dodit, supaya Dodit tetep dapet uang.

"Gak perlu, saya gak suka ngopi kalau siang-siang."

Wanita itu tampak kecewa, kemudian melangkah mendekat ke arah Winwin. Gak tau aja si Winwin lagi ngeluarin handphone dari dalam sakunya untuk menghubungi istri tercinta.

"Mas Winwin punya handphone?" Tanya Sari terkejut.

"Punya, saya baru beli sama Mas Dodit tiga hari yang lalu."

"Wih, udah ada whatsappnya nih? Boleh Sari minta nomor WhatsAppnya ndak, siapa tau nanti ada info penting dari kantor yang Sari bisa bagikan ke Mas Winwin."

Winwin terdiam sejenak, kemudian  menganggukan kepalanya. Memberikan nomor ponselnya kepada Sari tanpa curiga. Lagi pula, Winwin juga butuh info masuk, gak kaya kemarin. Dia harusnya libur karena tanggal merah, tapi Winwin kira gak libur jadinya dia masuk sendiri.

Setelah mendapatkan nomor ponsel Winwin. Sari yang awalnya gak pake foto profil, segera mengganti foto profilnya menggunakan foto yang cantik, kebetulan dia ada punya foto dirinya dengan make up yang cantik.

"Sari!"

Mereka berdua menoleh ke arah Aksar ketika pria itu datang dan sepertinya sedang kelimpungan mencari Sari. Aksar, salah satu rekan Winwin sebagai office boy di kantor menteri. Usianya mungkin sepantaran dengan Sari, dan tingkahnya tidak jauh berbeda dengan Chana.

"Saya cari kesana kemari ternyata di sini. Bikinin saya kopi sana, saya pengen ngopi."

Sari mendengus sebal dan segera menuruti apa keinginan Mas Aksar, udah jadi tugasnya sebagai office girl yang gak bersih-bersih gedung kantor.

"Mas Winwin, lain kali jangan berduaan sama Sari ya. Soalnya Sari udah saya pepet dari jaman masih baru di sini."

Aksar terlihat cemas ketika Winwin dan Sari hanya berduaan di bawah pohon. Membuat pikirannya sedikit ambigu, berharap kalau Sari gak kecantol sama Winwin.

"Saya gak sengaja berduaan, lagian kamu tenang saja. Saya gak akan merebut gadis pujaan kamu. Soalnya saya sudah punya wanita saya sendiri."

Aksar yang mendengarnya menyunggingkan sebuah senyum lebar. Mendekat ke arah Winwin dan menepuk bahunya. Jangan tanya, bagaimana wajah Aksar yang sekarang berseri-seri.

"Semoga langgeng sama pacarnya ya mas. Aduh saya seneng nih dengernya, nanti kalau di deketin sama Sari, menghindar aja Mas."

Winwin menganggukan kepalanya, kemudian menatap Aksar dengan serius. Dia berharap kalau sekarang Aksar pergi dan membiarkannya menghubungi istri tercinta.

Waktu istirahat tinggal 10 menit lagi, daritadi Winwin mencoba menghubungi Neva. Namun panggilannya tidak terjawab, Winwin jadi khawatir. Namun berusaha untuk berbaik sangka.

"Kenapa mas?" Tanya Aksar.

"Saya mau telpon wanita saya dulu, kamu mau dengar?"

Aksar yang paham pun, merasa canggung dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sebelum pamit pergi, meninggalkan Winwin sednirian di tempat yang rindang ini.

Innocent Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang