30. Berharap lebih

3.7K 570 27
                                    

Aku update lagi nih!

***

"Maaf ya mas Winwin, saya sebenarnya sangat mempertimbangkan dan menyayangkan Mas Winwin berhenti. Tapi perusahaan memang sedang ada masalah."

Winwin lemas ketika mendengar jawaban Mbak Sonia. Dia cukup sedih mengatahui beberapa pekerja terpaksa di pecat secara hormat karena keadaan perusahaan yang sedang tidak baik.

Setelah menerima kabar itu, Winwin segera pergi ke ruang loker. Disana dia mengambil beberapa barang dan tentu saja mengganti pakaiannya.

Tak lama dia melihat Bang Dodit masuk dengan raut wajah sedihnya, disusul Chana yang juga ikutan sedih. Mereka bertiga harus berpisah karena kondisi perusahaan yang memang sedang diambang gulung tikar.

"Yah, kita gak bisa ngegosip bareng lagi. Pasti bakal kangen sama kelakuan Bang Dodit yang nyeleneh, sama kelakuan Mas Winwin yang polos nyerempet bego."

Dodit menggeplak kepala Chana dan menatap remaja lelaki itu tajam. "Siapa yang ngajarin ngeledek orang tua? Bakal ya, saya do'ain kamu putus sama cewekmu."

Chana mendengus, namun setelahnya mengendikan bahu acuh, "santai aja sih, aku juga gak punya cewek sekarang. Baru putus seminggu yang lalu."

"Lah kenapa? Bosen ya, dasar buaya!" Tukas Bang Dodit.

"Sendirinya buaya darat gak ngaca," Balas Chana tak Terima.

Winwin hanya bisa menggeleng melihat kelakuan dua teman seperjuangannya itu. Gak terasa mereka malah harus berpisah secepat ini.

"Win, saya gak nyangka ya. Kita harus berpisah secepat ini. Mana saya belum tau lagi, wajah istri kamu seperti apa? Cantik gak?" Goda Dodit.

Chana menggeleng pelan, "Hati-hati mas, Bang Dodit mau jadi pebinor. Bahaya, kasihan istri Mas Winwin."

Dodit tertawa sementara Winwin hanya menarik kedua sudut bibirnya tipis. Tidak menyangka inilah akhirnya, mau bersedih juga tidak ada guna. Masih ada kesempatan untuk bertemu kembali.

"Bagaimana kalau kita nongki-nongki di depan kantor. Anggap aja sebagai pesta perpisahan. Pesangonnya gak akan habis secepat itu kan?" Tawar Dodit.

Mereka bertiga akhirnya memilih untuk Berbincang-bincang. Sekedar flashback di mana mereka baru pertama kali di pertemukan.

"Inget gak, dulu Winwin aku kira anak orang kaya yang nyamar jadi orang miskin kaya kita. Gak taunya, emang beneran kere."

Chana tergelak mendengar ucapan Dodit, karena waktu itu Chana juga pernah mengira Winwin adalah bosnya, tidak taunya Winwin malah ikut masuk ke ruang ganti pegawai.

"Aamiin, semoga jadi doa ya. Siapa tau saya bisa rintis usaha dan jadi kaya secepatnya," Ucap Winwin yang menanggapi positif perkataan Dodit.

"Mas Winwin emang bijak, gak salah dia cepet punya jodoh. Gak kaya Bang Dodit, modal tampang doang, isinya otaknya hentai."

Pletak!

"Ini anak ya! Ngomong kamu lagi sekali coba?"

Chana ciut dan segera mengambil tempat disebelah Winwin. Menghiraukan tatapan Dodit yang saat ini menahan kesal kepadanya.

"Saya juga gak nyangka sama sekali. Perjuangan kita sampai disini, tapi jadikan aja awal perjuangan buat mencari yang lebih lagi dari pekerjaan sekarang."

Chana tampak mendengus, "Ya gimana? Aku paling nyari tempat kerja yang bisa menerima mahasiswa. Kalau gak ada, aku mungkin jadi simpanan sugar mommy aja."

"Sembarangan! Masih ada minimarket yang pastinya menerima pekerjaan paruh waktu. Atau bisa aja kerja di kafe. Kerja aja yang halal, jangan sampai jual diri. Udah malu sama Tuhan, Orang-orang disekitar kamu juga malu."

Innocent Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang