13. Kapan jatuh cinta?

5K 664 36
                                    


Asli aku lagi ngetik yang ini, gak tau kenapa. Padahal mah, harusnya aku fokus dulu tamatin SP, hiks.

Yang nungguin Yasa, sabar dulu yaa
Btw aku mo ganti cover pake cover couple, setuju gak?

***

Winwin tetep ngajak Neva buat jalan-jalan. Setelah minggu lalu dia pernah diajak jalan-jalan duluan, dan malah ke ganggu sama dua bocah seperti Andi dan Cesar.

Setelah seminggu jadwal Winwin bekerja, akhirnya dia bisa mengajak Neva untuk pergi ke alun-alun. Jadi jalan-jalan sekarang gak pake jalan tapi, motor.

Neva senang bukan main, apalagi yang ngajak duluan itu Winwin. Walaupun ada sedikit drama pas Winwin ngajak dia jalan-jalan.

Masa Winwin nanyain Neva kelihatan banget suntuk dan bosen, padahal Neva lagi nyuci baju waktu itu. Neva yang peka kalau Winwin bingung mau ngajak dia dengan bahasa yang seperti apa, akhirnya memaklumi dan tertawa.

Pas naik motor, Neva iseng buat meluk pinggang Winwin. Membuat pria itu jadi sedikit tegang dan kembali membuat Neva tertawa puas.

Bayangin aja, meluk orang, tapi orangnya kaya kaku dan gak berani bergerak sedikitpun karena di peluk.

Mereka sampai di alun-alun yang cukup ramai, Neva bisa melihat banyaknya keluarga yang hadir disana.

"Wah, alun-alun ramai juga jam segini, padahal udah cukup siang."

Winwin melepas helmnya dan meletakkannya diatas spion motor. Kemudian berjalan mendahului Neva, membuat wanita itu berdecak sebal karena tingkah, Winwin.

"Katanya ngajak jalan-jalan, tapi kok akunya ditinggal?!" Tukas Neva galak.

Winwin terlihat tak peduli, tapi bukan tak peduli, hanya saja dia bingung harus bereaksi seperti apa?

Winwin berdehem pelan ketika Neva menautkan tangannya dengan tangan Winwin. Entah kenapa jantungnya berdebar cukup kencang, jangan lupakan Winwin yang mulai nervous.

Padahal sebelumnya dia biasa aja sama Neva, tapi gak tau kenapa sekarang malah jadi deg-degan begini. Kaya orang yang baru pertama kali jatuh cinta.

Mereka duduk dibangku panjang yang letaknya didepan semak-semak. Sambil melihat para pasangan dan orang yang berlalu lalang. Mereka sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing.

Hingga akhirnya Neva lebih dulu berbicara, ketika melihat seorang bocah kecil sedang bermain bola bersama dengan bocah lainnya.

"Mas, anak itu, lucu juga ya?" Tunjuk Neva.

Winwin mengikuti arah tangan Neva, dan mengangguk membenarkan. Bocah laki-laki itu terlihat lucu dan tampan.

"Aku pengen punya satu, kira-kira kapan dikasi ya?"

Winwin beberapa kali mengedipkan matanya bingung. "Maksud kamu apa?" Tanya Winwin bingung.

Neva berdecak sebal, "Gak tau, tanyain aja sama rumput yang berjudi."

"Memangnya, rumput bisa main judi?"

Neva berdecak, "Gak tau mas, capek aku kodein gak peka mulu. Nanti kalau aku ngomong langsung, kamunya malah malu-malu."

Winwin terdiam sejenak, ini Neva sebenarnya lagi ngomongin siapa? Kenapa dia terlihat marah dan tidak bersahabat.

"Kamu udah sarapan kan?"

Neva menggerling kearah Winwin, "Iya udah sarapan, tapi pake batu." Pundung juga Neva lama-lama.

Winwin menghela nafas, "Kamu sebenarnya mau bicara apa? Saya gak paham kalau di kodein, karena selama ini saya gak pernah dekat dengan wanita manapun." Neva tampak terkejut dengan ungkapan, Suaminya itu.

"Masa sih? Walaupun mas, maaf ya
... Kere, setidaknya kan punya wajah ganteng dan rupawan. Pasti banyak yang suka, atau mas gak doyan cewek ya makanya gak pernah cinta-cintaan." Selidik Neva.

"Astagfirullahaladzhim, kamu nuduh-nuduh saya terus. Kemarin nuduh saya jadi gigolo, sekarang nuduh saya gak suka cewek. Sadar Nev, saya gak begitu." Winwin mengelus dadanya.

"Ya, terus gimana yang bener?"

Winwin menghela nafas, "Saya tidak pernah dekat dengan wanita, karena selama ini saya fokus bekerja. Kamu tau kan, saya lulusan SMA. Masa depan saya gak gemilang, jadi nyari kerja pun susahnya minta ampun. Jadi menurut saya, cinta-cintaanya ditunda dulu. Toh kalau udah kaya, janda pun pasti suka sama saya."

Neva cemberut, "Tapi kan, sekarang aku istri mas? Jadi kenapa mas gak cinta sama aku?"

Pertanyaan Neva membuat Winwin bungkam. Masalahnya, dia juga gak tau, gimana caranya mengatur perasaan sendiri. Winwin juga takut, saat ini kan Neva sedang amnesia, bagaimana jika setelah ingat, Neva justru melupakan Winwin dan membuat hatinya sakit?

"Mas, kok diem?"

Winwin segera menggeleng, "Kamu mau apa, Mau cimol atau stik kentang?"

Neva berdecak sebal, dia tau kalau Winwin lagi mencoba untuk mengalihkan topik pembicaraannya, dan jangan salahkan Neva kalau besok-besok dia tidak akan lolos dari pertanyaan itu.

"By the way, gak ada dagang cimol sama stik kentang mas di deket sini. Kamu nawarin yang bener dong, atau gak beliin aku es kelapa." Winwin segera menggeleng.

"Gak usah coba-coba minum es kelapa, apalagi pagi-pagi."

"Emang kenapa?" Neva udah senyam-senyum karena Winwin yang perhatian,

"Mahal." Dijatuhkan begitu saja setelah Winwin mengatakan jawabannya.

***

Di siang yang terik, Neva sedang bersih-bersih teras. Lebih tepatnya nyapu, karena dia merasa hidungnya gatel sama debu-debu halus.

Kebetulan aja hari ini gak ada mendung, karena biasanya bakalan mendung terus satu minggu. Neva gak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengambil cucian dan menjemurnya.

Pas banget sama hari minggu kemarin, dia baru selesai nyuci baju dan jemur bajunya di teras, karena takut hujan yang tiba-tiba datang.

Lagi asyik-asyiknya nyapu, dia melihat Mbak Mina yang tampak pulang sembari membawa besek besar dan berat.

"Mbak Mina!" Panggil Neva.

"Oi, Nev!" Balas Mbak Mina yang langsung ngacir ke tempatnya.

"Wah, bawa apa tuh mbak? Kok banyak banget."

"Kamu gak kerumahnya Pak Kapling, nev?"

"Memangnya ada apa di rumah pak Kapling?"

Mbak Mina memperlihatkan beras, gula dan sembako lainnya kepada Neva. Membuat mata Neva seketika berbinar.

"Wah, kok gak bilang sih?"

"Iya, ini dapat bantuan dari pemerintah. Bukannya Winwin juga dapet ya?"

Neva berdecak, "Dia gak ada bilang apa-apa ke aku."

"Coba deh kamu tanyain, soalnya setau Mbak, Winwin tuh dapet bantuan juga."

Baru aja Neva mau masuk kedalam buat ngambil handphone, langkah kakinya segera terhenti, "Astaga, aku lupa kalau gak punya handphone." Tukasnya, kemudian terkekeh kecil.

"Yaudah sih mbak, biasanya Mas Winwin pulang Ishoma sebentar. Nanti aku tanyain aja kalau udah pulang."

Mbak Mina menganggukan pelan kepalanya, "Oke, aku balik duluan ya kalau gitu. Nanti ayahnya anak-anak ngamuk kalau gak dikasi jatah istirahat."

Neva menggelengkan kepalanya kemudian terkekeh, "Jatah teross, awas anaknya banyak nanti."

Mbak Mina tertawa, "Tenang, udah pasang payung sebelum hujan."

Pas banget, Neva mau masuk eh tiba-tiba Andi sama Cesar datang kerumahnya, Neva juga lihat besek besar yang kaya punya Mbak Mina tadi.

"Assalamualaikum, Mbak Neva yang cantik dan baik hati."

Neva segera memasang wajah judesnya, "Waalaikumussalam, ada apa?"

Cesar ketawa lihat balasan, Neva, apalagi ekspresi Andi yang langsung patah hati.

Innocent Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang