31. Pasutri baru

4.2K 525 31
                                    


"Mas, makan dulu nih!"

Winwin yang lagi sibuk memotong rumput, menoleh ke arah Neva yang sekarang menginterupsi Winwin untuk datang mendekat padanya, lalu makan siang bersama.

Panas semakin terik, namun Winwin belum mau selesai dan masih betah di sana. Membuat Neva tidak habis pikir dan segera menarik pria itu untuk duduk bersamanya.

Neva menyuruh Winwin untuk diam dan dia yang membuka kotak bekal itu. Winwin tersenyum melihat tingkah Neva yang sangat memperhatikannya. Winwin teringat malam dimana dia dan Neva hampir cerai, kalau saja wanita itu tidak membuatnya sadar, mungkin Winwin sudah menyesal karena telah menceraikan Neva.

"Gaji dari Mbak Aletta lumayan buat makan sebulan. Jadi masih ada pekerjaan namanya, mas."

Winwin mengangguk, "Tenang aja, saya juga masih ada pekerjaan lain. Ya cuma gitu, gak tetap dan kalau ada proyek doang sih."

Neva tersenyum melihat Winwin, tatapannya sudah membuktikan kalau suaminya itu adalah orang serius dan pekerja keras. Gak heran Neva makin jatuh cinta, padahal dia punya rencana mau ngambek sama Winwin karena hampir ditalak.

"Mas, aku gak masalah tau, Mas mau punya kerja serabutan, asal kita bisa makan. Aku juga pasti bantuin kamu kok, daripada aku diem terus di rumah kan, mending bantu kamu kerja?"

Winwin menggeleng dengan cepat, Dia menggenggam sebelah tangan Neva. Kemudian tersenyum dengan sangat tulus. Membuat jantung Neva jadi berdebar gak karuan.

"Sejatinya pekerjaan kamu itu cuma melayani suami. Saya gak minta banyak kok, cukup saya yang kerja. Gak usah sungkan sama saya."

Neva tersenyum jahil, "Melayani suami, maksudnya bagaimana mas? Lagi ngode minta jatah kah?" Tentu saja Neva hanya bergurau dengan Winwin.

Namun telinga pria itu tampak memerah. Karena ucapan Neva yang membuatnya ambigu sekarang.

"Tapi ya mas, wanita juga punya hak untuk bekerja. Asalkan suami masih terurus dengan baik, gak apa-apa kalau wanita itu bekerja. Lagipula aku bukan tipe wanita rumahan yang suka menye-menye ke suami. Kalau aku ada sesuatu yang bisa digunakan untuk bekerja, aku akan bekerja. Mas, tolong izinin aku buat cari kerja sampingan ya. Karena tanpa izin mas, setiap langkah yang aku tempuh pasti akan mendapat kesulitan nantinya," Ungkap Neva, tatapannya begitu dalam pada Winwin, pria di depannya juga tampak takjub setelah mendengar ucapan Neva.

"Kamu serius?" Tanya Winwin memastikan.

"Serius lah! Ada wajahku bercanda?"

Winwin tampak berpikir sejenak. Ternyata ada perbedaan di dalam cara pandang mereka terhadap hubungan timbal balik antara suami istri. Tapi Winwin rasa, dia juga gak masalah selama Neva baik-baik saja.

"Ya sudah, saya setuju. Tapi saya gak mau kamu kerja yang berat-berat ya, tolong setelah ini simpan kepercayaan saya baik-baik."

Neva tersenyum kecil kemudian memeluk Winwin dengan cepat, Winwin yang terkejut hanya bisa duduk tegap membiarkan Neva memeluk nya.

"Aduh-aduh, ada pasangan yang masih belum bisa move on dari predikat pengantin baru," Sindir Aletta halus.

Winwin terkejut bukan saat melihat majikannya itu sedang berdiri sembari mendorong kereta bayi. Winwin hendak melepas pelukan Neva, namun Wanita itu menahannya lebih cepat.

"Iya nih mbak, habis baikan soalnya. Makanya lengket terus sama Pak Su." Pada akhirnya Neva melepas pelukannya karena Winwin yang terus berusaha melepaskan diri.

Bukannya gak mau di peluk, tapi gak etis kalau di peluknya di depan Majikan. Mau di taroh dimana muka Winwin yang tampan tapi kere ini.

"Oalah, Oh iya Mbak Neva. Aku pengen pergi ke dagang roti ikan ala Korea itu lho. Mbak mau ikut gak, nemenin aku sama sih ini, si tuan muda."

Neva segera melirik Winwin, meminta izin kepada Suaminya itu sebelum dia setuju untuk pergi.

"Pergi aja, tapi hati-hati ya."

"Siap dong! Sayangnya Neva," Balas Neva.

Aletta terkekeh melihat interaksi pasangan di depannya ini. Yang satu bar-bar mengumbar kemesraan, yang satu malu-malu kucing.

***

"Ta, ngurus anak ribet gak sih?" Tanya Neva saat bergiliran mendorong kereta bayi itu bersama dengan Aletta.

Panggilannya lebih santai karena Aletta yang minta. Toh juga Neva merasa dia satu kasta sama Neva, dan dia juga bukan bawahannya Aletta jadi gak perlu terlalu formal.

"Gak ribet sih, apalagi Baby El termasuk anak yang penurut. Cuma ya gitu, mungkin karena aku pas awal masih begitu asing dengan hal-hal mengurus bayi, jadi sempat kena baby blues syndrom. Kalau sekarang sih aku bersyukur karena udah baikan."

"Eh, kenapa ya Mbak nanyain masalah ini, Mbak lagi hamil ya?"

Neva segera menggeleng, kemudian terkekeh pelan. Hamil darimana, sampai sekarang Neva masih ting-ting ngalahin ayu ting-ting yang sudah gak ting-ting.

"Belum dikasi sama yang di atas. Jadi cuma iseng nanya, siapa tau datang dan udah ada persiapan mental sebelumnya."

"Gak apa-apa mbak, terus berdoa dan berusaha ya. Tau gak, sebelum baby El itu hadir. kita udah program mau punya bayi cowok atau cewek."

Neva tampak mengernyit, "Kok bisa pilih gender sih?"

Aletta tersenyum jahil, "Iya, soalnya Mama mertua aku ada kasih masukan. Kalau pengen anaknya Cewek, ya betina harus lebih aktif dan memimpin. Kalau pengen cowok, ya yang jantan suruh agresif."

Neva tersenyum malu mendengar ucapan dari Majikannya itu. Sungguh rasanya mendadak menjadi aneh.

Mereka sedang berjalan-jalan dibawah jalanan yang memang terdapat pohon rindang. Gak heran disaat orang kepanasan, mereka malah mendapat angin sejuk.

Saat sedang asyik mengobrol, ternyata ada sekelompok orang yang sedang menanti mereka. Para pria yang berdandan cukup mengerikan dan sekarang tampak menanti mereka di sana.

"Mbak," Cicit Aletta takut.

Neva menghela nafas, "Udah ta, jalan aja jangan takut. Jalan gak terlalu sepi kok, bisa teriak minta tolong."

"Hai cantik, kalian berdua mau kemana?"

"Mau ke neraka, bawa orang-orang kaya kalian supaya gak godain istri orang lagi," Jawab Neva santai.

Pria itu tampak tersenyum genit, sengaja menggoda Neva. Tidak tau saja, kalau Neva sudah ambil ancang-ancang mau nimpuk ini preman.

Saat tangan Aletta hendak di raih, tanpa pikir panjang Neva langsung melayangkan tinjunya pada pria tadi. Dua teman lainnya segera membantu dan menatap tajam ke arah Neva.

"Gak usah sentuh-sentuh! Gue udah bilang sama lo pada kan, kalau lo pada lagi berurusan sama cewek yang udah punya suami! Gak usah batu di bilangin!" Tegas Neva lagi.

Pria tadi tentu saja tidak Terima, apalagi merasa sangat kalah karena perempuan. Seseorang maju tiba-tiba membuat kereta bayi tergeser. Neva segera mengambil tendangan memutar untuk membuat ketiganya jatuh bersimpuh di marmer cream itu.

"BABY EL!" pekikan Aletta membuat Neva tersadar, dia dengan segera menarik  kereta bayi itu, beruntung Aletta bisa cepat mengambil alih kereta bayinya, namun Neva gak sadar kalau ada motor yang sedang melaju kencang dari arah berlawanan.

Neva hendak lari, namun ternyata sudah terlambat. Si pengendara yang terlalu kencang membawa motor, hilang kendali dan menabrak Neva tanpa sengaja.

"TOLONG!"

Innocent Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang