44. Ketika hati gelisah

3.4K 414 80
                                    

Terimakasih buat kalian yang udah follow ehehehe, aku update mumpung lagi fresh

***

Sudah tiga hari berlalu semenjak Neva keluar dari rumah sakit. Dia berada di tempat yang seharusnya, rumah yang begitu luas dan sepi. Wanita itu tinggal sendiri, tentu saja.

Dia bahkan tidak ingat kapan terakhir kali merasa kalau rumah adalah tempatnya pulang, bukan tempat singgah tidak tentu.

Wanita itu mengelus pelan perut ratanya. Merasa kedamaian menyelimuti ketika mengetahui di dalam sana ada nyawa makhluk suci tidak berdosa.

Kenyataannya dia sempat ingin menyingkirkan janin itu. Namun hatinya memilih waras untuk tetap mempertahankannya. Masa mau kalah sama mereka yang bahkan hamil tanpa status, walau sebenarnya status Neva sekarang masih mengambang.

"Melamun?"

Neva melirik Faisal yang tersenyum ke arahnya. Membawakan sepiring potongan buah-buahan segar yang baru saja dikupas oleh Faisal.

"Kata dokter harus banyak makan-makanan bergizi, contohnya buah ini. Kamu makan aja."

"Terima kasih," ucap Neva sopan.

"Gak masalah, kamu bisa panggil aku kalau butuh sesuatu. Aku pastiin buat bantu kamu."

Bibir neva berkedut, merasa tidak enak hati karena harus merepotkan Faisal. Apalagi pria itu memutuskan untuk menemani Neva di rumah sampai Neva pulih total.

"Aku sebenarnya gak enak sama kamu, jangan terlalu baik."

"Sudah berapa kali aku bilang, gak masalah kok. Selama aku bisa bantu pasti aku bantu."

Neva menghela nafas, "Terserah kamulah."

Faisal tersenyum kecut mengetahui maksud ucapan Neva. Dia tidak ingin terlalu baik pada Neva, karena Neva tidak mungkin membalas perasaannya.

Wanita itu terlihat hendak menjangkau remote televisi yang ada di atas meja, dengan cepat Faisal membantu mengambilkannya untuk Neva.

"Ma-makasih lagi sal."

"Aku udah bilang santai aja, aku ngelakuin ini karena kita temen kok. Kamu gak usah mikir terlalu jauh, apalagi sekarang ... Kamu lagi hamil." Pria itu menunduk sejenak, kemudian mendongak menatap Neva seraya tersenyum dan bangkit dari tempatnya.

Neva melihat Faisal yang kembali ke dapur. Entah untuk apa, yang jelas sekarang Neva berada di posisi yang benar-benar tidak nyaman.

"Bia juga, ngapain pake gak bisa nginep disini semalem," gerutu Neva pelan seraya menekan tombol power untuk menonton televisi.

Faisal kembali menghampiri Neva seraya duduk di sampingnya. Tetap menjaga jarak, walau mereka hanya berdua di rumah ini.

"Bagaimana sama rencana kamu besok malam?"

"Maksud kamu?" Neva membalas tanpa mengalihkan pandangannya yang fokus menatap layar televisi.

Faisal memainkam jari-jarinya saat merasa tidak enak. Namun dia harus tetap bertanya pada Neva tentang undangan Bu Sanika kepada mereka semua.

"Undangan bu sanika."

"Oh."

"Kalian datang aja, aku gak mau."

"Kenapa?"

Tidak ada balasan dari wanita itu, namun ketika ditelisik lagi. Ada raut wajah sendu yang mengisyaratkan dia masih terlalu sedih, melihat kenyataannya yang malang ini.

Wanita itu mematikan televisi kemudian bangkit dari sofa. "Mau kemana?" Tanya Faisal keheranan melihat tingkah Neva.

"Mau tidur di kamar, kepalaku mumet kalau bahas ibu mertua."

Innocent Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang